18. Their Clash

196 50 16
                                    

Risiko terbesar dalam hidup adalah ketika seseorang berusaha dengan kuat untuk menghindari risiko itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Risiko terbesar dalam hidup adalah ketika seseorang berusaha dengan kuat untuk menghindari risiko itu. Pernyataan salah satu pembawa acara bincang-bincang terkenal asal Amerika Serikat itu, sangat cocok dengan keadaan Kadita pagi ini. Di mana dia selalu berusaha keras menghindari berbagai hal.

Permasalahan pertama yang harus dihadapinya: lift. Saat akan menemui Gayatri, Kadita nekat menuruni tangga darurat dari lantai 30. Meski kelelahan, setidaknya risiko berada di dalam benda kotak sempit itu bisa terhindari. Namun, dirinya tidak memiliki pilihan saat kembali dari tempat konsultasi.

Menaiki tangga hingga lantai 30 bukan pilihan cerdas. Apalagi dia tidak terbiasa dengan aktivitas olahraga berat. Mau tak mau, Kadita harus memberanikan diri memasukki lift. Beruntung, Arjuna sedang berada di dalamnya. Walaupun, sikap dari pria berambut panjang sebahu itu mendadak menjadi canggung.

Meskipun begitu, kali ini Kadita tidak punya pilihan selain menggunakan lift menuju lobi. Menuruni tangga hanya akan membuatnya terlambat masuk kerja. Beruntung kalau tidak berpapasan dengan Arya. Namun, risiko dimarahi habis-habisan olehnya bukanlah pilihan.

Sempat terpikir oleh Kadita akan kemungkinan satu lift dengan salah satu dari ketiga pria yang kini menjadi tetangganya. Jika bertemu Langit maka pria itu akan mengajaknya mengobrol hingga lift sampai tujuan. Jika bertemu Arjuna maka fotografer itu akan mencari celah kesalahannya. Namun, jika bertemu Arya kemungkinan tidak akan terjadi apa-apa. Pria yang selalu berpenampilan rapi dan bersih itu tak terlalu memedulikan keberadaan Kadita. Terkecuali, berhubungan dengan pekerjaan.

Malang, keempatnya membuka pintu hunian mereka secara bersamaan. Suka tak suka, mereka akan berada di dalam kotak kecil sempit itu hingga lobi. Arya yang keluar dari pintu di sebelah unit milik Langit, melirik Kadita sekilas sebelum mendengkus, dan berjalan menuju lift. Langit yang muncul dari pintu di seberang Kadita, menyapanya dengan menampakkan senyuman lebar. Sementara itu, Arjuna hanya menyandarkan badan di pintu hunian yang terletak di sebelah Kadita sambil menyilangkan lengan di dada.

Arya sudah berada di dalam lift dengan bertolak pinggang. "Lama sekali!"

Langit menoleh pada Kadita yang terkejut saat mendengar keluhan Arya. Tanpa basa-basi, pria yang mengenakan kemeja berwarna krem itu menggandeng tangan Kadita, dan bergegas memasuki lift. Arjuna masuk terakhir tanpa memedulikan orang-orang yang ada di dalamnya.

Arya memilih berdiri di tengah lift. Jemarinya menelusuri layar dengan serius. Langit dan Kadita berada di sisi kiri belakang Arya. Kadita sendiri hanya menunduk menatap lantai. Dia memperhatikan sepatu loafer berwarna cokelat tua milik Langit, sepatu oxford Arya yang berwarna merah tua, dan sneakers putih Arjuna. Gayatri pernah bercerita pada Kadita kalau pemilihan sepatu bisa menggambarkan secara umum karakter pemakainnya. Namun, wanita yang mengenakan kemeja putih kebesaran itu tidak bisa mengingat detailnya.

"Hari ini kamu resmi jadi karyawan Nawang Wulan, kan?" ujar Langit memecah keheningan. "Cieee ... dapet kartu akses karyawan, dong!"

"Kartu akses?"

COPY PASTE [Terbit, 2023]Where stories live. Discover now