-01 Karung Misterius☠️

284 35 138
                                    

Ketika pemandangan indah terhalang rintangan, geserlah sudut pandangmu hingga terlihat kembali keindahannya. Sama seperti persoalan hidup.

Alandra Alfabrizio

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Tiada kata lelah dalam kamus hidupnya. Berjalan tanpa arah menyusuri jalan penuh liku cobaan telah ia tempuh walau keringat, darah, serta air mata mewarnai perjuangannya semuanya belum usai. Masalah akan terus datang menghantam hanya lantunan doa yang menjadi teman dalam duka lara.

"Mau kemana kamu? " Tatapan sinis sang ayah membuat langkah kakinya terhenti, perasaan Alandra mendadak tak enak.

Apakah pekerjaan menjadi seorang gali kubur hal yang begitu hina sampai orang tua sendirilah orang pertama yang paling meremehkan, Ia sadari orang tuanya masih mampu membiayai segala kebutuhannya. Namun apakah salah jika ingin mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya sendiri?

"Kuburan, " jawab Alandra walau enggan menjawab ia tatap menanggapi.

Terkadang sang bunda tak tega, putranya telah lelah bergelut dengan rangkaian materi serta teori yang begitu menguras otak. Alandra dipaksa memahami pelajaran begitu rumit. Sepulang sekolah tetap saja memaksa untuk mencari pundi-pundi rupiah. Orang tuanya khawatir Alandra kelelahan.

"Apa uang yang Bunda dan Ayah masih kurang, sampai kamu seperti ini Andra? Memalukan apa kata orang nanti, apa tanggapan orang lain orang tua masih sanggup mencari uang tetapi kamu malah berkerja?!" Ayah member pengertian dengan cara yang salah, apa katanya? Memalukan!!!

Ingin meringankan beban orang tua, ingin sedikit membantu mereka. Jika bukan Alandra dan Haris lantas siapa lagi? Kakak perempuannya sudah menikah tidak bisa banyak membantu.

Meskipun penghasilannya tidak seberapa tapi setidaknya Ayah serta Bunda tak perlu memikirkan biaya untuk pendidikannya.

Tidak mau membuang waktu untuk berseteru dengan orang tua, Alandra pergi menuju tempat ia berkerja.

☠️👻☠️

Angin berhembus kencang daun daun berguguran, gemercik aliran sungai menciptakan melodi alam yang menenangkan pikiran yang kian kacau. Aroma tanah sehabis hujan harum tercium.

"Istirahat dulu Ndra, makan dulu, " ucap Mang Udin.

Sedari tadi Alandra melaksanakan tugasnya dengan sangat baik area pemakaman sudah bersih dari sampah dedaunan. Rasa kagum terlintas pada benak Mang Udin, di saat remaja lain bermain dengan teman sebayanya Alandra mengisi waktu luang dengan hal yang jauh lebih positif.

"Bentar Mang. " Alandra memetik bunga cantik berwarna merah muda untuk ia berikan pada kekasih pujaan hatinya.

Selama ia berkerja mengurus pemakaman sering kali hal mistis menghantui. Kala ia pukul satu dini hari Alandra ikut membantu memakamkan salah satu warga desa. Kala itu terdengar suara tangisan menyayat hati, sesosok wanita berambut panjang pernah Alandra lihat. Dia sama sekali tidak takut, mungkin saja mahluk halus itu menangis begitu sendu akibat tak bisa turun dari pohon, mungkin hantu itu kebingungan.

"Mentang mentang kerja di pemakaman, bunga kamboja kamu berikan pada pacar kamu mah ada-ada saja. "

Alandra menatap Mang Udin, ia memperhatikan sesosok mahluk yang ada di samping pria paruh baya itu. Jasad terbungkus kain kafan dengan wajah nyaris rusak, matanya merah darah, aroma busuk begitu menusuk parut Alandra mendadak mual.

"Mang ada pocong. " Alandra merinding sebelumnya ia belum pernah melihat mahluk halus yang wajahnya hancur begitu menyeramkan.

"Hah pocong di mana? " Mang Udin bingung sebab sedari tadi ia tidak melihat apapun.

☠️👻☠️

Aroma harum roti yang baru keluar dari panggangan menggoda untuk segera di cicipi. Singkong serta pisang kukus kelihatannya enak, secangkir kopi menjadi pelengkap teman santai di sore ini. Hembusan angin menciptakan suasana nyaman.

"Beberapa hari terakhir penghuni makam sering menampakan diri. " Adi menyeruput kopi miliknya, kerap kali ia merasakan kehadiran sesosok mahluk aneh tanpa kepala berkeliaran di area pemakaman.

Bertahun-tahun mereka mengurus pemakaman hal mistis tak masuk logika penuh misteri menyisakan banyak tanya, mereka percaya kejadian mahluk halus memanglah ada berbaur dengan masyarakat sekitar.

"Sepertinya kita harus mendoakan para mahluk itu agar jiwanya tenang. " Mang Udin memberi saran.

Kesedihan menyayat hati, manusia yang telah tiada menginginkan doa dari sanak kelurga serta orang tersayang. Namun apalah daya pemakaman ramai di kunjungi pada saat lebaran saja.

"Saya setuju dengan usul Mang Udin, mengurus pemakaman, serta mendoakan adalah tugas kita. " Apapun keputusannya Alandra mendukung.

"Andra apakah benar kamu melihat pocong? " tanya Mang Udin dirinya masih penasaran dengan sesosok pocong jelek itu. Ya kalau benar Alandra melihatnya ia ingin meminta foto bareng untuk dikenang.

Sampai detik jasad terbungkus kain kafan itu masih berkeliaran, melompat ke sana kemari. Hantu kuntilanak terbang dari pohon ke pohon lainnya. Namun Alandra bersikap seperti tidak melihat apapun.

"Saya kira putih-putih apaan, eh tahunya cuma karung. " Alandra menunjuk ke arah pohon beringin besar yang dibawahnya ada karung misterius entah apa isinya. Mengundang rasa penasaran.

Mang Udin, Adi, serta Alandra geram, lelah seharian membersihkan makam tetapi masih saja ada warga sialan yang membuang sampah sembarangan sudah jelas ini kuburan bukan tempat pembuangan sampah. Mau tidak mau pengurus makam harus membuang karung itu ke tempat yang seharusnya.

"Isinya apa si nih karung? Berat banget kaya beban hidup. " Pikiran negatif menguasai Adi, apa jangan-jangan ...

"Sepertinya bukan sampah biasa, " ucap Mang Udin seraya berpikir apa yang terjadi sebenarnya.

"Bagaimana kalau kita lihat saja isinya. " Alandra takut kekhawatirannya terjadi, kisah teror lama kembali terulang. Pelaku kejahatan masih berkeliaran bebas nyawa banyak orang terancam.

Mayat wanita berlumur darah hanya memakai pakaian dalam sekujur tubuhnya dihiasi luka bekas tikaman pisau. Aroma anyir darah segar menyapa intra penciuman. Sungguh penemuan mengerikan.

"Kita serahkan saja kasus ini ke pihak berwajib. " Siapa yang sangat tega menghabisi nyawa seseorang lalu membuang jasadnya begitu saja. Kejam tak punya sisi kemanusiaan. Air mata Adi berlinang begitu saja, sedih menyayat hati tak tega melihatnya.

"Saya rasa gadis itu korban pelecehan, benar apa yang Adi katakan setelah semuanya jelas baru kita makamkan jenazahnya."

Tak menunggu waktu lama Mang Udin langsung menghubungi polisi, serta keluarga korban.

Bersambung...

Hehe ini cuma cerita horor abal-abal :)

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Where stories live. Discover now