24. Red Line

245 64 12
                                    

Iva cukup bingung bagaimana untuk menenangkan Renjun, pasalnya lelaki ini terlihat sangat tidak tenang san terkesan buru-buru, membuat Iva mengasumsikan bahwa untuk menemui Sakha padanya bukanlah pilihan yang bagus.

Iva berdecak, Jeno sudah dua puluh menit tak mengangkat telponnya. Ia tak tahu kemana lelaki itu pergi, meski logikanya seharusnya ia bersama dengan Sakha.

"Va, nggak bisa saya ketemu sekarang?" tanya Renjun untuk kesekian kalinya.

Iva sedikit melembutkan suaranya, "Sebentar ya, aku harus konfirmasi dulu apakah narsumnya mau ketemu atau enggak."

"Tapi saya kenal dia, Va."

Tak bisa berkutik, Iva hanya mengabaikan omongan Renjun dan memilih menghubungi panitia lain.

"Lo liat Jeno atau Sakha nggak?" tanya Iva menjuru setelah mendengar suara temannya di sebrang sana.

"Narsum Sakha ada di ruang belakang, kalo Jeno katanya dia ke fakultas dulu, ada apa va?"

Iva menarik napas, "anak riders yang megang Sakha selain Jeno siapa?"

"Gak ada, lo kan yg pilih Jeno doang."

"Aish!"

Iva berdecak cukup keras, membuat Renjun sekilas ikut menatapnya. Mata gadis itu sedikit mendelik sebelum kembali berbicara, "yaudah, yang deket sana anak riders siapa? Tanya ke Sakha ada tamu yang mau ketemu."

"Tamu? Siapa?"

"Tamu pokoknya tamu! Cepet!"

Iva menutup paksa saluran telpon itu. Ia menghembuskan napasnya dengan kencang, membuat Renjun tertegun melihatnya.

"Maaf, sepertinya saya merepotkan." bisik Renjun masih dapat di dengar Iva.

Gadis itu menyangkal, "eh.... bukan kok, panitia emang harus dikerasin." katanya dengan kekehan canggung.

Renjun hanya ikut tersenyum kikuk, dirinyapun tau jika Iva berbohong. Renjun mencoba mengalihkan pikirannya, ia pun bergegas memberitahu Jaemin dan Haechan apa yang terjadi.

Ia sangat berharap setidaknya Sakha mau menemuinya.











-o-











"Ada apa, Jaemin?"

Sakha mengangkat sambungan telpon manakala ia melihat nama Jaemin di layar ponselnya.

Di sebrang sana, lelaki itu terdengar menghela napas, "Renjun tau Teteh disana." katanya, cukup berhasil membuat Sakha seketika terdiam.

"Dia ada disini?" tanya Sakha.

Jaemin mengiyakan pertanyaan gadis itu, "terserah Teteh mau ketemu atau enggak." sambung Jaemin, namun perkataannya itu sukses membuat Sakha semakin diam. "Kalo memang bisa ketemu, selesaikan sekarang juga."

Tanpa sadar Sakha menelan salivanya sendiri. Bagaimanapun rasa takut dan gelisah tetap harus ia hadapi.

"Yasudah, aku bakal ketemu dia."

Tok....tok....tok....

Suara seseorang mengetuk pintu ruangan, membuat Sakha dengan cepat menutup telponnya dan berjalan ke arah pintu.

So Far Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang