7. Senandika

1.1K 268 105
                                    

Segenggam kertas terus ditatap Iva begitu saja di kantin Faculties of Arts and Social Sciences ini. Gadis itu hanya menatap satu nama tanpa menyentuh piring makan siangnya sedikitpun.

"Liat apa sih?" Tanya Jo Yuri padanya. "Makan heh! Bukannya ngelamun!"

Iva yang tersentak hanya menatap bingung Yuri sebelum akhirnya menatap kembali piring berisi nasi lemak nya itu. "Yur," panggil Iva.

"Hm?"

"Lo kordinator acara kan?" Tanya perempuan itu membuat Yuri menatapnya.

"Kenapa?" Tanya gadis bersurai panjang itu, seraya memasukan sesendok nasi.

"Lo udah deket sama Lee Jeno?"

Pertanyaan Iva berhasil membuat Yuri berhenti mengunyah. "Gue baru ketemu dua kali sih, kalo chat ya sering karena gue nyuruh dia dateng rapat walau nggak dateng ujungnya," ujar cewek itu, Yuri kembali menelan makanannya, "emang kenapa?"

"Yang ngusulin narasumber dua ini, lo kan?" Tanya Iva lagi. Jo Yuri hanya diam dan sedikit bingung dengan teman satu kelasnya ini.

"Bukan gue," singkat Yuri. "Seungmin tuh yang ngusulin. Humas lo sendiri."

"Kenapa sih?" Lagi, akhirnya Jo Yuri sudah kepalang penasaran dengan segala pertanyaan temannya itu.

Awalnya perempuan yang akrab di panggil Iva itu sedikit ragu apakah ia harus menjelaskan tentang keraguannya ini pada salah satu teman terbaiknya, namun karena memang diantara mereka berdua tak ada yang begitu dekat dengan Jeno, Iva menarik napas.

"Gue pikir Jeno keknya kenal sama narsum kedua ini."

Alis menyatu dikening Jo Yuri, ia sedikit terheran sebelum akhirnya kembali membuka layar ponselnya, "masa?" Ujarnya secara mencari sesuatu di benda persegi panjang itu.

"Perkiraan gue doang sih, tapi waktu Jeno liat proposal terlebih nama narsum ini, dia kaget banget.... makanya gue ngerasa aneh."

Yuri hanya mengangguk selama mendengar ucapan Iva, hingga akhirnya gadis itu memutar posisi ponselnya sehingga dapat dilihat oleh temannya, "gue nggak tau kebetulan apa gimana. Tapi di profil narsum ke dua ini dia sama-sama dari Bandung. Kaya Jeno."

"Tapi Bandung kan luas?"

"Setidaknya satu kota."

Iva mengedipkan mata beberapa kali, hingga akhirnya ia hanya bisa mengangguk, "berarti ada kemungkinan."

"Iya."

Obsidian hitam kelam itu hanya bisa menatap sang teman dalam diam, berbeda dengan Jo Yuri yang kini ulai mengikat rambutnya.

"Kalo lo kepo, coba tanya orangnya. Hitung-hitung pendekatan antar panitia." Ujar Yuri.

Iva hanya mengulum bibir sebelum akhirnya bersuara, "pasti, dia udah tau rahasia gue."

-o-

Jeno menarik napas kasar diruangan serba putih ini. Dengan jas kebanggaan setiap mahasiswanya itu, ia berjalan dari tiap tabung ke tabung lain.

Brak!

Tangannya tiba-tiba menggebrak meja begitu saja. Ia tidak bisa berkonsentrasi, bagaimanapun itu ia selalu teringat akan sesuatu yang ia ketahui kemarin.

Rasanya ini semua seperti lelucon.

Tanpa sadar ia tertawa, untung saja ia hanya sendirian sehingga tidak akan ada siapapun yang menganggap ia gila. Jangan sampai, nanti dia di cap sebagai dokter gila psikopat dengan tawanya itu.

So Far Away Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang