Yang Vian Nggak Tau (1)

2.3K 346 51
                                    

Mungkin chapter ini dan dua atau tiga chapter ke depan bakal full keluarga Vian.
Sekali lagi, ini fiksi ya teman. Hanya mengambil setting tempat yang ada.

Full Vian & keluarga~

***

Vian sulit percaya kalau sekarang dia udah ada di tanah kelahiran papanya, Papa Dearly Jansen Rengkuan. Impian Vian selama ini mengunjungi keluarga papanya yang nggak dia kenal sejak kecil akhirnya kesampean. Dia cuma pengen menjalin komunikasi lagi biar nanti Jiwa tahu dari mana darahnya berasal.

"Bun, boleh nitip Abang dulu? Ayah mau ambil koper. Bunda tunggu sana aja deket pintu keluar ya."

Sang kepala keluarga menyerahkan si sulung ke Bintang, pelan-pelan soalnya Jiwa dari tadi tidur di gendongan nyaman Vian.

"Ndakk... Mau ikut Ayah jalan..."

Bintang ngrenyit. "Tumben banget mau sama Ayah?" Tangannya nyolek pipi Jiwa yang kebangun dan nyenderin kepalanya ke bahu Vian. "Ya udah, Bunda yang ambil koper ya. Ayah sama Abang tunggu sini. Ayah jalan ke depan aja, nanti Bunda susul."

Bocil dan ayahnya pun jalan ke deket pintu kedatangan. Di ruang yang nggak seluas bayangannya itu, mata Vian menangkap visual seorang laki-laki nyentrik berambut panjang agak kriwil lagi duduk kayak nunggu seseorang. Vian memang nggak yakin, tapi bayangan wajah Papa Jansen di kepalanya seolah menjadi kepingan puzzle yang meyakinkan dia kalau orang di hadapannya ini Bobby John Rengkuan, orang yang mengaku sebagai kerabatnya.

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"

Permisi, ini Kaka Bobby?" tanya Vian canggung. Mana manggilnya pake 'Mas'.

Pria itu ngelepas wireless headset-nya. Nggak ada satu kata pun keluar dari mulut pria itu. Dia bergantian ngeliat Vian dan Jiwa yang gandeng tangan besar Vian.

Benar, ini orangnya. Bau darahnya sama deng Kaka Jansen. De pe anak kacili ni pasti anaknya. (Anak yang dibawanya ini pasti anaknya).

"Vian? Vianney Rengkuan?"

Vian ngangguk kaku. Matanya merah nahan tangis. Bobby adalah keluarga pertama dari pihak ayah yang dia temui langsung setelah papanya meninggal belasan tahun lalu. Entah, rasanya aneh. Suara papa yang perlahan dia lupakan, tiba-tiba dia inget.

Dengan kaku, Vian sambut pelukan Bobby. Ya, Vian ngerasain kalo darah yang ngalir di badan Bobby ini juga darah yang sama kayak dia dan Jiwa yang sekarang diem ngeliat interaksi dua orang dewasa ini.

"Kaka Jansen nyanda bacarita de pe anak so mirip papanya..." (Kakak Jansen nggak cerita kalau anaknya mirip papanya). Bobby juga ngeliat Jiwa yang kebingungan. "Ai, ngana pe anak juga mirip ngana."

Vian nggak terbiasa dengan dialek Manado itu. Tapi dia paham karena dulu pas di bangku kuliah, dia punya temen HIMATEKPIL anak Manado yang hobinya ngomong keras-keras sama bapaknya lewat telpon. Ya, dia juga salah satu yang bantu Vian cari alamat keluarga papanya.

Muchas Gracias - Finale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang