27

779 98 2
                                    

"Kulihat kau tidak makan selama disini?" Tanya castor pada dalia saat penjaga baru saja pergi setelah memberi mereka makan.

"Mmm... entahlah" jawab dalia, selama lima hari ini ia tak makan, hanya minum saja. Ketika ia merasa lemas ia langsung meneguk air, dan ia rasa itu cukup selagi waktu tidurnya panjang.

"Katakan saja jika makanannya seperti makanan anjing" celetuk castor membuat dalia terkejut, lelaki itu begitu terus terang. Dalia hanya mengangguk mengiyakan ucapan castor

"Tangkap ini" perintah castor melempar sesuatu yang tak dapat dilihat jelas oleh dalia.

Dalia terkejut saat berhasil menangkapnya karena yang berada di genggamannya adalah sebuah apel.

"B-bagaimana..?" Ucap dalia tak bisa mengatakan kalimat selanjutnya karena kebingungan. Bagaimana ia bisa memiliki buah sementara mereka tak ada penjengukan bahkan tak boleh keluar dari bangunan kumuh ini sama sekali.

"Di dekat lubang ini, ada pohon apel yang jaraknya lumayan dekat, masih bisa kugapai dengan ranting " balasnya paham akan pertanyaan dalia, sementara itu dalia hanya mengangguk-angguk paham.

"Terima kasih, kau tetangga yang baik" ucap dalia sambil menggigit apelnya. Akhirnya usus nya dapat mengolah makanan lagi meski hanya satu buah apel.

"Tentu, jika kau ingin bilang saja" ucap castor singkat setelah itu meneguk minumnya.

Tiba-tiba salah satu penjaga menghampiri sel dalia dan membukakan kunci jerujinya.
Sontak membuat dalia kaget dan castor penasaran.

"Nona, kau di panggil yang mulia raja untuk menghadap" ucap nya sambil menuntun dalia keluar dari sel.

Dalia yang kebingungan hanya menatap castor sementara itu hanya dibalas dengan gelengan kepala oleh lelaki itu.

Penjaga itu berjalan di belakang dalia sambil menuntunnya kedalam istana. Dalia berpikir apakah ini sudah waktunya ia dipenggal, entahlah kali ini ia merasa lebih tenang dari yang ia bayangkan, meskipun ini akan menjadi akhir hayatnya. Padahal ia baru mengenal castor sebentar, sepertinya lelaki itu menyenangkan.

Tak lama kemudian dalia sampai di ruang sidang yang sudah berisi yang mulia raja dan ratu, ketiga pangeran, dan keluarga paman hans. Ia tak melihat alcen berarti lelaki itu masih dikurung didalam kamarnya dan lagi untuk apa keluarga hans masih disini, batin dalia ia kesal menatap dua ular itu, chelsea dan clara.

Dalia mematap kearah tiga pangeran tanpa ekspresi, entahlah ia bingung harus berekspresi seperti apa lagi saat ini. Hakim sudah berbicara seisi ruangan pun terdiam. Dalia tidak berucap apa-apa, ia bahkan menatap sang hakim dan algojo dengan santai dan tangan yang masih diborgol seolah ia sudah menyambut kematiannya.

"Disini dalia azalea berniat untuk meminta pembebasan bersyarat" ucap sang hakim membuat dalia terperangah, ia bahkan tak meminta apa-apa, dalia mematap ketiga pangeran yang tersenyum kearahnya, dalia tak mengerti maksudnya, ia hanya terdiam mengikuti alur.

Sbastian sudah membicarakan ini dengan ayahnya, ayahnya juga sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi karena setiap menyangkal selalu dapat terjawab oleh anak pertamanya itu. Setidaknya ia sudah tenang dapat menurunkan tahta nya pada orang yang tepat kelak.

"Bagaimana bisa, dia seorang pembunuh" sangkal chelsea tak terima jika gadis itu kembali mengganggunya.

Aresh pun menjelaskan bahwa pelakunya bukan dalia, tetapi seseorang yang menculiknya lantas menjualnya pada orang yang tak bertanggung jawab. Chelsea terdiam tak berkutik mendengar penuturan aresh.

Dalia sendiri terkejut mendengarnya, ternyata nasib dalia dan elena sama, hanya saja  ia sedikit lebih beruntung dari pada elena.

"Ia diculik oleh ketua dari perdagangan manusia, dan penyelundupan obat terlarang." Jelas sbastian santai. Masalah ini ayahnya tidak terlalu tau maka ia hanya menyimak ucapan anaknya dengan teliti.

"Pada kasus ini, dalia tidak ada sangkut paut sama sekali, tapi aku akan menguak semuanya sampai keakar-akarnya." Ucap sbastian penuh penekanan, dalia tak begitu mengerti persoalan ini, ia hanya bisa diam dan menyimak.

"Permasalahan pertama adalah ia menculik elena, yang kedua adalah ia seorang ketua dari perdagangan manusia yang sudah beroprasi sekitar 20 tahun lamanya, dan ia juga penyelundup obat terlarang, dan yang paling mengejutkan adalah pelakunya berada bersama kita selama ini" tutur sbastian membuat raja leander terkejut, berarti ia terlalu lalai dalam memimpin kerajaan selama ini.

"Bagaimana penjelasannya.."ucap sbastian menggantung.

"Paman hans.." lanjut sbastian tersenyum smirk.

Wajah raja leander merah padam karena menahan amarah, bagaimana bisa adiknya melakukan hal itu, padahal ia keluarga kerajaan. Berapa warga yang sudah menjadi korban adik kandungnya itu.

"Apa-apaan kau menuduh pamanmu sendiri, ini kah yang akan menerima tahta kerajaan selanjutnya, tidak punya sopan santun" ucap paman hans murka. Aresh terseyum melihat pamannya yang sedang menutupi kebohongannya.

"Ini adalah bukti-bukti yang sudah kami kumpulkan" ucap aresh sambil menunjukan dua dokumen, satu pada ayahnya dan satu lagi kepada hakim.

Raja leander murka sementara itu paman hans tak dapat mengelak lagi. Ia menggepalkan tangannya kuat.

"Apa kau tak sadar paman, jika salah satu anak buahmu berhianat?" Tanya reiga tersenyum puas.

"Anak buah bajingan tak tau diuntung!" Gertak paman hans, terbongkar sudah sifat yang selama ini ia tutupi dihadapan kaka kandungnya.

"Hukum dia !!" Ucap raja leander menyerahkan pada algojo.

"Bukankah dalia juga sama, dia adalah seorang penyusup" ucap clara tak terima jika hanya ayahnya yang dipenjara.

"Aku bukan penyusup!! Sudah kukatakan berkali-kali!" Kini dalia angkat suara, setidaknya jika harus mati disini, ia ingin mati dengan terhormat.

"Dari mana asalmu?? Kau ingin membual lagi?!" Kini calvin yang bertanya. Kali ini para pangeran tak bisa turun tangan karena mereka juga tidak mengerti.

Dalia kebingungan bagaimana cara menjawabnya. Lagi pula jika ia mengatakan hal yang sebenarnya pun tak akan ada yang mempercayainya.

"Siapa disini yang akan mempercayai dongeng mu itu?!!" Tanya chelsea dengan suara tingginya. Dalia terdiam pasrah. Benar, ini adalah hari terakhirnya batin dalia.

"Aku percaya.." jawab seseorang.

"Karena aku pernah mengalaminya" semua orang terkejut siapa yang tengah mempercayai bualan dalia. Begitupun dengan dalia yang jelas sama terkejutnya karena yang berbicara kali ini adalah seena, anak kedua paman hans.


Jangan lupa vote, komen&follow.. mampir juga di ig @callista_ra.
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=
#satu kata buat castor=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang