Sepuluh

167 32 3
                                    

Setelah membayar dan mengucap terima kasih, Salma langsung turun dari taksi online yang mengantarnya. Ia memeriksa penunjuk waktu pada ponsel, masih jam sembilan lewat beberapa menit. Artinya acara akan dimulai sekitar setengah jam lagi.

Akhirnya, rencananya berhasil. Ia bisa kabur dengan mulus dari Husna dan Abid. Ia juga sudah memesan dan membayar beberapa pakaian muslim dan hijab dari supplier langganannya. Nanti saat perjalanan pulang, tinggal mengambil barangnya. Ucapannya pada Husna pagi tadi memang tak sepenuhnya bohong. Hanya perihal diskon 12% saja yang dusta. Selebihnya benar adanya.

Minibus hitam yang mengantarnya tadi sudah berlalu. Salma berdiri memandang pagar tembok putih di depannya. Pesantren Mahasiswa Al Muflihin Surabaya. Ini pertama kalinya dia berkunjung ke tempat ini. Katanya, pesantren mahasiswa berbeda dengan pesantren biasa. Pastinya, pesantren salaf dan modern saja berbeda jauh. Apalagi ini pesantren khusus mahasiswa di mana santri-santrinya lebih banyak berkegiatan di luar.

Ia merogoh tas rajut krem yang tersampir di pundak dan meraih ponsel. Langsung saja ia menghubungi Ishak melalui panggilan telepon reguler.

"Bibi …. Tebak aku di mana?"

"SweetBee …. Kok seneng banget? Emang lagi di mana? Baru aja aku mau kirim pesan buat siap-siap VC 30 menit lagi."

"No, no. Kita nggak boleh VC."

"Kenapa?!" suara Ishak terdengar cemas, "kamu nggak nemu tempat aman?"

"Karena … aku udah di depan pesantren kamu …."

"Beneran?!" Kini, intonasi suara Ishak terdengar senang. "Di sebelah mana?" sepertinya, dia tengah berjalan, terdengar embusan angin di antara suaranya.

"Depan gerbang putih yang ada tulisan nama pesantren."

"Oke. Wait."

Beberapa menit kemudian, Ishak sudah muncul dari arah timur. Ia melambai pada Salma. Penampilannya Ishak Banget. Hal yang Salma sukai. Kemeja putih dengan kancing yang dibiarkan terbuka dan kaos hitam di baliknya. Yang unik lagi, kali ini dia memakai sarung batik dan bersepatu kets.

Salma memutuskan sambungan telepon dan memasukkan kembali ponselnya ke tas rajut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salma memutuskan sambungan telepon dan memasukkan kembali ponselnya ke tas rajut. 

Ishak melakukan hal yang sama. Ponsel itu digenggamnya di tangan kanan. "SweetBee … How can you come here? Gimana bisa?"

Selain karena belajar dari aplikasi, gaya bicara Ishak yang dicampur-campur dengan bahasa Inggris membuat Salma juga semakin bisa mengerti sepatah dua patah kalimat dalam bahasa asing itu.

"Rahasia. Aku ingin momen spesial ini bisa dateng."

"I'm so happy. My Jameela Lady is already here for me," ujarnya kemudian, "Kita langsung ke tempat acara? Sebentar lagi mulai. Udah ada beberapa yang hadir." 

Salma mengangguk. Ia berjalan beriringan dengan Ishak. Jantungnya berdentum-dentum tak karuan, seperti saat Ishak menyatakan cinta kala itu. Padahal, tadi yang ia rasakan hanya senang. Apakah mungkin karena ini pertama kalinya mereka bertemu hanya berdua? Meskipun ya … banyak orang dan kendaraan hilir mudik di jalan depan pesantren.

Titik BalikWhere stories live. Discover now