8. Choco Mint

1.1K 265 47
                                    

"Lo bisa nggak sebenernya!?"

Suara Seungmin sudah terdengar ketika Iva memasuki ruangan sekretariatan. Perempuan itu melihat teman lelakinya sudah berdecak pinggang memarahi salah seorang.

"Kalo kita nggak dapet sponsor itu, lo mau nutupin kekurangan dana!?"

Iva perlahan mendekat, "ada apa ini?" Katanya mencoba pelan-pelan menanyakan keadaan.

Tapi Seungmin sepertinya sudah dilahap habis oleh emosi, "Nicko nih! Urus satu sponsor utama aja susah."

"Udah," tahan Iva. Perempuan mungil itu mencoba menengahi, "lo nggak seharusnya semarah ini."

"Gimana gue nggak marah?" Seungmin menyerobot ucapan Iva, "Ini sponsor gede, Va!" Katanya seraya melempar kertas proposal sponsor itu. "Emang dia bisa nutupin dana kekurangannya kalo nggak dapetin sponsor ini!?"

Iva menutup matanya sejenak, menarik napas dan masih berusaha mengajak Seungmin berkepala dingin, "kalem dulu ayo. Sponsor kita bukan cuma itu doang."

"Lo gimana sih!?" Seungmin semakin menaikkan suaranya, cukup membuat orang sekitar ikut terkejut. "Ini sponsor utama Iva! Kalo nggak dapet dia Kedubes pun nggak akan mau!"

"Iya, gue tau, tapi kan—"

"Kok lo masih tapi-tapian sih? Lo ketuanya Iva!"

"Terus apa sama hubungannya?"

"Kalo bukan karena lo yang nentuin sponsor ini, kita nggak akan seribet ini!"

Iva terdiam, dirinya merasa tak menerima argumen lelaki itu. "Loh? Yang ngadain vote sponsor siapa? Kalian kan para humas? Lalu setelah ini baru limpahin ke gue?"

"Ya jelas lah! Lo ini ketua! Harusnya lo tegas dong, lo nggak boleh salah! Kalo wakil lo, baru gak apa-apa dia salah!" Seungmin menunjuk pada lelaki yang tak jauh dari mereka.

Iva tertegun dengan ucapan Seungmin, ia merasa tak bisa membalas apapun selain membeku. Bersamaan dengan itu pula, Jeno yang sudah melihat keributan dari luar akhirnya membuka pintu.

"Lo tuh jadi ketua harus kredible! Jangan letoy!"

Kalimat bentakkan Seungmin sukses membuat Iva semakin terdiam. Dari posisinya, Jeno melihat perempuan itu menundukkan kepalanya, menutup separuh wajahnya dengan rambut bobnya itu. Tangannya pun sedikit gemetar, Jeno yakin seharusnya ia menangis.

Namun setelah selang beberapa detik, Iva hanya menarik napas dalam sebelum akhirnya kembali menegakkan kepalanya.

Perempuan itu tersenyum, "iya gue salah. Sini, proposalnya di gue aja. Biar gue urus sponsor yang ini." Katanya membuat Jeno terdiam, begitu pula dengan panitia yang lain.

Iva merebut proposal yang berada di genggaman Seungmin yang masih menekukkan wajahnya.

"Humas sama acara, jangan dulu ada yang kerja ya. Biar gue beresin dulu, gue mohon." Perempuan itu menatap mahasiswa disekelilingnya, ia tersenyum begitu halus seakan tak menaruh emosi apapun. Sebelum akhirnya ia melangkah keluar dari ruangan.

Jeno tak menyusulnya, bahkan tak ada sedikitpun pikiran untuk mengejar perempuan itu. Tapi Jeno hanya mengherankan dengan sikap orang-orang yang seakan tak ada yang mau membela Iva. Kini bahkan ia melihat sebagian panitia lain mendekati Seungmin dan memberikan penenangan.

Bukannya seharusnya Iva yang ditenangi?

Perempuan dengan surai panjang mendekatinya, "lo harusnya hari ini contact narsum kedua kan?" Tanya Jo Yuri pada Jeno.

Lelaki itu mengangguk tanpa seucap kata apapun.

"Yaudah, tunggu Iva beres aja baru lo contact narsum ini." Jelas Yuri memberika sebuah kartu nama yang tertera dengan nama Sakha di atasnya.

So Far Away Where stories live. Discover now