sebelas °+-••'

24 10 0
                                    


— masa bukan pengubah rasa terhadap dirinya

1 tahun.

2 tahun.

3 tahun.

betapa cepatnya masa berlalu, sungguh pantas saat bergerak. adele, daisy dan isya kini berada di tingkatan empat.

" jom lalu sini! " cadang adele sambil tersengih.

" ishhh, tak naklah. " bantah isya.

" jom, ad. " sahut daisy.

" kau jalan sorang la kalau macam tu. kita orang cross ikut sini. " adele tersenyum nakal, sengaja mengugut isya supaya bersama mereka.

" ish, yalah. fine! " adele dan daisy tergelak melihat wajah pasrah isya sebelum mereka bertiga berjalan menyusuri koridor tingkatan lima yang berada setingkat lebih bawah daripada kelas tingkatan empat.

semasa melalui pintu sebuah kelas, daisy tiba - tiba menyiku lengan adele,

" tu, ad. tengoklah. "

" iyaaa, tahu. " adele mengintai melalui tingkap sambil tersenyum sebelum mata memandang jalan.

qamar adhlan,

ya, nama itu masih tak beranjak daripada hati seorang adele mikayla walaupun dah 3 tahun berlalu. malah, rasa itu semakin kuat, setiap hari.

" awak semua ni form berapa? " hampir tercabut jantung adele mendengar soalan itu dia, daisy dan isya serentak memandang ke dalam kelas 5 bintang melalui pintu hadapan.

" er– " adele yang panic mati kata.

" 4 sinar. " isya menjawab dengan tenang.

" ohhh, form 4. kenapa lalu sini, ya? " soal guru wanita separuh abad itu.

mau gugur jantung adele tatkala mendengar soalan itu, dah la dia orang lalu semata - mata sebab dia nak usya awek. adele pandang daisy yang sedang tahan gelak.

" kelas kita orang kan dekat atas sekali. kalau naik tangga lepastu cross ikut sini, then sambung naik tangga sebelah sana, kurang sikit letihnya. " terang isya, masih lagi tenang.

" ah, paham. " cikgu masilah terangguk - angguk.

" nanti cikgu nak try la, kot - kot kurang letih. maklumlah, cikgu kan dah tuaaa. " mereka bertiga tergelak.

" oke la, cikgu. kita orang ada kelas lepasni, pergi dulu, ya? assalamualaikum. "

" waalaikumussalam. "

ha, kau tengok level si adele punya panic. dia yang suka bercakap dengan cikgu pun diam aje. dia yang selalu usya qamar adhlan pun dah kaku dekat situ.

" aku dah settle kan, jom - jom. " bisik isya, daisy terus menarik lengan adele untuk berjalan.

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

" teringin la nak sembang dengan dia. " adele mengeluh perlahan.

" pergi jela. " sahut daisy.

" eh, kau. takyah nak mengarut. " isya menggeleng tanda tak bersetuju.

" takde ke cara untuk aku interact dengan dia? " adele ambil sebatang pen di atas meja lalu menconteng hujung buku latihan miliknya, tangan menungkat dagu sebelum–

" hah! " badan diubah tegap menghadap daisy dan isya.

" apa kata kalau aku hantar sticky notes dekat dia? "

" notes? " kening isya bercantum.

" ohhh, letak notes bawah meja dia! " daisy menepuk - nepuk tangan.

" haaa. "

" bagus - bagus, aku sokong. "

" kau nak letak masa bila? " sampuk isya.

" time semua orang dah balik laaa, kita semua kan selalu jugak balik lewat. " adele sudah tak sabar.

" kau nak tulis apa? " daisy ingin tahu.

" hmmm– dia nak exam, kan? aku wish goodluck exam jela. tak nak la cringe - cringe. jangankan dia, dengan aku sekali yang geli nanti. " daisy tergelak.

" goodluck exam pon oke la. "

" kau tahu ke tempat dia yang mana? " soal isya pula.

" eh, mestilah tahu. kan kita selalu lalu. "

" iyaaa. tapi memang sure tu tempat dia? "

" entah, dia tu macam suka tukar seat jugak sebenarnya. " adele mula memerah otak,

" tapi, rasanya seat dia dekat tengah. "

" takpe. dah pergi sana nanti, kita check jela meja kot - kot ada nama dia. " cadang daisy, adele dan isya terangguk - angguk.

meski waktu kian berlalu, pilihan aku tetap kamu —

teruntukmu, ✔︎Where stories live. Discover now