Sasi Diculik?!

211 22 24
                                    

Seisi basecamp panik karena sudah lebih dari 30 menit sejak Sasi mohon diri buat menerima telepon misterius yang baru saja masuk ke ponselnya itu dan pemuda seratus tujuh delapan senti itu tak kunjung kembali. Ada sesuatu yang janggal dan Kale menyadari hal tersebut. Dia sudah kenal Sasi cukup lama untuk mengetahui gelagat Sasi yang mencurigakan. Jadi, waktu Sasi jalan keluar dengan membawa tasnya tadi, Kale ngikutin gerak-gerik Sasi dan dengan seksama mendengarkan seluruh isi percakapan yang sayup-sayup terdengar.

Menurut spekulasi Kale, sang penelepon ini sengaja minta Sasi menemui dia di suatu tempat, sendirian. Dan Sasi melakukan semua itu diam-diam supaya nggak ada yang mencurigai apapun. Dia mau menyelidiki sesuatu. Mungkin, dengan berpura-pura ngikutin kemauan si penelepon, Sasi bisa mengorek rahasia dibalik percakapan yang sangat mencurigakan tersebut. Saking paniknya semua orang di dalam basecamp itu, mereka sampe nggak nyadar kalo Sasi sengaja ninggalin laptopnya yang masih nyala di atas meja. Nggak hanya itu, fitur pencarian ponsel dengan sinyal GPS terpampang jelas di layar perangkat tersebut.

"Kak Ken, bukannya ini laptop kak Sasi?" Eyon menghampiri meja panjang ditengah ruangan dan menunjuk perangkat laptop berwarna silver.

"Seinget gue, ada airtag di tasnya Sasi dan tas itu nggak mungkin lepas dari punggungnya, kita bisa cari dia pake itu," Kian menunjuk tampilan laman 'find my' di layar laptop tersebut.

Kendra hanya terdiam. Dia masih nggak bisa memikirkan apapun selain berspekulasi tentang keadaan Sasi saat itu. Dia tahu Sasi bukan orang bodoh, dia pasti punya strategi untuk melawan oknum-oknum yang berusaha menangkapnya.

Pasti ada oknum yang mengetahui bahwa anak-anak muda ini tengah menyelidiki kasus tentang seorang guru yang mengalami ketidakadilan dan harus menerima ganjaran yang tidak sepantasnya atas apa yang tidak dia lakukan. Orang-orang itu merasa anak-anak muda ini mengancam keberadaan mereka, makanya mereka memutuskan untuk menjebak salah satu dari anggota tim mereka untuk menggoyahkan pendirian mereka. Mereka seakan mau mengatakan, "Kalian yakin mau menantang kami? Teman kalian ada di sini loh, kami bisa berbuat apa saja ke teman kalian ini kalau kalian memaksa kami".

"Sasi tadi pergi pake mobilnya. Dia bawa tas sama handphonenya," Kale mencoba mengingat dengan tenang.

"Dia nggak sebodoh itu untuk percaya sama orang aneh yang tiba-tiba ngajak dia ketemu di...," Kian ngomong sambil membaca pergerakan titik pelacak posisi airtag dan ponsel Sasi.

"Dimana?" Kendra membuka mulutnya sambil menatap layar laptop Sasi.

"Titiknya berhenti di gedung mangkrak yang udah lama nggak dipake lagi," ungkap Magi sambil membuka tautan koordinat yang ada di peta pelacak tersebut.

Kendra udah makin-makin gelisah. Dia udah misuh-misuh sendiri, grasak-grusuk nggak jelas, mondar-mandir kayak gangsing pokoknya keliatan banget paniknya.

"SEMUA TENANG!" Suara Kale menggelegar ke seluruh basecamp. "Ken, stop grasak-grusuk gini.  Dengerin gue!"

"7 Orang konvoi sama gue nyamperin Sasi. Yang lain stay di basecamp. Ada yang coba hubungin polisi buat kirim armada ke sana," Kian memberi komando.

"Kak, jangan lupa ini," Josh menyodorkan beberapa pasang kacamata. "Ini bukan kacamata biasa, ada kameranya. Jadi semua bisa lihat real time kejadian di sana."

"Kale, Kendra, Yuda, Jett, Saga, Kevin, lo ikut gue. Magi, Josh, Taksa, monitor aktivitas lewat kamera pemantau. Nanath, Abin, kalian tunggu aba-aba dari Magi buat panggil polisi ke TKP," Kian memberi instruksi.

"Yang lain jangan berenti bikin konten ya. podcast, live talk, semua dilanjut aja, jangan berhenti," tambah Kale.

------

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now