-07 Tanpa Kaki☠️

68 26 144
                                    

Beberapa waktu lalu...

Dengan paksa Milka merampas jiwa manusia, siksaan demi siksaan sadis dilakukannya sebelum para korbannya tiada. Bagian bagian tubuh manusia berserakan dimana-mana, tidak banyak hanya lima orang saja. Betapa senangnya ia kala menatap bangkai dengan organ terpisah pisah. Sungguh pemandangan yang sangatlah menakjubkan.

Masih ada satu korban lagi yang belum ia lenyapkan, seorang gadis cantik berambut panjang parasanya menawan sepertinya dagingnya manis untuk dijadikan soto. Milka lapar sedari pagi belum makan apapun selain menjilati darah korban yang luar biasa menyegarkan itu.

"Mengapa kau membawaku ke tempat ini? Apa mau mu? " Wajahnya pucat, tenaganya terkuras habis, beberapa kali ia memuntahkan kembali makanan yang ia santap. Mengerikan dirinya menjadi saksi aksi pembunuhan  sadis dengan mata kepalanya sendiri.

Mungkin saja dia korban selanjutnya, meloloskan diri dari tempat ini nampaknya sangat mustahil. Milka tak sendiri dalam melaksanakan tindakan kejamnya. Masih teringat jelas sepasang kekasih bersemangat menusuk, memotong tangan korban hidup hidup, bahkan mencongkel bola mata milik manusia tak bersalah.

Aroma darah segar menusuk, cairan merah kental tumpah ruah membanjiri lantai. Bangkai manusia layaknya binatang diperlakukan kejam, penderitaan serta rasa sakit menjadi sumber kesenangannya.

"Aku menginginkan kematianmu, " ucap Milka seraya menggoreskan pisau ke leher gadis itu, rintihan serta tetesan air matanya membuat hasrat Milka untuk membunuh semakin menggelora.

Luka sayatan yang di derita Ranting perih terasa, akankah ada keajaiban? Sungguh ia tidak ingin hidupnya berakhir ditangan wanita iblis itu. Namun ia hanya mampu pasrah.

"Aku mohon jangan habisi nyawaku. Adik-adiku masih kecil jikalau tidak ada aku siapa yang merawat mereka? " dari lubuk hati terdalam ia berharap Milka masih memiliki hati nurani, berbelas kasih mengasihani nasib malangnya.

Milkana Sahara awalnya iseng mencoba profesi pembunuh bayaran, bukan karena uang yang ia dapatkan cukup fantastis akan tetapi kala mendengar jeritan tangis, aliran darah yang mengalir deras, kala ia memotong motong daging lalu memasaknya sangat membuat hati Milka bahagia.

"Jika kau selamat maka adik-adikmu yang lucu akan aku habisi satu persatu, tentukan pilihanmu kau yang mati atau mereka? Pikirkan baik-baik. "

Kematian didepan mata, otak tak mao tak mampu berpikir jernih. Dihadapkan dua pilihan sulit, jikalau ia mata lantas siapa yang merawat adik-adiknya yang masih sangat kecil? Mereka membutuhkan kasih sayang serta perhatian.

"Jangan sakiti mereka, aku mohon. Ambil saja nyawaku. " isak tangis pecah, Ranting tidak pernah menyangka nasib begitu naas. Di ambang kematian ia pasrah.

"Diantara semua korbanku, kau paling tak tega untuk ku bunuh, tapi mau bagaimana lagi semua ini sudah menjadi tugasku. Tenang semua kebutuhan adik-adikmu akan aku penuhi sampai mereka dewasa. "

"Aku meminta satu permintaan, jikalau aku sudah tiada kuburkan jasadku yah. Aku harap kau juga mendoakan aku. "

"Baiklah jikalau itu yang kamu inginkan. " Milka tak sabar lagi untuk melaksanakan aksinya.

Ranting memejamkan matanya membiarkan benda tajam menusuk perutnya, darah mengalir deras membasahi pakaiannya. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, perlahan-lahan pandangan matanya menggelap. Luka tusukan mengantarkannya menuju keabadian yang nyata.

"Target ke-enam Ranting Delima sudah mati hahahaha. " Tawanya menggema, entah mengapa jeritan, tangisan seolah melodi paling merdu yang menyapa telinga.

"Kerja bagus sayang, tetapi seharusnya potong kakinya selagi ia masih hidup. Akan jauh lebih menyenangkan bukan? Sudahlah aku tetap bangga, Milka kau kelihatan sangat manis saat sedang berlumuran darah begini, " ucap Arsyad seraya membelai rambut sang kekasih pujaan hati.

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang