-28 Jalan kehidupan #1 👻

49 18 66
                                    

"Dasar alay, lebay dapat nilai bagus malah mewek dipojokan! Banyak drama, biar apa begitu? Sadar enggak si kalakuannya bikin murid yang dapat nilai rendah tuh sampah banget."

Hati terasa semakin remuk, pikiran kian kacau berantakan ucapan negatif itu semakin membuatnya terpuruk. Bukan perkara tak pandai mensyukuri apa yang susah payah dicapai. Tetapi ekpektrasi orang tuanya terlalu tinggi dirinya selalu dituntut menjadi sempurna jika tak mampu maka ... cacian, makian, pukulan membunuh mental secara perlahan.

"Pada dasarnya kebanyakan orang enggak akan pernah puas dengan apa yang didapatkan. Kalau Ria saja merasa bodoh dan sedih bagaimana dengan aku yang selalu mendapatkan rangking terbawah? " Febby tersenyum menatap lembar jawaban ujian yang hasilnya sangat mengecewakan. Ia pahami orang tuanya tak menuntut banyak hal. Namun ia Tahu orangnya tetap berharap.

"Kalian enggak akan paham rasanya menjadi aku. Mau sekuat apapun berjuang, mau sebanyak apapun hal yang aku pelajari jika hasilnya tak sempurna orang tuaku tak pernah menghargai kerja kerasku." Riyamilla membatin.

Luka memar akibat pukulan kemarin belum sembuh, entah hukuman apa yang menantinya walaupun terbiasa tetap saja menyakitkan membuatnya teramat muak! Terkadang pula orang lain hanya berbicara sesuka hati tanpa mengetahui apa yang sedang dialaminya, jika tidak bisa memberikan support dan dukungan setidaknya jangan menambah rasa sakit.

Sering mendapatkan tindakan kekerasan fisik, ditinggal dirumah yang dipenuhi mahluk halus tak kasat mata sangat membuat mentalnya down. Berulang kali ia memohon tetap saja orangtuanya sering meninggalkannya sendirian didalam rumah berhantu itu. Dari sekian banyak hukuman menghadapi hantu-hantu menyeramkanlah yang tak sanggup dia jalankan.

****

"Melamun aja hati-hati nanti kesambet dedemit loh," ucap Arana seraya menaruh segelas es teh berserta mie instan dihadapan Alandra.

"Enggak pernah kesurupan soalnya sama setannya udah jadi bestie."

Alandra melirik ke sudut ruangan hari ini Viana menampakkan wujud aslinya, rambut panjang yang tergerai, gaun putih berlumpur darah, wajah rusak dipenuhi cacing serta seringainya yang begitu mengerikan.

"Jaman sekarang manusia berotak licik jauh lebih mengerikan daripada setan. Mahluk halus saja tidak pernah menyakiti sesama setan lainnya, sedangkan manusia? Iblis pun sepertinya tertawa melihat tingkah laku manusia haha."

Ucapan Arana bener, Alandra pun merasa begitu. Lisan seseorang mampu membunuh, tanpa mengori tangan, tanpa jejak, seenaknya bicara merusak kepercayaan diri orang lain. Manusia bisa membunuh sesamanya tanpa pertumpahan darah.

"Didepan kelihatan baik dan tulus sedangkan dibelakang ghibah nyinyir sana sini, segitu bencinya sampai mengarang cerita tidak bener tentang kita. Giliran bunuh datang seperti pengemis, sesudah dibantu malah tidak tahu diri. Manusia itu lucu Mbak. "

Belum sukses dihina, sudah menggapai impian pun masih banyak omongan negatif yang tak enak didengar. Nyatanya hidup akan selalu serba salah, tidak perlu memikirkan pendapat orang lain, biarkan saja mereka berkata apa yang paling penting tidak merugikan pihak manapun.

Pembenci tetaplah pembenci mau sebaik apapun setulus apapun orang itu akan terus mencari kekurangan dan berusaha merendahkan. Biarkan saja buah busuk tanpa perlu dijatuhkan ia akan terjatuh dengan sendirinya.

Sedangkan orang yang mencintai serta menyayangi setulus hati tak peduli seburuk apapun, sebanyak apapun kekurangan ia akan tetap ada untuk mendukung dan memberikan support terbaiknya.

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Where stories live. Discover now