9. Somethin' New

247 59 20
                                    

Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benak Kadita, dia akan berdiri di hadapan bangunan berkaca yang menjulang hingga 10 lantai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benak Kadita, dia akan berdiri di hadapan bangunan berkaca yang menjulang hingga 10 lantai. Gedung yang terletak di kawasan perkantoran kota Jakarta itu tampak kecil diantara bangunan lain di sekitarnya. Pada bagian depan terdapat taman dan beberapa bangku bergaya industrial yang serasi dengan lampu taman. Sekumpulan bunga gladiol ungu yang tumbuh akur berdampingan dengan bunga matahari, turut menambah semarak taman berukuran 10x15 meter itu.

Sementara itu, sebuah sedan taksi mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan lobi gedung. Seorang wanita berkuncir kuda turun, diikuti oleh seorang pria berjas yang keluar dari pintu belakang mobil. Tampak dari kejauhan, sang pria bergegas memasuki gedung tanpa memedulikan wanita yang datang bersamanya.

Wanita itu menyilangkan kedua lengannya di dada, lalu berbalik arah menuju taman. Dari kejauhan siluetnya sudah meneriakkan kalau sang pemilik rajin berolahraga. Setelan blaser, kemeja, dan rok sebetis tampak indah memeluk tubuhnya yang tinggi ramping. Sayang, ia mencebik. Memudarkan kecantikannya yang mempesona seumpama selebritas.

Kadita terpana melihat sosok yang mulai mendekatinya. Saat bersisian, rupanya perawakan mereka tiada beda. Hanya saja, dia menyembunyikannya di dalam kemeja berukuran L. Sudah pasti tampak kebesaran. Bahkan celana jeans Kadita terlihat murahan saat berdampingan dengan rok yang dikenakan wanita berbulu mata lentik itu.

Sang wanita menatap sekilas Kadita seraya mencebikkan wanita berwajah polos itu. Ia lalu merogoh saku blaser dan mengambil benda elektronik pipih berbentuk segi empat berwarna emas. Dengan menggunakan ibu jari, ia membuka lipatannya seperti wadah bedak berkaca. Setelah menyentuh layar beberapa kali, wanita beraroma melati bercampur permen itu mendekatkan benda elektroniknya ke telinga. Tanpa melihat Kadita lagi, sang wanita bersepatu tinggi melangkahkan menjauh seraya mengeluh dengan seseorang di seberang telepon.

Kadita tiba-tiba merasa muak, saat aroma sang wanita masih berputar di sekitar indera penciumannya. Bukan karena tidak menyukai wewangian, tetapi bebauan itu membuat dirinya teringat akan seseorang yang pernah menorehkan luka pada masa lalunya. Jika dia bertemu lagi dengan orang itu, Kadita akan menyeretnya ke pusara sang ibunda. Bagaimana pun caranya.

Namun, takdir masih berpihak pada Kadita karena hingga saat ini dia tidak pernah lagi bertemu dengan orang itu. Setelah mengembuskan napas, wanita yang tidak pernah mengikat rambut panjang hitam bergelombangnya itu berjalan perlahan menuju lobi gedung. Kadita menaikki satu per satu anak tangga dengan hati-hati, sebelum tertegun di depan kotak berbentuk silinder kaca yang menghubungkan teras depan dan bagian dalam gedung.

Mata Kadita mengerjap beberapa kali, melihat pintu di dalam kotak itu berputar pelan sebelum berhenti. Refleks, jari telunjuk dan ibu jari kanan bertemu dengan jajaran gigi putih yang siap mencacah setiap millimeter kukunya. Perlahan dia berjalan mendekati benda asing di hadapannya. Saat jari telunjuk kirinya menyentuh salah satu bagian pintu, tiba-tiba benda berbentuk persegi panjang itu berputar kembali.

COPY PASTE [Terbit, 2023]Where stories live. Discover now