20

884 94 0
                                    

Setelah beberapa hari belajar dasar mengeluarkan, mengayun dan memasukan pedang. Juga cara-cara mengayunkan pedang dengan baik dan sedikit gerakan memutar kini dalia mempelajari bagaimana caranya bisa selamat ketika berada didalam pertarungan.

"Yang pertama yang harus kau lakukan adalah waspada terhadap situasi merupakan kunci untuk memenangkan pertarungan." Ucap alcen menjelaskan, sementara dalia benar-benar fokus memperhatikan.

"Pikiranmu tidak hanya berfokus pada kesadaran bahwa kau harus siap bertarung, tetapi juga memperhatikan lokasi di sekelilingmu dengan cepat dan memikirkan cara untuk mengubah lokasi pertempuran menjadi hal yang menguntungkan bagimu elena"

"Karena jika kau tidak siap, kau bisa diserang sebelum sempat menarik pedang. Dan kau harus percaya dengan firasatmu entah itu baik buruknya saat itu" lanjut alcen.

"Yang kedua amati lingkungan pertarungan. Setiap pertarungan pasti dilakukan di suatu tempat, maka amati area pertarungan agar kau bisa menerka kelemahanmu sendiri di tempat itu, lantas disini kau harus gunakan kecerdasanmu untuk mengubah kelemahanmu menjadi sesuatu yang menguntungkan bagimu" dalia mengangguk-angguk paham.

"Mmm.. mungkin contoh kecilnya seperti mata kita yang tak kuat terhadap sorotan sinar matahari, maka kita harus memancing lawan untuk berada di posisi itu maka keuntungan dipihak kita, begitu bukan" ucap dalia yang diangguki oleh alcen.

"Gadis pintar" pujinya sambil mengusap rambut dalia.

"Owhh yes i'am" batin dalia bangga meskipun tak ia ucapkan, ia hanya tersenyum simpul.

"Yang ketiga dan yang terpenting Bersikaplah santai, panik merupakan reaksi alami ketika seseorang bertarung menggunakan pedang. Tetapi, jika kau tegang, pikiran akan melemah sehingga kau tidak bisa bertindak dengan cepat, dan kau qkan kehilangan kendali. Ini sangat fatal. Tapi dengan berlatih, kau bisa lebih mengasah konsentrasimu, maka dari itu perbanyaklah latihan."

"Kurang lebih, ini hal yang harus kau ingat-ingat" ucap alcen menyudahi penjelasannya.

Dalia pun mencoba mulai bertarung dengan alcen lawannya. Padahal dalia sudah berkeringat dengan mengeluarkan banyak gerakan sementara alcen hanya terdiam mengayunkan pedangnya tanpa bergeser satu jengkalpun dari tempatnya.

"Kau sangat luar biasa pangeran alcen" puji dalia sambil mengatur nafasnya. Alcen tersenyum sambil menghampiri dalia.

"Kau juga hebat bagi seorang pemula" ucap alcen balas memuji dalia sambil mencubit hidung dalia. Sepertinya alcen tau dalia mudah tersipu sehingga ia senang mengacaukannya.

"Dasar buaya" celetuk dalia mencoba menutupi degupan jantungnya.

"Buayanya 'elena', bukan begitu?" Bisik alcen di telinga dalia dengan suara dalamnya. Telinga dalia memerah setelahnya dan alcen melihat itu terkekeh.

"Aku tak suka lelaki buaya" dengus dalia memutar bola matanya.

"Bukankah kau bilang buaya itu menggemaskan seperti aku" ucap alcen merengek.

"Entahlah, pikiranku berubah" ucap dalia acuh, meskipun dalam hati ia tak tahan dengan wajah menggemaskan alcen. Ia bahkan bisa terlihat menggemaskan dan menggoda di waktu yang bersamaan batin dalia.

"Elena...."rengek alcen.

"Hmm."

"Katakan bahwa aku buayamu" rengeknya lagi. Ya tuhan.. bagaimana jika alcen tau arti 'buaya' yang sesungguhnya bukanlah 'menggemaskan'. Kok ada.. cowo yang minta dipanggil buaya..

"Hmm.."balas dalia mencoba terlihat dingin.

"Katakan aku buayamu" rengeknya lagi terus memohon, bagaimana imannya tidak runtuh dihadapkan buaya seperti ini.

"Iya.. pangeran alcen buaya milik elena" ucap dalia.

"Puas?" Tanya dalia sementara alcen terkekeh sambil mengangguk, bagaimana bisa pria berumur sekitar 21 tahun masih bertingkah seperti anak kecil.

***

Hari ini, dalia dan alcen berlatih di tempat yang cukup jauh dari istana. Ini mengharuskan mereka untuk berkuda. Dalia rasa seperti de javu karena ia berkuda lagi bersama alcen dan melewati pemukiman warga yang menatap iri kearahnya, terutama para gadis.

Mereka berlatih di danau yang cukup besar, air nya jernih suasana nya sangat menyejukkan dengan kicauan burung yang bernyanyi dengan bebas.

Mereka duduk menyila di salah satu batu dekat danau sambil memejamkan mata mereka. Dalia mengatur nafasnya dan mengosongkan pikirannya. Ia merasakan indranya seperti lebih tajam dari sebelumnya, ia merasakan kemana arah hembusan angin, ia dapat merasakan suara burung mana yang paling dekat dan paling jauh dari keberadaannya. Dalia juga merasakan langkahan seseorang yang menuju kearahnya.

"Tunggu" batin dalia merasa keliru.

"Sepertinya bukan sendiri, tapi banyak" ucap dalia dalam hati, suara langkahan itu semakin dekat kearah keberadaan mereka.

"Pangera alcen, menjauhlah dari gadis itu" Ucap seorang prajurit menyadarkan mereka berdua.Ternyata benar, ada sekitar sepuluh prajurit menghampiri mereka berdua.

"Ada apa?" Tanya alcen tidak paham apa yang tengah terjadi.

" pangeran, menjauhlah dari wanita penipu itu" ucap salah satu dari mereka menunjuk kearah dalia. Sementara yang ditunjuk panik dan kebingungan.

"Apa maksudnya" tanya alcen masih belum paham.

"Pangeran alcen, anda dipanggil yang mulia raja untuk menghadap, dan gadis ini biar kami yang membawanya." Ucap ketua dari mereka menjelaskan, sementara prajurit yang lain memborgol tangan dalia dan menarik dalia dengan paksa.

"Kenapa kau memperlakukan orang terdekatku seperti hewan!" Sentak alcen marah tak terima dalia diperlakukan seperti itu.

"Tapi dia penipu wahai pangeran" balas salah satu dari mereka dengan suara takut karena melihat alcen marah.

"Apapun itu alasannya, biarkan ia pulang bersama ku!" Ucap alcen mutlak, meskipun tangan dalia tetap harus diborgol.

"Mungkinkah?" Batin dalia bergetar mempertanyakan apakah ini akhir dari ini semua.

Maaf banyak typo

Jangan lupa vote&follow&komennnn......jangan lupa mampir di ig @callista_ra mari kita berkawan
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Where stories live. Discover now