Working Parents (2)

1.3K 302 148
                                    


Nangis aja dulu apa ya gue...

***

Bintang gelisah banget sejak setengah jam yang lalu. Suaminya yang tadi tiba-tiba pamit pergi sama Martin ke Sun Dance Club bilang kalau Aya ada di sana. Bolak-balik dia ke kamar mandi. Selain karena faktor kandung kemih yang gampang 'bereaksi' di trimester ketiga ini, Bintang juga jadi bolak-balik minum.

"Bibin, udah minumnya, nanti kembuuung," ujar Kala yang ngeliat Bintang hampir nenggak air putih satu gelas besar. "Masalahnya lo udah ada 4 kali ke kamar mandi sejak gue dateng."

Ngeliat suaminya pergi nyusul Andre bareng Vian, Kala dan kedua anaknya nimbrung ke Bintang. Ah, Abie, Gama, sama Jiwa jelas bodo amat dengan kondisi ini. Mereka cuma tau main aja, sementara dua mamaknya bingung.

"Gue kesel sama Aya. Tapi ngeliat kekacauan gini, gue jadi kasihan dan keselnya pending."

Bintang ngangguk. "Betul, Aya biasanya nggak gini soalnya, ya kan? Tapi sejak Tio jarang jemput Rafa ke sekolah, kata Miss Indira, Aya suka telat emang jemputnya. Alesannya rapat lah, ada klien lah. Ya maklum jabatannya sekarang rada bagus." Jujur, kalau dibilang lalai, ini udah kebangetan.

Kala mijit keningnya pusing. Dia kepikiran sama gosip kalau orang tua Rafif pengen Rafa dibawa ke Jakarta dan diasuh sama keluarganya Rafif. Terus gimana nasib Aya? Yang Kala tahu, ortunya Aya juga bukan orang susah, Rafif juga. Tapi mungkin karena tradisi. Keluarga Rafif mau membesarkan Rafa secara utuh.

"Gue kecewa aja, Kal. Kan, kita juga udah janji mau jagain Rafa." Mata Bintang berkaca-kaca. Bibirnya melengkung. Matanya merah. "Di waktu yang sulit ini gue ngerasa ga dibutuhin sama Aya. Huhu sedihnya ada banget..."

Kala ngehela napas. Paham banget kalo 'bumil' satu ini lagi sensi. Ibaratnya semua keluhan mama-mama Band Teng pas hamil jadi satu di kehamilan Bintang kali ini. Dikit-dikit nangis sampe Vian nyiapin kotak-kotak Tisu di setiap sudut ruangan. Untung Vian sabar.

"Bin, menangis nggak bakal banyak membantu. Tapi karena hormon kehamilan, gapapa ... menangislah, kan kau juga manusya~"

Kala malah nyanyi dan mengundang perhatian para bocil.

"Mama bikin Bunda Abang nangis, ya? Kok gituuu! Ndak boleh Mamaaa!" Abie bereaksi pas liat Bintang nangisin Rafa dan sang Ama, lalu ngambil tisu lembar demi lembar. "Mama cepat mengaku. Bunda Abang diapain?"

Mata Kala berotasi. Si sulung kecil udah pinter mengintimidasi. "Bunda Abang gapapa Cece, terharu dikit."

"Tapi kasian--Bang Jiiiw ini bundanya kamu menangis! Dibuat menangis oleh Mama Cece!"

Bintang nahan ketawa. Tapi dia pengen lanjutin drama ibu dan anak itu. Makin heboh doi nangisnya, apalagi respon Abie omongannya udah kaya hakim sidang di film-film. Agaknya kebawa efek tontonan eyangnya.

"Eh engga gitu, Ce..."

"HAH? IH, NDA KENAPA? APA YANG SAKIT?"

"Mamamam aaaa mamam anggg!"

Gamaliel yang liat dua kakaknya itu 'mengadili' mamanya, langsung ngerangkak cepet dan bergegas ke pelukan mamanya.

Kala garuk-garuk kepala. Runyam dah urusannya kalo begini!

***

Bapak-bapak alias Andreas, Vian, Martin, dan Jordy masuk ke Sun Dance Club. Tadinya Jordy ogah ikut. Tapi karena tugasnya udah kelar dan kebetulan Sun Dance deket kampus, dia ikutan dengan iming-iming dari Martin, "Nanti pulang gue anter lu sekeluarga."

Nggak langsung masuk, mereka diem dulu di parkiran. Menyusun rencana-rencana bodoh untuk dilancarkan.

"Kita ngendap-ngendap aja kali ya, suruh masuk terus naruh perekam di sudut meja?" usul Martin.

Muchas Gracias - Finale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang