-20 Salah paham👻

35 16 69
                                    

Langit gelap hujan turun begitu deras, kegelisahan hati terus menghantam perasaan, lelah, sedih perih dilalui dengan tetesan air mata. Tanpa kabar dari sang kekasih tercinta harinya nampak membosankan, Khanza kesepian tanpa Haris. Tanpanya separuh jiwa seolah menghilang.

Harus kemana lagi kaki ini melangkah mencari? Rumahnya, semua tempat favoritnya telah Kanza kunjungi satu persatu. Lelaki tidak ada, pesan yang Khanza kirimkan tak jua mendapat balasan, nomernya tak lagi aktif. Hilang tanpa kabar pergi tanpa pamit apakah sudah tak cinta?

Sudahlah Khanza sudah teramat lelah menjalani semuanya. Terlalu banyak luka dan air mata terjebak dalam situasi pergi sulit bertahan sakit. Namun dirinya terlalu takut sendiri, kehadirannya selalu  di nanti tak pernah terganti. Khanza merindukan Haris.

Rindu  kenangan dulu. Sikapnya kini jauh berubah, sering hilang tanpa kabar, suka menuduh tanpa alasan, cemburu berlebihan, terkadang memberiku dua pilihan antara memutuskan hubungan atau mempertahankan.

"WOY SENDIRIAN AJA!!! " Teriakannya menyadarkan gadis itu dalam lamunan panjang. Setelah bertahun-tahun pergi, dia datang lagi, dia Aryan sahabat Khanza sejak kecil. Entahlah hobinya memang suka berteriak dan mengejutkan orang-orang.

"Bisa enggak sih kalau datang salam dulu jangan tiba-tiba nongol, mana enggak tahu waktu, kalau ayahku tahu ada cowok di kamarku pasti aku kena marah. " Khanza menjambak rambut Aryan, sedari dulu hingga sekarang dia memang sangat menyebalkan.

Hujan semakin kian deras seolah langit menyimpan begitu banyak beban dalam dirinya sampai ia bingung harus melakukan apa selain menumpahkan air matanya, menunjukan pada semesta bahwa ia sedang tidak baik baik saja.

"Aku gabut Za, enggak ada panggilan kerjaan entah dari dinas Kehutanan, ambulance, ataupun damkar. Daripada aku ikut tawuran lebih baik ketemuan sama kamu. "

Diusianya yang baru menginjak sembilan belas tahun, Khanza mengakui Aryan sangatlah luar biasa sudah banyak pencapaian yang ia dapatkan. Mampu mengatur waktu antara pendidikan dan pekerjaan. Kerja kerasnya sangat dikagumi banyak orang.

"Hm Iyah dah Iyah. "

Dilihat dari fisiknya Aryan sangatlah rupawan, hanya saja ia menyukai warna warna terang dan mencolok yang membuat penampilannya layaknya jamet. Aneh sih tapi itulah Aryan, dia unik selalu apa adanya.

"Heh anak curut kata-kata aku jangan di ambil, aku bacok kamu lama-lama!!! "

Ancamannya mengerikan sebab Aryan memiliki banyak senjata tajam yang tersusun rapi dalam lemari kaca miliknya, salah satunya pisau berlumuran darah yang ia jadikan koleksi.

"Hujan gini enaknya ngapain ya? Sumpah laper tapi di dapur enggak ada apa apaan. " suasana malam dingin menusuk kulit, angin kencang terus berhembus waktu telah menunjukan pukul dua pagi tangisan semesta belum reda juga.

"Aku tahu kamu sering laper tengah malam, mie instan, frozen food, aneka kue dan kopi semuanya aku beli khusus buat kamu. "

"Hah? " Agak terkejut dengan ucapan Aryan, perasaan ia hanya membawa diri masuk lewat jendela kamar datang tanpa permisi.

"Aku sudah izin sama orang tua kamu mau nginap di sini selama satu minggu, sampai aku dapat kosan hehehe. "

- - ┈┈∘┈˃̶༒˂̶┈∘┈┈ - -

13.00 WIB👻

"Kita akhiri yah. " Bagaikan disambar petir di siang bolong Alandra terkejut mendengar ucapan itu, bukankah dirinya dan Khaira baik-baik saja. Lantas mengapa harus berakhir.

Alandra tidak mengerti apa yang membuat Khaira ingin hubungan yang dibina sejak lama hancur tanpa alasan jelas. Apa mungkin Khaira memiliki tambatan hati yang lain? Pikiran negatif memenuhi otaknya.

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Where stories live. Discover now