Rusuh!

274 41 0
                                    

Lain hari, lain masalah. Kali ini, Magi dan Sagara harus berakhir di unit gawat darurat sebuah rumah sakit unit daerah terdekat lantaran baku hantam dengan demonstran lain. Kondisi keduanya cukup parah. Magi menerima 7 jahitan di kening dan 4 jahitan di tangan kirinya. Sementara itu Sagara datang dengan luka memanjang dari pelipis hingga kening sebelah kiri dan wajah yang lebam.

Hari itu mereka berdelapan turun ke gedung pemerintahan sambil menyuarakan pendapat mereka. Naasnya, demo yang mereka lakukan bersamaan dengan demo guru-guru honorer dari sekolah negeri di daerah terpencil yang katanya tidak memperoleh gaji yang semestinya dan tunjangan pensiun yang harusnya mereka terima.

Sayangnya, beberapa guru di sana tersulut emosi dan menyerang 8 mahasiswa ini. Dan ketika ada yang menghunus senjata tajam ke arah Sasi dan Kendra, Magi dan Sagara-lah yang menjadi tameng bagi kedua kakak yang mereka sayangi. Sasi yang phobia darah juga langsung pingsan di tempat ketika melihat kedua adiknya bersimbah darah.

"Sas!" Kendra menangkap tubuh Sasi dengan kedua tangannya yang masih gemetar.

Yuda langsung menaruh sapu tangan nya di pelipis Magi buat nahan laju darah yang keluar dari kening si seratus delapan empat senti itu. "Gi, tangan kanan lo bisa buat nahan kan?" tanya Yuda langsung dibalas anggukan pelan Magi yang mengangkat tangan kanan nya untuk menekan pelipisnya sementara Yuda ngelepas kemeja hitam yang dia pakai sebagai luaran buat ngikat tangan Magi yang sempat kena serangan senjata tajam juga.

"Kok lo ngerti ginian, Yud?" sempet-sempetnya lagi Magi nanya begitu.

"Jangan bercanda dulu, Gi. Harusnya semua orang tau pengetahuan dasar kayak gini," Yuda sibuk ngiketin kemejanya di lengan Magi.

Josh dan Taksa berusaha ngedorong orang-orang yang nyerang kedua teman mereka supaya nggak mendekat dan membahayakan lebih banyak orang lagi. "ITU SENJATA TAJAM NYA TOLONG DIMASUKIN YA! SEBELOM ADA KORBAN LAGI!!" Josh makin ngegas waktu ngeliat ada yang ngacung-ngacungin pisau lipatnya dari kejauhan. Semuanya berusaha mencoba nertibin bapak-bapak yang mengeroyok Saga dan Magi.

"Pak, kami di sini sama seperti bapak-ibu sekalian, kami menuntut keadilan. Kalau begini, bapak dan ibu kehilangan tiga bala tentara buat ngerobohin tembok ini," suara Jett menggelegar dari megafon saat insiden tersebut terjadi.

"Orang-orang di dalam sana makan makanan mewah, dapat tunjangan hari tua seumur mereka hidup. Sementara kami, guru-guru yang mereka tugaskan di pedalaman, bahkan gaji harian pun kadang kami nggak dapat. Belum lagi berita kalau tunjangan hari tua kami ditiadakan. Kami guru-guru ini tak dihargai, maafin teman-teman saya, dek," salah seorang pria paruh baya dari gerombolan guru-guru honorer itu mendekati Jett.

"Kalau mereka nggak mau dengar, kita buat mereka kalang kabut sekalian saja! Saya ada di pihak Bapak dan Bu guru semua!" Josh berteriak lagi. Dan keadaan pun perlahan berubah menjadi lebih kondusif.

"Jett, Yuda, Taksa, Josh, kalian telfon ambulan buat Saga sama Magi. Gue bawa Sasi ke mobil, biar gue yang bawa dia ke rumah sakit," suara Kendra masih bergetar. Di dalam rengkuhannya, ada Sasi yang masih tak sadarkan diri.

Tak dapat dipungkiri, Kendra trauma sama kejadian barusan. Kalau Saga nggak ngelompat ke depannya dan jadi tameng buat dia, dialah yang bakal berakhir di rumah sakit. Gemetar masih tersisa di sekujur tubuhnya.

"Kak Ken, gue yang nyetirin lo sama Kak Sasi di belakang aja duduknya," Josh berlari mengejar sang senior. "Lo nggak mungkin nyetir dalam keadaan gini."

"Terus Magi sama Saga gimana?" tanya Kendra.

"Mereka udah diangkut ambulance barusan. Kak Jett sama Kak Yuda nemenin, tapi Kak Taksa sama gue nggak bisa ikut. Kita nemenin kalian aja," Josh menjawab diiringi anggukan Taksa yang langsung ambil inisiatif buat bantu memapah Sasi ke dalam mobil SUV milik Kendra.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now