Nasi Padang Mission

3.9K 600 73
                                    

Bantu aku menemukan inspirasi wkwk

***

Sore itu, Band Teng bersama bayi pada ngumpul di studio dalam rangka beberes karena studio abis diperluas sama fakultas. Selain ruang band, mereka juga dikasi ruang multimedia buat rekaman dan bisa dipake sama anak UKM lain kalo mau rekam podcast. Oh tentu, ini idenya Junior dan dia dengan ikhlas ngurusin semua proposalnya sampe goal.

Tentu beberes ini tidak dihadiri Kala yang masih ribet sama urusan perbayian. Apalagi Kala sama Felix nggak boleh kemana-mana sampe beberapa hari mengingat bayi sensitif banget rawan kena kuman-kuman nakal. Alhasil, manajer cerewet itu ngawasin dari jarak jauh via vidcall.

"Itu kabel rapiin tuh. Yang pojok deket kaki Jordy. Geseran geseran!"

Untungnya para bayi sibuk main sendiri dan nggak ngerusuh proses kerja mama papanya itu.

"Oke udah kelar ya Mas, nanti kalo Gama udah boleh dibawa keluar rumah, ajak main studio," kata Junior yang sekarang cuma bertiga sama Naka dan Haki sebagai Band Teng 2.0.

Kegiatan mereka lanjut ke ngobrol-ngobrol. Diskusi kelanjutan Band Teng setelah Junior lulus. Selama ini mereka nyari anak band di fakultas, tapi nggak ada yang sebagus Band Teng sebelumnya. Belom keliatan banget.

"Kayaknya spektrum musisinya harus diperluas deh," celetuk Vian dengan bahasa-bahasa intelektualnya. "Menurut gue karena Band Teng sekarang gak cuma punya S1 doang, tapi punya fakultas teknik,"

"Maksudnya gimana? Musisinya boleh dari mahasiswa, dosen, staf?" tanya Sam sambil nimang-nimang Kalula yang capek main sama bayi lain.

Vian ngangguk. "Iya, nggak cuma mahasiswa aja. Sanggar Tari Aceh sebelah juga anggotanya banyak yang non-S1. Hasbi yang udah gabung ama kita aja masih suka gendangin mereka latihan,"

Semua paham, susah banget nyari orang yang berdedikasi kaya Band Teng. Apalagi anak S1 sekarang sibuk banget sama praktikum dan kurikulum kampus merdeka, yang bisa bawa mereka exchange dengan mudahnya. Orientasi mereka gak ke UKM lagi 100%.

"Ada saran nggak ya? Better kita buka audisi aja atau cari sendiri dan minta acc Pak Fauzi?" Andreas mancing feedback.

"Gue sama Kala sebenernya punya kandidat," celetuk Martin. "Kalo dosen boleh masuk, temennya Lord Bambang tuh ada. Profesor muda baru umur 37. baru balik dari Jerman. Dia musisi sih,"

Bintang sama Vian nengok ke Martin. "Jangan bilang yang main Cello. Yang kemaren nengokin Sinyo sama Fay ke rumah," selidik Bintang.

Martin ngangguk. "Yang penting alat musik, kan?"

"Kentongan juga alat musik, Martin Santoso, S.T." Jordy ngebacot sambil ngemil remahan biskuit bayi. "Kan band kita slow rock dan kadang etnik juga. Apa nggak ngubah identitas tuh?"

Jordy sebenernya mah bebas mau siapa aja yang masuk. Asal mainnya enak dan bisa jaga konsistensi sebagai band.

"Yaudah, gini aja. Kita adain audisi aja gimana? Teknisnya bisa kita bahas lagi. Nyebar poster kek, nanti kita seleksi." Tantra menengahi soalnya udah ngeliat komuk orang-orang kelaperan.

Deal. Akhirnya semua orang setuju sama usulan Tantra.

Tok tok!

Pintu studio yang masih bau cat itu kebuka. Terlihat kepala seorang cowok kurus muncul dari balik pintu. Ngangkat paper bag dengan aroma gulai dan rendang.

"Nasi Padangnya anyone?"

Iya, itu Tio. Sengaja si Andreas pesen nasi padang di tempat Tio karena dia BM banget ngejodohin Tio sama Junior sejak keduanya sering kepergok berantem kecil.

Muchas Gracias - Finale Where stories live. Discover now