Ghibah Kantor

2.8K 560 72
                                    

Tentang relationship Bapak Kaliurang Squad yang ngga baik-baik aja.

***

Tiga hari setelah Rafif wafat, suasana masih belum membaik. Ridho, Hasbi, dan kembar senior alias Anes dan Anka dengan berat hati harus balik ke tempat masing-masing karena harus balik kerja. Vian-Bintang dan Wicak-Mikha masih suka bolak-balik ke rumah Aya, bantu-bantu dan rencananya sampe 7 hari. Anak Band Teng yang lain juga gantian mengingat mereka juga punya prioritas lain.

Suasana yang belum membaik itu juga keliatan di hubungan pertemanan Vian dan Martin. Sejak ada email dari Samantha Erica ke Martin, Vian jadi punya perasaan aneh sama Martin yang keliatan gampang gusar. Vian curiga kalo itu semua bener. Apalagi Samantha juga ngirim foto-foto anaknya yang juga punya fitur wajah oriental total kayak Martin.

Biasanya, Vian bakal datengin Martin ke ruangannya pas jam makan siang. Kali ini enggak. Vian lebih suka makan di bilik kerjanya. Terus balik kerja lagi dan suka menyibukkan diri sampe waktu pulang kerja. Ruang divisi riset dan produksi yang kebetulan deket sama ruangan Martin pun keliatan sepi banget. Biasanya dua bapak ini bakal ngobrol dengan suara yang khas. Tapi ini enggak.

"Mas Vian, berantem po sama Pak Bos?" tanya Sarah yang kebetulan bilik kerjanya ada di sebelah Vian.

"Eh--enggak. Emang lagi sibuk masing-masing aja," jawab Vian sekenanya.

Sebagai karyawan yang sejak hari pertama Martin mimpin dan dia udah kerja di situ, Sarah ngrenyitin dahi. Gak percaya aja. Dia udah kenal seluk beluk dua manusia ini. Nggak mungkin mereka diem-dieman. Apalagi anak mereka seumuran.

"Mas, kamu sama Pak Bos aneh deh," celetuk Sarah.

"Aneh gimana Sar? Gini-gini ae dah perasaan,"

Sarah ngehela napas. "Kalo ada masalah, diomongin. Jangan dipendem. Jangan dikira aku nggak tau kalo kamu abis kehilangan temen, Mas..." ucap Sarah penuh empati.

Vian malah nyodorin sekaleng kopi instan yang dia ambil dari vending machine. "Makasih ya. Nih, ambil. Buat lo karena udah memberi afirmasi positif buat gue,"

"Padahal mau bayarannya uwel-uwel pipi Jiwa, abis itu foto bareng bundanya," gurau Sarah sambil dipelototin Vian.

Tiba-tiba Martin keluar dari ruangannya, bawa berkas yang harus dicek ulang sama Vian.

"Budgetting masih ada yang salah. Revisinya gue tunggu besok pagi sebelum rapat, thanks."

Dingin banget, batin Sarah yang ada di tengah pembicaraan dua bapak hot itu. Sarah begidik ngeri dan milih buat minum kopi yang dikasih Vian di lantai bawah deket resepsionis  karena sekalian dia mau ambil paket.

Tiba-tiba, Sarah nangkep pemandangan  seorang ibu muda ngegandeng anak kecil. Ibu itu ngedeket ke resepsionis. Karena kepo, dia ngedengerin percakapan perempuan itu.

"Saya Samantha. Saya mau cari Martin,"

"Mas Martin sebentar lagi ada meeting. Hari ini tidak bisa ditemui sampai besok lusa," resepsionis itu nolak.

Tapi perempuan itu malah nunjukin wajah kerasnya. Sambil lempar amplop di meja resepsionis, dia ngomong kasar sampe anak yang di gandengannya kaget. "Saya nggak peduli. Saya cuma mau Martin ketemu sama anaknya! Kalau nggak ketemu, saya akan bilang ke publik kalo Martin punya anak di luar nikah!"

Sarah nutup mulutnya. Bukannya anak Martin itu Abigail? Dan menurut Sarah, anak yang dibawa perempuan bernama Samantha itu nggak ada mirip-miripnya sama Martin!

Di kepala Sarah, ada banyak pertanyaan. Seinget Sarah, Martin bucin banget sama Kala. Di ruang kerjanya aja dia nyetak foto nikahan segede gaban dan suka diceritain ke kolega kerjanya kalo dia punya suami spesial yang manis dan sekarang punya dua anak. Dan mungkin luka lahiran Kala aja belum kering, terus ada cewek yang ngaku-ngaku punya anak dari Martin.

Muchas Gracias - Finale Where stories live. Discover now