11. Girl Brings The Boys Out

234 58 26
                                    

"Paham, ya!" Arjuna pun bergegas meninggalkan meja kerja Kadita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Paham, ya!" Arjuna pun bergegas meninggalkan meja kerja Kadita.

Kadita berdiri dari tempat duduknya. "Tung-tunggu!"

Langkah Arjuna terhenti. Tampak dia menghela napas, sebelum membalikkan badan. "Apalagi?"

"A-aku masih belum biasa pakai ... program ini."

"Belajar aja. Practice makes perfect." Pria yang mengenakan kaos berleher panjang berwarna hijau tua itu melanjutkan langkahnya yang tertunda.

Kadita kembali duduk di kursi putar berwarna putih yang masih terbungkus plastik. Kedua siku diletakan di atas meja kerja berwarna senada dengan kursi. Sementara sepasang telapak tangannya menutupi kening. Kecemasan perlahan mulai melingkupinya.

Berbagai kemungkinan terburuk akan masa depannya di Nawang Wulan, memenuhi pikiran Kadita. Semakin jarum jam bergerak, semakin gelisah pula dia. Ingin bertanya pada Arjuna, tetapi segan. Sementara karyawan lain belum menyadari kehadirannya. Kadita merasa serba salah dan mulai merutuk diri sendiri.

Kadita mengulurkan tangan untuk mengambil ponselnya, tetapi urung. Rasanya tidak tepat jika dia menghubungi Gayatri, hanya untuk menceritakan kesulitan yang dialami pada hari pertama bekerja di Nawang Wulan. Apalagi, wanita berambut cokelat  kemerahan sebahu itu sudah tidak menjadi psikolognya lagi. Suka tidak suka, Kadita harus bisa mengurai sendiri kecemasan yang dia alami.

Setelah berulang kali menenangkan diri, Kadita beranjak dari tempat duduk. Perlahan, dia meninggalkan kubikel miliknya dan berjalan menuju tempat Arjuna. Kadita bisa merasakan beberapa pasang mata memperhatikan dirinya. Tidak berani membalas, wanita itu menunduk tanpa menghentikan langkah kakinya.

Sekonyong-konyong, kepala Kadita menabrak bidang kokoh dan hangat. Sontak dia mengangkat wajah dan mendapati Arjuna sudah berdiri menjulang di hadapannya. Kadita melebarkan jarak dengan pria itu sambil tergagap.

Arjuna mengangkat sebelah alisnya, lalu berkata, "Ada apa?"

"A-aku, eh ... sa-saya masih belum paham ... yang tadi." Kadita menunduk lesu seraya merutukki dirinya lagi.

Arjuna mengembuskan napas pendek, lalu menyilangkan kedua lengannya di dada. "Udah dicoba?"

Kadita menggeleng berulang. Cemas bercampur panik sangat jelas tergambar di wajahnya. Bahkan, kedua matanya mulai berkaca-kaca.

Tanpa berkata apapun lagi, Arjuna melewati Kadita yang membisu. Pria itu berjalan menuju kubikel Kadita, lalu memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. "Sini."

Kadita membalikkan badan dan berjalan dengan langkah pendek, tetapi cepat menghampiri Arjuna. Saking gugupnya, nyaris saja Kadita menabrak badan Arjuna lagi. "Ma-af."

Kedua mata Arjuna menatap tajam Kadita, lalu berkata, "Duduk."

Kadita memasukki kubikel dengan canggung, kemudian duduk tanpa membuat plastik kursi putarnya berbunyi sedikit pun. Tatapannya terpaku pada layar datar komputer berwarna putih di atas meja.

COPY PASTE [Terbit, 2023]Where stories live. Discover now