Angkatan Ketiga

2.6K 388 106
                                    

Makin tua makin suka pegel pegel :)

***

Di studio band yang udah berkali-kali upgrade dekor itu, Andreas dan yang lain ngumpul. Agenda akhir pekan sih. Mereka berencana meresmikan Band Teng 3.0 yang sekarang skalanya lebih kecil dan jangkauan komposisi membernya lebih luas.

Ada Yusril yang sekarang ikutin jejak Tantra jadi asisten lab mahasiswa, ada Hafiz si adek almamater Vian, dan Ilyas, seorang cucu pemilik studio foto tua yang sekarang jadi langganan anak kampus berkat Andreas yang masang foto-foto post-graduated di sosmed. Hasil foto Ilyas yang keren dan estetik itu bikin orang-orang penyuka vintage sukarela dateng ke studionya. Akhirnya, Ilyas mau gabung Band Teng sebagai tanda terima kasihnya.

"Ini cuma bertiga?" tanya Haki yang diglendotin dua anaknya.

Iya, studio kerasa penuh gegara sekarang Band Teng kalo ngumpul suka ngajak para bocil. Tentu mereka udah bikin aturan, kalo mau bawa bocil pas weekend aja, biar ga ganggu orang kuliah.

"Iya, tiga dulu. Toh kita biasanya personel juga bongkar pasang." Andre ngegaruk tengkuknya. "Kemaren gue minta personel ke anak UKM yang baru, tapi nggak ada satu pun yang mau."

Sejak Band Teng dikomersilkan, para personel mutusin buat pisah dari UKM musik. Tapi tetep aja, kalo ada lomba Band, Band Teng yang suruh maju. Anak UKM musik lebih fokus ke karawitan sama orkestra.

"Tapi gue bisa kok kalo disuruh pegang apa aja," kata Ilyas. Iya, dia bakatnya banyak. Suruh pegang drum oke, piano oke, bahkan DJ set juga digas. Makanya pas Ilyas mutusin buat gabung, Andre udah kaya nemu emas sekarung.

Tok tok tok!

"Halo, guys!"

Dari luar nyembul kepala Junior dan Tio. Plus si kecil Rafa yang hari ini diajak ke studio karena amanya harus kerja. Padahal weekend :")

Keluarga kecil itu bawa satu tampah isi tumpeng dengan lauk-lauk rumahan. Rencananya, mereka mau ngeresmiin Band Teng 3.0 sederhana aja. Tapi Tio inisiatif bikin tumpeng dan didukung penuh oleh Junior. Ya, yang punya rumah makan mah beda ya.

"Uwah, lo ke sini naik motor bertiga bawa tumpeng?" tanya Kala.

"Ya ga mungkin Mas, ambyar ini ntar. Tadi minjem mobil mertua dulu. Soalnya ini bocah ngintil juga, kasian--Rafa, salim dulu sama uncle-nya. Abis itu boleh main." Anak yang introvert itu malu-malu ngangguk dan ngelakuin instruksi Junior.

Kayaknya Junior dan Tio yang kudu bilang makasih ke Aya karena ngebolehin Rafa jadi 'anak' mereka kalo Aya lagi kerja. Keberadaan Rafa tuh jadi berkat. Junior langsung hamil beberapa minggu setelah Rafa sering dititipin ke mereka. Sekarang Rafa juga gak segan manggil 'Ayah-Mama' ke Tio dan Juneh. Toh Rafa anaknya baik dan ga neko-neko.

"Oke, sebelum dimulai, alangkah baiknya kita doa dulu, dipimpin sama Hafiz." Vian ngasih komando ke temen-temennya.

Pas mereka lagi anteng, mau berdoa. Tiba-tiba pintu diketuk.

"Yaelah, udah khusyuk gue hampir setingkat sufi, ada aja tamu," celetuk Jordy sambil berdiri mau buka pintu karena dia yang terdeket.

Tatapan Jordy mengheran pas liat siapa yang ada di depannya. Seorang dosen muda yang selama ini sering dibicarakan. Beliau bawa kotak besar banget, mirip gentong pasirnya Gaara di Naruto. Jordy yakin itu alat musik, cello lebih tepatnya.

"A-ada apa ya, Pak?" tanya Jordy. "Ruang orkestra di ujung lorong ini, Pak. Tapi anak orkestra lagi nggak ada latihan..."

Dosen itu senyum. "Bukan, saya mau cari ruangan Band Teng." Dosen itu bisa nangkep kebingungan Jordy. "Pak Fauzi sama Pak Bambang yang nyuruh saya ke sini. Katanya kekurangan personel, ya?"

Muchas Gracias - Finale Onde histórias criam vida. Descubra agora