Truth Untold

176 27 16
                                    

28 Mei 2022, libur semester genap...

Selain Kendra yang menghabiskan liburannya di kamar kosnya, semua anggota tim guerrilla pulang ke rumah mereka masing-masing. Memang, tiga bulan terakhir ini akan mereka habiskan bersama keluarga. Tapi, libur bukan berarti gerilya mereka berhenti sesaat. Hari itu, Jett, yang entah kerasukan apa, jadi aktif bantu-bantu ibu dan ayahnya membereskan loteng atap rumah mereka yang dipenuhi dengan segala jenis dokumen tua peninggalan dari kakek dan neneknya. Tenaga Saga juga diperbantukan untuk menyortir dokumen penting dan kertas-kertas lapuk yang sudah mengeluarkan bau lembab dan harus dibuang.

"Ver, Ini dokumen apa? Kok ada cap pengadilannya? Banyak banget," Saga bertanya sambil menunjukkan setumpuk map berisi dokumen peradilan yang berlabel nama dari kakeknya Jett.

"Itu dokumen bukti ketidak adilan pemerintah terhadap kakek," Jett menunduk.

"Kakek lo kenapa?" Sagara mulai penasaran.

"Kakek itu guru senior di sekolah negeri tempat dia ngajar dulu. Gue nggak gitu paham kejadiannya gimana, tapi dia sempat diberhentikan dari pekerjaannya karena ketidak adilan dan kesalah pahaman, 9 tahun kemudian, dia bisa ngajar lagi setelah naik banding, tapi sampai akhir hayatnya, dia nggak dikasih honor bahkan biaya pensiun. Sampai sekarang pun nggak ada bukti jelas tentang kesalahan yang dilakukan kakek," jawab Jett sambil menunduk.

"Gue kenal orang kejaksaan, kalo kalian punya dokumen lengkap kayak gini, mungkin dia bisa jelasin duduk permasalahannya dan tuntut kompensasi ke pihak yang terlibat," Saga menggenggam tangan Jett.

"Ga, percuma kalo nuntut sekarang. Kakek udah nggak ada di sini, nggak ada gunanya lagi nuntut ini itu. Pake ini buat nyerang mereka, buat gerilya kita," Jett menggeleng.

"Kak Kendra udah tau cerita ini?" Saga bertanya lagi.

"Belum, kasihan dia banyak pikiran. Besok-besok aja. Gue yakin liburan gini pun dia masih ngerjain skripsinya sambil kerja sana-sini buat ngebiayain hidupnya. Kemarin kabar terakhir dari kak Sasi, selama liburan ini dia kerja serabutan jadi pramusaji di cafe deket kampus," Jett menghela nafasnya.

"Kalo nggak, kita kabarin di group aja, Ver. Dengan begitu semuanya tahu pernah ada kasus ini dan masih jadi misteri sampe sekarang," Saga memberi ide. Tangannya udah sibuk beres-beresin dokumen-dokumen itu ke dalam tas ransel Jett.

"Loh, itu mau diapain?" tanya Ayah waktu lihat Jett dan Saga masuk-masukin dokumen kasus tersebut ke dalam ransel besar Jett.

"Mau difotokopi, Yah. Kita mau pelajarin terus tuntut keadilan buat kakek. Seenggaknya Jett bisa balas jasa Kakek yang sempet ngajarin Jett dan nasihatin Jett sampe sekarang," tegas Jett.

"Ya sudah, pesan Ayah cuma satu. Hati-hati dan jaga baik-baik dokumen aslinya. Jangan sampai hilang," pesan ayah langsung disambut anggukan Jett.

-----

Minggu depannya, semua anggota berkumpul di basecamp, kecuali Kendra yang masih sibuk kerja. Dia janji bakal nyusul ke sana waktu shiftnya berakhir. Di basecamp, Sasi udah sibuk ngebolak-balik fotokopian dokumen perkara yang dibawa sama Jett dan Saga. Mereka terpaksa ngundang anak FH yang sempet naksir sama Sasi tempo hari, kalau nggak salah Malik namanya, buat bantuin mereka melihat dari sisi hukum.

"Gue yakin ada orang dengan big finance yang sengaja nyelipin amplop buat orang pengadilan," Malik berujar, matanya nggak beralih sedikitpun dari kertas-kertas yang sedang dia teliti dan telaah.

"Untungnya, dokumen yang kalian kumpulin cukup lengkap, jadi kalau pun nantinya kita nggak bisa mengajukan itu, kita bisa bikin sesuatu yang menyindir mereka dengan membeberkan fakta yang membangongkan ini," Sahutan barusan terdengar dari mulut Kion, temen deketnya Kendra yang tempo hari bantuin Kendra nyusun instalasi maze di ruang pameran kampus.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now