-10 Sekedar kata 👻

64 29 132
                                    

Lelah jika terus dipikirkan waktu terus berjalan  kegelisahan mengusik pikiran. Rasa sedih datang menghantam, keadaan semakin kian kacau.

Bulir-bulir air  menyentuhnya, menari dibawah guyuran rintik hujan mampu mengusir sepi dalam diri. Terkadang Khanza memiliki keinginan. Namun semesta mempunyai kenyataan pada akhirnya ia hanya mampu pasrah pada keadaan.

Sakit yang ia rasa tak sebanding dengan luka yang orang lain derita, entah mengapa dirinya lemah. Mengapa sulit? Mengapa rumit? Bertahan dalam dilema, sempat berpikir untuk pergi.

"Sayang udah yah mainnya aku khawatir kamu sakit, lebih baik berteduh dulu atau makan, Sayang mau apa? Bakso, nasi goreng, soto ayam atau yang lainnya? " Haris tahu Khanza menangis kelopak mata gadis itu membengkak. Hancur perasannya sebab ia belum mampu membuat gadisnya bahagia.

Menyembunyikan masalah, berpura-pura bahagia, seolah  baik-baik saja. Tanpa siapapun tahu dunianya hancur, semangatnya patah, tubuhnya sering kali tumbang. Alasan ia bertahan bukan karena ada impian atau tujuan yang harus ia kejar. Namun karena bunuh diri dosa, sepahit apapun hidup selalu ia jalani bertahap suatu saat nanti kebahagiaan hadir dalam hidupnya.

"Aku mau kamu menemaniku, mencari inspirasi baru. "

Khanza tetap bahagia Haris tak meninggalkannya, walaupun ia tahu lelaki itu telah tega mengkhianati cinta tulusnya. Sakit sungguh sakit kenyataannya ia tidak bisa hidup tanpanya, kehadiran Haris sangatlah berharga.

"Tapi, Peri cantiknya aku harus makan. Sedikit aja, kamu harus jaga kesehatan katanya mau jadi penulis hebat. Aku suapin yah sayang, sebelum itu kamu ganti baju dulu. "

Terdengar bodoh, Khanza rela diduakan dijadikan pelampiasan agar tak kehilangan. Haris selalu manis, dimatanya Haris baik. Ia sadari dirinya memiliki banyak kekurangan.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

"Sudahlah Elina berhenti berharap sampai kapanpun dia enggak akan pernah lo miliki. Dia jadikan lo sebatas gadis pemuas nafsu enggak lebih dari itu. "

Dalam sepi ia dambakan cinta, kasih sayang serta perhatian. Kebodohannya telah melampaui batas merelakan kehormatan harga diri bahkan kesuciannya hanya demi mendapatkan seseorang yang belum tentu menjadi miliknya.

"Diam Ari, jangan bicara apapun perut gue mual, kepala gue sakit dengerin lo ngomong. " Elina tidak mengerti dirinya sering kali merasakan mual di pagi hari, selalu pusing, lemas dan terkadang menginginkan makanan bercitarasa asam.

"Mau periksa ke dokter? Enggak perlu pikirkan soal biaya. " Aryan menghawatirkan kondisi Elina, gadis yang sangat ia sayangi.

"Lo mau bikin gue tambah sakit hah? Perut gue semakin mual kalau mencium aroma obat-obatan. Daripada ke dokter lebih baik temani gue beli rujak mangga muda. "

Gerak gerik Elina agak aneh, layaknya wanita yang tengah hamil muda. Aryan tahu benar ciri-cirinya sebab mantan istrinya pun ketika hamil bertingkah begitu, sering kali menginginkan suatu hal yang tak masuk akal.

"Hujan deras begini mana ada orang yang jual rujak Elina? Tapi tenang pohon mangga tetangga solusinya, pas banget tadi sore gue nyolong beberapa mangga muda, ada yang matang juga. Biar gue aja yang buatin lo rujak, gue khawatir pas Ariana lahir dia ileran. "

"Ariana siapa? " Elina bingung sendiri.

"Anak yang lo kandung baguskan namanya, setelah gue nikahin lo dia akan jadi anak gue juga. "

"Lo tahu darimana gue hamil? "

"Gue pernah merawat istri yang mengandung. "

"Bini siapa anjir yang rawat? Jangan bilang bini orang? Hahaha. " Elina malah tertawa, menurutnya lucu saja usia Arya terbilang masih muda tidak mungkin ia sudah pernah menikmati pahit manisnya rumah tangga.

"Waktu pacaran, gue dan dia sering tidur bareng dia hamil gue sebagai lelaki sejati bertanggungjawab. Menikah menjalani hubungan manis berdua, tetapi kebahagiaan rumah tangga gue hancur begitu saja keluarga istri gue mengancam jikalau gue enggak meninggalkan dia, mereka akan membunuh adik gue, Melody. Kisah gue dan Nadia selesai. Sekarang Nadia sudah punya suami baru, entahlah El gue cuma merindukan anak gue. "

"Kalau rindu temui saja anak lo. " Elina memberi saran.

"Hm apa cowok lo sudah tahu kondisi lo saat ini? Bagaimanapun dia ayah biologis dari anak yang lo kandung. " Aryan mengalihkan pembicaraan.

"Besok saja buat saat ini Haris lagi sibuk sama pacarannya yang depresi itu. Sialan banget kan dia pacaran sama cewek gila, pengidap gangguan mental, kalau misalnya tuh cewek polos tahu Haris selingkuh, dan punya anak dari selingkuhannya pasti hancur banget. "

"Kenapa lo goblok banget El. "

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏


Rangkain kata tanpa makna, barisan Kombinasi huruf meluapkan rasa tentang kecewa, luka dan putus asa. Curahan isi jiwa lara, semesta tahu ia pandai bercerita tanpa bersuara.

"Followers yang kamu dapatkan susah payah semakin hari semakin berkurang, peringkat ceritamu anjlok, ketika kamu upload karya baru selalu sepi. Yakin masih mau menulis? Alangkah lebih baiknya kamu membuka bisnis kuliner aku rasa kamu berbakat di bidang itu, " ucap Haris seraya memandang Khanza dengan tatapan tajam seraya tersenyum manis.

Sedari kecil Khanza terbiasa bermain dengan imajinasi, menulis adalah salah satu cara mewujudkan segala impian yang mustahil kenyataan. Puisi atau diksinya biasa saja tak menggoda para pembaca.

"Kalau dibilang lelah yah sangat lelah, seolah perjuanganku tiga tahun terakhir sia sia, lihatlah teman seperjuangan ku mereka sudah sukses menerbitkan novel, Karyanya dibaca ribuan bahkan jutaan orang sementara aku masih sama saja. "

Hujan telah reda kesedihan hatipun seolah sirna, sakit di kepalanya lumayan berkurang. Khanza masih sibuk dengan handphonenya mengetik untaian kata untuk melupakan apa yang ia rasakan lewat tulisan.

"Lantas apa yang membuatmu ingin tetap menulis padahal sudah jelas tidak menghasilkan  apapun. Istirahat dulu aku enggak ingin kamu terus merasakan kekecewaan ketika sudah bersemangat bercerita tak ada satupun yang membacanya. "

Perkataan Haris agak sedikit menusuk hatinya. Ya ... Memang menulis adalah sumber bahagianya. Namun itu dulu sekarang tidak lagi. Hal-hal sederhana yang menyenangkan untuk dilakukan kini terasa begitu sangat membosankan!!!

"Aku akan terus menulis selagi masih bernafas, entah ada yang membaca atau tidak aku tak mempermasalahkan hal itu. Sederhana untuk mengutarakan perasaan yang tak sanggup diucapkan. Ketika aku mati karyaku tetap abadi. Ketika  sudah pergi jauh aku tetap bisa menghibur orang lain. "

"Apapun jalan yang kamu tempuh aku selalu mendukungmu. Semangat Khanza, kuat yah jangan takut masih ada aku"

Kalimat sederhana penenang hati, sesakit apapun hatinya, kehadirannya sebagai penghapus duka.

"Jangan pernah tinggalkan aku, tetaplah di sampingku. Jangan pernah berubah tetaplah menjadi Haris yang manis. Aku ingin kisah kita berakhir bahagia. "

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Bersambung.. .

𝐷𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢Donde viven las historias. Descúbrelo ahora