18

933 108 0
                                    

"Jangan mendekat!!" Jerit anak kecil yang sedang bersembunyi dibawah meja ketika ayah nya mendekat sambil menggenggam pisau.

Ayah? Apa kah ia bisa disebut sebagai ayah? Bagaimana bisa seorang iblis menyandang panggilan ayah?.

"Dalia!!!"sentak sang ayah menghampirinya lantas berjongkok agar dapat melihat putri satu-satunya.

Ayahnya tengah mabuk, ia melampiaskan segala amarahnya pada putri satu-satunya, karena hanya anak itu yang ia punya saat ini.

"Sstttt..Jangan berisik, nanti orang lain menganggapku ayah yang jahat" ucapnya sambil menutup mulut dalia dengan pisau yang ia tempelkan dibibir dalia.

Tubuh gadis kecil itu gemetar hebat. Manusia yang paling ia takuti di dunia ini adalah ayahnya sendiri.

Dalia ditarik keluar oleh ayah nya lantas diseret kearah lemari kosong dan mendorong putrinya untuk masuk kedalam lantas menguncinya dari luar.

"Diam disitu" bisik ayahnya dari luar. Dalia kecil menangis ketakutan, tubuhnya bergetar hebat saat ini. Sementara itu, ayahnya tengah menggeledah kamarnya dan mencari uang yang di sembunyikan oleh dalia.

Hari ini dalia tidak menyetorkan uangnya karena ia tabungkan untuk membeli buku sekolah, tapi ayahnya tak mau tau lantas mengunci dalia didalam lemari agar ia bisa mengambil semua uang hasil kerja putrinya untuk membeli obat-obatan terlarang. Dalia terus menangis sejadi-jadinya.

"Ayah... buka pintunya.." rengek dalia kecil.

"Ding!... dong!..ding!...dong!!!" Jam dinding berbunyi menandakan ini sudah jam dua belas malam.

Dalia terbangun dari tidurnya langsung meneguk air yang ia sediakan di samping tempat tidurnya.

"Kenapa kejadian sialan itu terus kambali didalam mimpinya" pikir dalia dalam hati.

Ia mencoba menenangkan pikirannya sambil berjalan keluar dari kamarnya, menghirup udara segar. Dalia menyusuri tangga menuju lantai tertinggi diistana. Ia berjalan dengan pikiran kosong seolah tak ada ruh di dalam dirinya.

Entah mengapa disaat pikiran kosong kita seolah jalan begitu cepat sampai tak terasa bahwa kita sudah berada di tempat tujuan, entah hanya dalia saja yang merasa begitu, atau mungkin kalian juga merasakan hal yang sama.

Hembusan angin menerpa helaian rambutnya. Dari sini ia bisa melihat seluruh Avantazia dengan jelas, kelap-kelip lampu yang menerangi setiap rumah membuat pemandangannya semakin indah, ditambah malam ini banyak bintang dilangit.

Dalia menghela nafasnya seolah membuang semua permasalahannya. Bagaimana ia bisa tenang disini sementara permasalahan didunia aslinya selalu mengganggu pikirannya. Ia berharap ketika didunia ini ia bisa melupakan semua permasalahannya, tapi ternyata tidak. Ia tidak bisa kabur dari masalah yang seolah sudah menjadi sobatnya.

"Kau selalu keluar saat tengah malam" seseorang tiba-tiba ikut berdiri menatap pemandangan di samping tempat dalia berdiri.

"Karena tengah malam adalah saat-saat paling tenang" jawab dalia setelah menatap siapa yang menghampirinya.

"Elena..." panggil alcen lembut.

"Hmm.."

"Haha.. kau sudah menerima nama itu" kekeh alcen, ini kali pertamanya ia memanggil dalia dengan nama elena, karena biasanya ia memanggilnya dalia saat mereka hanya berdua saja.

Dalia ikut terkekeh, ia bahkan tidak sadar jika elena bukanlah nama aslinya. Lagi pula ia sudah tinggal disini cukup lama sehingga ia sudah terbiasa dengan nama itu.

"Dari mana asalmu sebenarnya?" Tanya alcen tanpa menatap kearah dalia.

"Kau baru menanyakan hal itu sekarang?" Balas dalia tak habis pikir, saat pertama kali bertemu lelaki ini seolah tak mempermasalahkan asal nya dan langsung mengenalkannya dengan nama elena.

"Entahlah, aku pikir kau berasal dari negara lain atau benua lain" ucap alcen lantas menatap kearah dalia.

"Tapi kau terlihat begitu berbeda.. mungkin sangat berbeda" lanjut alcen, mungkin ia sudah menyadari bahwa mereka bukan hanya memiliki perbedaan kultur dengan dalia, tapi seolah beda zamanatau beda peradaban.

"Kau menganggapku sebagai alien?" Tanya dalia sambil bergurau, ia rasa satu persatu akan menyadari perbedaan dalia. Lantas mungkin saat ketahuan bahwa ia bukan elena yang asli, ia akan di penjara diruang bawah tanah dan mati di sana, entah apa rasanya mati di dunia lain.

"Ya .. sedikit" balas alcen membuat mata dalia terbelalak, bagaimana bisa ia disamakan dengan alien yang selama ini ia ketahui berparas sangat menakutkan.

"Alien yang sangat cantik" lanjutnya saat sadar dalia tak terima dikatai seperti itu. Dalia hanya mendengus dan membuang muka dari hadapan alcen.

"Kau yang bodoh, langsung membawa orang asing kedalam istana, bagaimana kalau ternyata aku adalah orang jahat? " ucap dalia.

"Justru itu.." balas alcen menggantung.

"Apa?"

"Kau tidak terlihat memiliki niat buruk, kau terlihat begitu baik elena, maka dari itu aku tidak ragu membawamu ke istana" lanjut alcen membuat dalia kini menatap kearahnya. Ia memang bukan orang jahat, apalagi di perlakukan sebaik ini di sini, mana mungkin ia mengecewakan mereka.

"Sekalipun kau makhluk asing, aku akan menyebutmu malaikat" ucap alcen lagi sambil menyelipkan anak rambut dalia ke belakang telinganya. Dalia tak bisa menyembunyikan ronanya, ia mengalihkan pandangan menatap kearah depan.

"Kau sedang memujiku?" Tanya dalia acuh.

"Tidak.. aku sedang berkata jujur" balas alcen semakin membuat rona merah dipipi dalia semakin tampak. Dalia jadi tak berani menatap kearah alcen.

"Kau semakin cantik saat sedang tersipu seperti ini" ucap alcen yang menyadari dalia sedang tersipu karenanya. Ia justru semakin gemas sambil mengacak-acak pucuk rambut dalia.

"Dasar jantan" bisik dalia mendengus.

"Hei, kau menganggapku hewan" ucap alcen tak terima di panggil jantan karena ia adalah seorang pria, sementara jantan untuk hewan.

"Kalau begitu, dasar buaya" ucap dalia

"Apa salah buaya, kenapa kau memanggilku dengan hewan yang hidup di dua alam itu" tanya alcen tak mengetahui apa alasan wanita memanggil seorang pria dengan sebutan buaya.

"Karena kau menggemaskan makannya kusebut kau buaya, karena buaya menggemaskan" balas dalia asal.

"Oh ya sungguh? Kalau begitu aku bisa terima jika kau memanggilku buaya" ucap alcen membuat dalia tak bisa menahan tawanya, bagaimana jika ia tau kalau buaya adalah panggilan penghinaan bagi pria yang suka menggoda banyak wanita.

"Aku adalah buaya milik elana" ucap alcen membuat dalia semakin tertawa puas.

"Besok mau berlatih pedang bersamaku?" Tanya alcen membuat dalia mengangguk semangat, ia sudah menyelesaikan latihan panahnya kemarin, jadi besok ia akan memulai belajar ilmu pedang.

Dalia merasa seperti sedang membaca novel kerajaan.


Alcen, 'buayanya' elena(dalia)

Jangan lupa vote&follow&komennnnn jangan lupa mampir di ig @callista_ra mari kita berkwan, kawannnn
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant