Wake Up, World!

229 26 1
                                    

"Apa yang terlihat diam, belum tentu tidak berbicara." - NN

-----

Nanath, Bian, Taksa, dan Josh memang nampak diam dan tenang. Seakan-akan, di saat yang lainnya bergerak, mereka nggak kelihatan bergerak. Pada praktiknya, mereka sama sekali nggak diam. Tidak seperti Jett dan Saga, pasangan berisik yang senantiasa tidak bisa diam bikin ini itu ribut-ribut di basecamp, mereka berempat cenderung sibuk di balik laptop atau gawai mereka, menulis puluhan, bahkan ratusan artikel menggelitik yang membeberkan fakta gelap di balik politik Indonesia yang terlihat baik-baik saja. Di balik inisial RAB, SOL, TYG, dan SHA, keempat pemuda ini dengan aktif mengunggah tulisan mereka yang berisi kecaman terhadap para politisi dan tren politik Indonesia melalui media sosial, media cetak, dan bahkan akun pribadi mereka.

Bahkan Kian dan Kale pun nggak lagi bersembunyi. Mereka berdua juga ikut dalam gerilya ini. Blog anonim Kian dan jejaring sosial media Kale mereka gunakan sebagai media untuk membagikan semua buah pikiran mereka tentang apa yang mereka saksikan di depan mata mereka. Meski mereka semua terlihat diam, semua orang mendengar suara mereka. Dari luar, mereka terlihat seperti mahasiswa biasa, pemuda biasa, dan pegawai pemerintahan biasa yang nurut sama keadaan yang menuntut mereka untuk begitu. Tapi ternyata, di balik kedok mahasiswa dan pegawai biasa itu, tersembunyi semangat membara untuk Indonesia yang lebih baik. Mereka punya utopia itu di dalam kepala mereka. Dan untuk mencapai semua itu, mereka rela melakukan apapun.

Sementara Nanath, Bian, Taksa, Josh, Kian dan Kale bergerak melalui sosmed dan media cetak, Saga, Jett, Eyon, Andra, dan beberapa bala bantuan dari UKM teater menjalankan misi mereka untuk menggarap drama kolosal singkat yang nantinya akan direkam dan dipublikasikan lewat jejaring seperti u-tube dan beberapa platform lain yang sering diakses oleh anak muda. Tak hanya itu, Sasi, Yuda, Abin, Magi, dan Kendra pun bergerak dengan mempublikasikan talkshow sederhana melalui podcast dan siaran radio di kampus. Tidak ada satu pun dari mereka yang tinggal diam. Semua bergerak untuk memukul rubuh tembok-tembok yang melindungi para tikus berdasi yang menggunakan kekuasaan mereka dengan tidak bertanggung jawab.

Kendra dan Sasi nggak ada habisnya menerima undangan untuk mengisi podcast bersama dengan artis dan influencer papan atas. Sebenarnya ini bisa mereka jadikan wadah untuk propaganda. Tapi Sasi dan Kendra masih mau fokus dengan gerilya yang mereka garap sejak awal. Soal undangan-undangan yang berdatangan memang mungkin bisa membantu supaya suara mereka sampai ke seluruh penjuru indonesia dan membangkitkan semangat teman-teman seusia mereka untuk bergerilya bersama mereka. Namun, Ken dan Sasi nggak bisa bergerak tanpa persetujuan dari semua teman yang membantu mereka. Makanya walau undangan terus berdatangan, keduanya masih belum berani menjawab undangan tersebut dengan menghadiri acara podcast atau talkshow terkait.

"Guerrilla challenge udah di up. Dan cukup banyak yang ngebuka hashtag itu untuk berpartisipasi," Eyon, si artis tiktok, melaporkan ketika mereka mengadakan rapat harian di basecamp. Kali ini, Kale dan Kian nggak bisa ikut karena mereka pun sedang menghadiri rapat paripurna di kantor mereka.

Kendra berjongkok di pojok ruangan sambil mengambil sebuah gambar dengan kamera mirrorless nya. Gambar sederhana, sebuah megafon hitam yang didekorasi ulang dengan bendera spanduk kecil berwarna merah, dan semprotan cat piloks berwarna senada. Tulisan di bendera kecil itu berbunyi, "Heart Awakened, Live Alive!" sebuah slogan sederhana, namun begitu mengena.

"Kak Ken ngapain?" Bian ngeliat ke arah Kendra dengan tatapan bertanya-tanya. Bingung ngelihat tingkah random Kendra.

"Biasanya, Kendra motret benda-benda random, terus dipost pake caption yang mengarah ke propaganda di stargram nya," Sasi menjawab pertanyaan Bian.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now