31. His Order

226 34 35
                                    

"Coba kamu pikir, unitku lebih dekat ke lift dan di sebelah unit Langit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Coba kamu pikir, unitku lebih dekat ke lift dan di sebelah unit Langit. Sementara unit kamu bersebelahan dengan Arjuna, bahkan berhadapan dengan Langit. Bukannya mereka lebih memungkinkan untuk dicurigai?"

"Kamu nggak bisa nilai orang dengan tepat. Coba kamu jawab, aku ini beneran baik atau pura-pura baik sama kamu?"

"Lain kali cari gue. Jangan sampe Arya datengin kamu dan gak usah lewat tangga darurat lagi."

Tiba-tiba Kadita membuka mata. Dia terduduk di atas kasur dengan kedua tangan menutupi wajah. Kepingan peristiwa yang terjadi belakangan ini sedikit banyak mempengaruhinya. Perkataan dari ketiga pria itu terus terngiang di akhir mimpinya. Kadita menyugar seraya memejamkan lagi indra penglihatannya.

Suara dering ponsel menandakan pengingat waktu berbunyi. Kadita segera turun dari kasur empuk yang dibungkus seprai berwarna hitam lalu bergegas menuju kamar mandi. Tidak terlalu lama berada di sana, wanita itu menyisir rambut hitam panjang bergelombang miliknya. Setelah menyelipkan sebagian mahkota kepalanya di belakang telinga, Kadita melangkah menuju gantungan baju. Dia memilah di antara kemeja dan baju hangat kebesaran yang berjajar rapi.

Pilihannya jatuh pada kemeja biru tua gelap dan celana jeans pudar longgar. Tak lupa dia memasukkan ponsel ke dalam tas selempang besar dan berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Setangkup roti isi keju dan secangkir kopi latte instan yang diseduh air panas jadi favoritnya kini. Kadita mengunyah sembari memperhatikan sekeliling huniannya.

Sebuah kulkas besar kini berdiri manis menjadi bagian dari kitchen set-nya yang sederhana. Belum banyak peralatan masak yang dimilikinya karena Kadita hanya membawa beberapa saja dari Bandung. Lagipula dia tidak terlalu sering ke dapur. Kadita lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar.

Lima belas menit kemudian, Kadita sudah berada di depan lift yang akan membawanya turun ke lobi. Meski diliputi rasa cemas, tetapi wanita itu berusaha untuk mengatasinya.

"Kadita!"

Jantung Kadita berdetak cepat. Dia belum siap bertemu lagi dengan Arjuna setelah insiden foto di ruang kerja Langit. Ditambah lagi keberadaan Arjuna yang menghilang bak ditelan Bumi setelahnya, membuat Kadita kebingungan.

"Tunggu sebentar." Sebuah tangan berbalut handscon menghalangi Kadita memasuki lift. Sang pemilik tangan tiba-tiba saja menyemprotkan cairan disinfektan ke dalamnya dan membiarkan pintunya menutup, sebelum membuka kembali. "Silakan. Lift udah bersih dan steril."

Kadita terkejut. Dugaannya salah. "P-pak Arya?"

Arya menyunggingkan senyuman lebar hingga lesung pipinya tampak. "Kadita kaget? Maaf. Ayo, masuk! Mau ke kantor, kan?"

Kadita mengangguk canggung seraya memasuki lift. Rasa tidak nyaman dan asing menyelimuti wanita yang menunduk menatap lantai. Dulu Arya tak memedulikan keberadaannya, tetapi kini seolah-olah dia orang yang diacuhkan oleh CEO Nawang Wulan itu.

COPY PASTE [Terbit, 2023]Where stories live. Discover now