5. Bandung

1.2K 298 104
                                    

Senyuman manis itu melebar ketika langkah kaki jenjang milik orang yang ia rindukan semakin dekat. Seakan mendukung, angin bertiup sepoi membuat daun jatuh berguguran begitu menambah indah pemandangan.

Lelaki dengan senyum manis itu melambaikan tangan, melihat temannya berbalut kemeja biru toska dan kacamata menghalangi kedua matanya. "Renjun!" Ujar lelaki itu.

Renjun tersenyum. Lega, ternyata apa yang ia takuti tak terjadi, dugaannya salah. Meski ada kecewa sedikit mencuat pada dirinya.

"Kok nggak bilang kalo lo mau kesini?" Tanya Renjun pada lelaki itu.

Jaemin, Na Jaemin.

Nama itu tercetak jelas pada bordiran Nametag kemeja himpunan berwarna hitamnya. Dengan tulisan lain dipunggung menyebutkan akronim dari himpunan yang ia masuki, HUMAN. Himpunan Mahasiswa Antropologi.

"Gue abis dari Dago Atas. Terus keinget lo, jadi kesini." Katanya begitu ramah.

Jaemin merangkul hangat pundak temannya itu, "sehat kan?" Tanyanya seakan baru berjumpa.

Lelaki yang ditanya itu hanya terkekeh, "lo selalu kerumah gue tiap libur, sok-sokan banget nanya kabar."

Jaemin tertawa, begitu manis hingga sesaat obsidian kecokelatannya itu menangkap beberapa mahasiswa yang seragam dengan temannya itu, mengawasi mereka dari jauh.

"Lo ada rapat?" Tanya lelaki itu.

Renjun melirik pada Jaemin, menangkap kemana arah sang teman menatap. Dengan senyum tipis ia terkekeh, "iya." Cicitnya seraya menggibas sebelah tangannya bermaksud meminta kedua temannya yang tak lain Felix dan Han Jisung.

Jaemin tersenyum melihat sisi samping Renjun yang berkacamata itu. Lagi, ia merangkul temannya semakin erat. "Gue liat, lo makin aktif ya?"

Tawa renyah menjawab pertanyaan Jaemin, "ini bulan-bulan terakhir jadi banyak proker sama persiapan lengser," Renjun menjawab begitu saja.

Jaemin mengangguk, masih terus tersenyum simpul seakan menyimpan sesuatu. Namun memang benar, Jaemin bukanlah sekedar iseng menghampiri kampus salah satu temannya ini. Lelaki itu mempunyai urusan lain yang baginya penting.

Terlebih setiap ia memandang wajah teduh lelaki bernama Huang Renjun itu.

"Sebenernya gue kesini," ucapanya terjeda ketika ia merogoh isi ransel yang ia bawa. Ia mencari didalam benda itu hingga mengeluarkan satu map berwarna putih. "Karena gue mau kasih tunjuk lo," katanya membuka map itu.

Beberapa lapis kertas terlihat setelah Jaemin menyibakkan map itu, namun ada satu yang menarik perhatian Renjun dan itu yang Jaemin maksud.

Sebuah foto yang terselip diantara kertas itu. Foto beberapa orang terlihat bergaya di depan sebuah bangunan eropa kuno dengan seorang perempuan yang menjadi centernya. Ia terlihat cantik dengan baju toga yang kerahnya khas berwarna silver memantulkan cahaya.

Sekilas, hal itu membuat Renjun teringat bagaimana wanita itupun dulu terlihat cantik hanya dengan kebaya warna senada toganya sekarang itu.

'Rupanya ia semakin cantik' batin Renjun.

Jaemin yang melihat bagaimana temannya itu menatap lamat pada selembar foto yang ia bawa, hanya bisa tersenyum sebelum menarik napas, "ini beberapa dosen gue yang nyusul Teh Sakha pas wisudaan."

"Ternyata, awal tahun ini dia udah lulus S-2," sambung Jaemin. Obsidian cokelat susu itu ikut menatap lembaran foto. "Dan kampus gue buka beasiswa lagi buat kesana." Tutupnya.

Renjun masih terfokus pada foto itu, tak sadar ia sendiri tersenyum mengimbangi senyuman anggun dari wanita pemilik hatinya itu. Ada rasa senang, ada rasa berharap, namun seketika itu pupus ketika ia melihat lelaki yang tak jauh dari perempuan kesukaanya itu.

So Far Away Where stories live. Discover now