-31 Mati☠️

30 2 0
                                    

23 Desember 2023

"Gue sudah menikah bisa enggak sih berhenti menghubungi gue, stop cari gue!!!"

Ditepi jalan yang sepi ia berteriak, mendorong tubuh Khanza sampai gadis itu kehilangan keseimbangan tubuh. Sorot matanya mengisyaratkan kebencian gadis dihadapannya membuatnya harus menanggung malu, rahasia yang disimpannya rapat-rapat terbongkar dengan begitu mudahnya.

"Kalau enggak ada urusan kerjaan gue ogah, lihat muka Lo aja rasanya gue mau muntah. Mau Lo udah nikah, bahkan ketika Lo MATI GUE GAK PERDULI!!!"

Listrik serentak padam jalan menjadi gelap gulita tanpa penerangan bulan, langit ditutupi awan hitam gemuruh petir menggelegar. Angin kencang menghantam pepohonan banyak yang tumbang, Khanza tak memperdulikan badai apa yang menerjang ia pergi meninggalkan Haris seorang diri.

Suara burung hantu mengisi udara, nuansa malam semakin mencekam, dalam kesendirian ia merasa ada yang memperhatikannya dari kejauhan sesosok mahluk aneh, menyeramkan, bertubuh besar dengan mata merah menyala. Sekujur tubuhnya melemas, ia dikuasai rasa takut kakinya berat untuk melangkah.

Perlahan rintik hujan menyapa bumi. Namun yang ia heran mengapa aroma tak sedap menyeruak menusuk indra penciumannya, busuk bercampur anyir membuat perutnya terasa begitu mual. Bukan air yang menggenangi tetapi cairan merah kehitaman serta ratusan belatung menggerumuti tubuhnya.

Haris memang memiliki kemampuan untuk melihat mahluk tak kasat mata, ia heran bukankah ia sudah menggunakan jimat sakti untuk melindunginya dari segala macam gangguan lantas mengapa ia seolah mendapat teror.

Tubuh basah kuyup sekujur tubuh sulit bergerak, kepala lelaki itu seperti dihantam berulang kali. Sakit teramat parah, jantungnya bergemuruh kala melihat seorang wanita berambut panjang mendekatinya. Pisau tajam diarahkan ke lehernya, Haris ingin berteriak. Namun bibirnya seakan terkunci.

"Berulang kali aku katakan padamu, aku hanya ingin menikmati malam panjang bersamamu, kau tak perlu menikahi aku. Tapi apa Hah? Kau malah mencoba membunuh bayi dalam kandunganku!" Amarah dendam menggelora, Elina tertawa puas kala darah segar mengalir deras bercampur air hujan. Haris merintih kesakitan.

"Aku enggak berniat membunuh anak kita, El. Tapi ... "

"Tapi ibumu yang menyuruhmu menghabisi bayiku, hihihi. "

"Iya, El. Aku mohon tolong hentikan." Angin berhembus kencang, dinginnya malam menusuk ke tulang. Kulit lelaki itu semakin pucat ia dikejutkan dengan ...

Jin yang menyerupai wujud Elina terus terusan menusuk perutnya mengunakan benda tajam seraya menari mengikuti irama hujan. Wajah cantik itu berubah menjadi hancur dengan bola mata copot sebelah, dihiasi hewan menjijikkan serta pakaian yang berlumuran darah. Sekujur tubuhnya membusuk, kulit bernanah, dagingnya menjadi santapan cacing dan belatung .

"Pria brengsek sepertimu tak pantas hidup kamu harus mati, hihihi." Elina menyeringai ia tertawa puas setelah mencekik lelaki itu sampai hampir kehabisan nafas.

****

Jam telah pukul dua pagi, Alandra duduk dibawah pohon beringin terdiam larut dalam pikiran menghantam kewarasan perihnya luka di sekujur tubuhnya begitu terasa ngilu. Matanya enggan terpejam suara tawa, lirih kesakitan, teriakan, tangisan berasal dari dunia gaib membuatnya nyaris gila.

Bohong jika ia tak merinding ketakutan, tubuhnya semakin kurus lantaran tak bisa menelan makanan aroma tak sedap bercampur kemenyan serta beragam bunga membuat apapun yang ia konsumsi dimuntahkan kembali. Bohong jika Alandra tidak tersiksa. Selama ini ia hanya berpura-pura kuat, berpura-pura berani.

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Where stories live. Discover now