Teduh

4.1K 643 207
                                    

Gatau kenapa comeback kali ini on fire banget wkwk

***

Andreas tiba di rumah sakit tepat sewaktu James ngurus administrasi ruang rawat di meja admin. James agak kebingungan buat ngisi data-data yang diminta rumah sakit.

"Saya aja mbak yang isiin, kebetulan saya kakak iparnya," kata Andre yang langsung disambut napas lega dari James. "Kalo gue bilang gue kakak lo, pasti resepsionis gak akan percaya. Mending gue bilang kakaknya Vic, Udah tenang."

Mata James keliatan capek banget. Sebenernya dia kurang tidur karena dia harus kelarin beberapa penelitian dan harus konsultasi sama dosen di Belanda. Sementara Belanda sama Indonesia beda waktunya lumayan jauh. Mau gak mau, James harus menyesuaikan waktu yang digunakan di dua negara itu.

"Gimana kata dokter? Bayinya nggak kenapa-napa kan?"

James ngangguk. "Bayinya sehat, cuma Victor terlalu capek dan stres. Butuh banyak istirahat, apalagi ini kehamilan pertama." James udah lancar bahasa Indonesianya karena dia dan Victor tiap hari berusaha komunikasi pake bahasa Indonesia buat mempermudah kehidupan mereka selama di sini.

"Nggak apa-apa, dulu Sam juga sempat masuk rumah sakit. Tubuh 'manusia spesial' itu agak berbeda dari ibu biasa. Lebih rentan, jadi kita juga harus ekstra jagainnya." Andre yang berpengalaman cerita gimana struggle-nya kehamilan Sam dulu sampe si kembar lahir ke dunia. "Sekarang kalian berdua lagi jauh dari keluarga masing-masing. Jangan sungkan minta tolong ke gue atau yang lain."

James ngangguk. Pundaknya ditepuk-tepuk Andreas pelan. Jujur, dia sendiri udah banyak ngerepotin Band Teng dan lainnya. Apalagi kasus yang melibatkan bapaknya sekarang harus terhenti sementara karena si bapak nggak tau ilang kemana.

"Maaf,"

"Buat apa James? Nggak ada yang perlu dimintain maaf,"

Cowok Singapura berdarah Indonesia itu tiba-tiba nunduk dan nangis. Ngelepas semua beban pikirannya selama ini. Gimana bisa dia dan Victor hidup tenang? Dia takut, suatu saat keluarganya bakal misahin dia sama Victor dan anaknya.

"Hidupku isinya takut, lihat Victor berdarah-darah, aku takut nggak bisa jaga Victor," kata James yang udah sesayang itu sama Victor dan calon anak mereka. "Setelah bayi kami lahir, kami mau pindah ke Ceko. Lebih dekat dengan keluarga Victor, sesuai keinginannya. Aku mau menebus semua kekhawatirannya,"

Andreas senyum lembut ngeliat sisi James yang sentimental ini. "Iya, gue dan yang lain bakal bantu lo. Kita cari bokap lo sama-sama, kita lakukan prosedur hukum yang semestinya. Biar lo dan Victor bisa ngebesarin anak kalian dengan tenang ya,"

***

Hari berganti dan situasi sekarang ada di studio arsitektur. Ada Junior yang jam 7 pagi masih nyusun bab akhir skripsinya, ngejar yudisium bulan ini biar sampe wisuda bulan depan. Iya, Junior semalem nginep studio dan belum tidur. Hari ini dia bimbingan terakhir jam 2 siang dan berencana tidur jam 8 pagi ini. Matanya udah berkantung, perutnya laper, dan dia sendirian sebab temen-temennya mutusin pulang tengah malem.

"Pagi, Jun--astaga! Nggak tidur nih pasti,"

Keluarga Jordy masuk studio yang memang difungsikan buat belajar mandiri dan proyekan itu. Jadi jurusan lain bebas masuk. Apalagi status Jordy asisten pengajar dan Tantra asisten lab. Kalo Kion asisten tim hore. Mereka dari semalem udah tau kalo Junior tidur di kampus dan pengen ngasih Junior asupan pagi.

"Kayak keliatannya gimana deh Mas Jord, Mas Tra," muka kuyu Junior natap mereka sambil senyum asem. "Abis bimbingan gue mau tidur sampe besok pokoknya."

Tantra natap Junior iba. "Jangan dibiasain Jun, jantungnya nggak kuat nanti. Lo investasi hari tua tuh duit, malah investasi penyakit." Cowok manis anak satu itu ngeluarin bekal dari dalem tasnya.

Muchas Gracias - Finale Where stories live. Discover now