3(30)

1.7K 163 7
                                    

Duduk bersimpuh di tanah mengelus lembut nisan yang berukiran nama
                 
                    Lee Do-hyun

Cuaca yang mendukung tidak terlalu panas, membuatnya betah berlama-lama.
Junhyung juga ikut duduk di samping bundanya dan melihat wajah bundanya yang terlihat sedih.

"Hyungie,,,aku sudah pulih,maaf karena tidak ada disamping mu disaat terakhir"

tangan yang setia mengelus nisan kini berpindah mengelus kepala sang putra.

"Aku dan putra kita,, merindukan mu Hyung"

Junhyung menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya tidak mau wajah sedihnya dilihat bunda.
Dia rindu ayahnya,,,,,rindu candaan penyambut pagi hari,,, rindu suara yang selalu menceritakan dongeng tidurnya,,, yang paling dirindukan pelukan dan senyum manisnya ayahnya.

Taehyung mengangkat Junghyung dan memangkunya dan dipeluk erat, dengan menumpukan pipi ke pucuk kepala sang putra.

"Kami berjanji akan hidup dengan baik,,dan kamu tidak perlu khawatir Hyung,,aku tidak sendirian disini,,ada Junhyung,mama dan papa ku,  orang tua mu yang menyayangiku, sahabat ku Jimin, dan,,,,,,, jeongguk yang peduli padaku " ucapnya pelan diakhir

"Sering-seringlah mengunjungiku dalam mimpi Hyung,,,biar rindu ini tidak terlalu menyesakkan"

Junhyung mendogak melihat ke Taehyung saat merasakan air mengalir di dahinya.

"Bunda"lirih Junghyung saat melihat bundanya menahan tangisnya, tapi tidak berhasil menahan air mata.

Taehyung mengecup dahi Junghyung dalam.

"Maaf,,hiksss,,, biarkan bunda menangis sayang,,,,hiksss,bunda ingin menangis dan terlihat lemah disini dekat ayah,,,,biar bunda siap untuk bangkit kembali hiksss sayang"

Taehyung menumpahkan tangisnya, biarkan dia menangis mengeluarkan semua kesedihan yang ditahannya, dia manusia yang lemah dan akan merasakan hancur saat ditinggalkan oleh sang tersayang, dia hanya seorang istri yang sedih ditinggal mati oleh suaminya,
Biarkan dia menangis untuk bisa tersenyum bahkan tertawa kembali.

Junhyung tidak bisa menahannya lagi. Dia ikut menangis, dia masih anak kecil yang berusia 5 tahun, Taehyung yang sudah dewasa menangis tersedu-sedu apalagi dia seorang anak yang kehilangan hangatnya dan cinta kasih seorang ayah.

Junhyung membalikkan badannya dan menyembunyikan wajahnya didada Taehyung.

Taehyung mendekap putra erat. Dia tau putranya tidaklah sekuat yang terlihat, menghiburnya padahal putra nya juga sama sedihnya.

Cup
Cup cup

Taehyung memberikan kecupan di pucuk kepala Junghyung

"Menangis hikss lah sayang,,,,, menangis huksss lah dengan bunda,,,agar setelah kesedihan ini kita bisa hikss menyambut kebahagiaan kita,,,,"




Greb

"Jangan kesana,,,, biarkan saja,,,,, mereka perlu menumpahkan kesedihan mereka,,agar bisa tersenyum lagi"
Tahan Jimin dengan memegang lengan jeongguk saat  ingin menghampiri Taehyung dan Junhyung.

Jeongguk menurut dan memilih melihat dari kejauhan.

Taehyung yang sudah pulih dan merasakan badannya sudah sehat meminta pulang lebih awal, dan saat pulang Taehyung meminta waktunya sendiri hanya dengan Junghyung untuk pergi ke makam dohyun dengan diantar sang sopir.

Jeongguk tentu saja tidak akan diam ,dia membiarkan Taehyung pergi lebih dulu, dan menyusulnya dengan Jimin.

" Apa Taehyung akan memberi aku peluang disaat dohyun telah pergi Jim?"

Jeongguk takut Taehyung akan tetap menolak kehadirannya. Dan memilih untuk sendiri

"Taehyung akan menerima mu jeon,,,beri dia waktu,, walau dia mencintai mu,,,,tidak dipungkiri dia juga mencintai almarhum suaminya,,,,,dia butuh waktu untuk bisa memulainya lagi,,, selalu berada didekatnya,,beri dia cinta dan kasih sayang agar dia bisa membalas tanpa ada bayang-bayang dari masa lalu"
Ucap Jimin.

"Makasih Jim,, akan aku lakukan semua, dan kau harus selalu menyemangati ku,,"
Ucap jeongguk melihat kearah Jimin
Jimin menganguk dan tersenyum sambil menepuk-nepuk bahu jeongguk

"Tentu kawan"












Vote dan komen


Juseyoo

Inginku Bersamanya.(✓)Where stories live. Discover now