Pola Pikir

180 27 14
                                    

Baru-baru ini, dunia digemparkan oleh sebuah berita pengunduran diri perdana menteri Jepang dengan alasan malu karena dirinya telah melakukan praktik korupsi. Ini bukan pertama kalinya ada kejadian seperti ini di Jepang atau Korea Selatan. Sebelumnya, dunia juga sempat digemparkan dengan berita seorang menteri dari negara yang sama melakukan harakiri atau mengakhiri hidupnya karena dia merasa bersalah telah melakukan tindak korupsi. Berita tersebut tentu tidak luput dari mata dan telinga Kendra dan teman-temannya yang tengah berkumpul di basecamp mereka.

"Budaya yang gak akan pernah kita temui di Indonesia," Sasi mendengus.

"Mau berharap apa dari negara ini?" Jett menatap sinis ke tembok putih tempat proyektor menembakkan kumpulan artikel mengenai berita yang sedang marak dibicarakan tersebut.

"Di sini semakin besar hasil tangkapannya, semakin bangga pula mereka," decih Eyon sambil menyilangkan tangannya di depan dada.

"Di negara-negara kayak Jepang dan Korea, orang-orang punya kesadaran bahwa mengambil apa yang seharusnya bukan milik mereka itu salah," Kendra mengangguk. "Tapi di sini, kesadaran itu masih belum terbentuk. Bahkan mereka menumpulkan semua itu dan menanamkan sebuah budaya yang buruk di lingkungan sekitar mereka."

"Kalau ketahuan ngelakuin itu, orang-orang yang jabatannya lebih tinggi bisa dengan mudah berkelit, sementara orang yang nggak punya jabatan bakal tereliminasi dan dihukum lebih berat," Magi menambahkan sambil menatap serius ke tembok dan menaikkan kacamata aviator kebangaannya supaya duduk manis di tulang hidungnya yang bangir itu.

"Marie Antoinette dihukum penggal waktu ketahuan memakai uang masyarakat untuk kepentingan dirinya sendiri. Budaya harakiri di Jepang yang ada dari zaman Edo, Perdana menteri KorSel yang mengundurkan diri karena melakukan hal yang salah, dan rentetan fenomena di seluruh dunia hanya segelintir bukti bahwa kesadaran akan hal itu cuma bisa kita dapat kalau kita mau menanamkan nilai integritas dalam hidup kita," tukas Taksa. "Sayangnya, Indonesia nggak serta-merta sadar akan hal tersebut."

"Contoh nyatanya ada di lingkungan kita. Gue denger sendiri kalo ada dosen yang dengan gamblangnya minta sogokan ke mahasiswanya. Dan hal itu bisa ketutup dari jajaran rektorat sampe akhirnya ada yang punya keberanian buat ngelaporin itu karena semakin kesini permintaan si dosen ini makin nggak etis," Saga mengangguk. Celetukannya barusan bikin semua mata tertuju ke dia. Menatap dia dengan tatapan bingung.

"Siapa? Orangnya masih di sini?" tanya Magi bingung sambil mengerutkan keningnya.

"Itu dosen kelas Critical thinking angkatan gue. Kayaknya kejadiannya pas angkatan gue dapet kelas dia. Ada anak kelas pagi yang minta tugas supaya nilai dia nggak perlu ngulang mata kuliah itu. Terus ya gitu, sama kayak cerita Saga," jawab Kendra.

"Kabar itu akhirnya kesebar di seluruh angkatan, bahkan adek tingkat tau semua, karena sogokan yang diminta sama dosen itu sangat tidak ngotak. 2 benda dengan harga fantastis," lanjut Sasi sambil geleng-geleng. "Sekarang orangnya udah dipecat dari jajaran dosen."

"Gue pikir di Elang ga ada yang kayak gitu, ternyata... ," Jett menghela nafas dan mendengus kesal.

Sementara itu di ujung lain ruang studio itu, Nanath terlihat sibuk dengan laptopnya. Jari tangannya dengan cepat menari di atas keyboard gawainya, mengetik celoteh teman-temannya itu dalam sebuah artikel dengan bantuan Yuda yang dari tadi duduk di samping Nanath dan mengamati kalau-kalau ada kesalahan ketik dan pemilihan diksi yang kurang tepat.

"Nath," Yuda menatap lirih ke arah Nanath yang dengan semangat mengetik.

"Kenapa, Yud?" tanya Nanath sambil mengerutkan keningnya.

"Lo harus tetep hati-hati. Gue nggak mau lo berakhir sama seperti almarhum bokap lo. Kita memang ngejalanin tongkat estafet dari bokap lo, tapi kita harus bisa bertahan supaya kita bisa ngewarisin perjuangan ini ke generasi setelah kita," Yuda berceramah.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now