Troubled Water (2)

175 21 18
                                    

Tepat ketika Kendra memutuskan untuk menyerah dan membiarkan panggilan dari ponselnya ke ponsel Magi menyala, terdengar suara dari seberang.

"Kak Kendra, Kak Kendra, Ini Magi," begitu ucap suara dari seberang.

"Gi, lo nggak papa? gimana keadaan lo? ada berapa orang di sana?" tanya Sasi yang masih berada di sebelah Kendra, menggenggam tangan Kendra untuk menenangkan si rambut biru yang sudah duduk lemas di kursi yang disiapkan oleh Tim SAR.

"Gue nggak papa, kak. Nggak ada luka serius sama sekali. Semuanya selamat, 2 paramedis, Gue, Dokter Soetha, 2 Murid dan Guru yang kita tolong. Tapi Gurunya belum sadarkan diri, 1 anak pingsan, satu lagi masih sadar. Dokter Soetha ketimpa rubuhan, kayaknya pundaknya retak dan tangannya patah waktu ngelindungin si pasien REBOA," jelas Magi.

Terdengar nafas lega dari semua yang mendengar penjelasan Magi. Nggak terkecuali Kendra dan Sasi yang mendengarkan. Walaupun begitu Sasi masih bisa dengar dentum keras suara denyut jantung tak beraturan milik Kendra. "Hey, Magi selamat. Itu yang paling penting. Dokter Soetha juga cideranya nggak parah. Sekarang Tim SAR udah mulai bisa evakuasi mereka juga, Ken," Sasi memeluk Kendra dan menyandarkan kepalanya di dada Kendra.

Dug-Dug-Dug-

Perlahan denyut jantung Kendra sedikit lebih teratur. Nafasnya sudah tidak tersengal-sengal. kedua tangannya kini melingkar di kepala Sasi sambil menepuk-nepuk kepala sang Aries. Sebuah kebiasaan baru kalau Kendra lagi panik dan Sasi berusaha menenangkan, jatohnya jadi kayak kebalikannya, tapi kalo Kendra udah bisa begitu, tandanya dia udah nggak panik lagi.

"Udah tenang?" tanya Sasi yang langsung dibalas anggukan sang pacar. "Tuh, Magi udah keluar," Sasi mengedikkan bahunya ke arah Magi yang berjalan lewat celah runtuhan tembok sambil memapah Dokter Soetha.

Waktu Magi berjalan mendekat, Yuda langsung nerjang dan memeluk pacar jangkungnya itu. "Mahatma Indra Giovanni, aku kemusuhan sama kamu!" serunya sambil menangis di pelukan Magi.

"Lain kali, jangan nurunin sifat grasak-grusuknya Kendra, Gi. Bikin khawatir semua orang banget lo," Sasi ikut nyamperin dan meluk dua adiknya.

"Udah tugas dokter untuk nyelamatin pasien. Mau sesulit apapun medannya, gue belajar dari Dokter Soetha yang nggak segan ngorbanin nyawanya buat keselamatan pasien," ungkap Magi sambil senyum dan balesin pelukan Sasi dan Yuda.

"Kendra kumat, Gi," Sasi kemudian menatap Kendra yang mau ikut nyamperin tapi udah nggak ada tenaga lagi. Semua tenaganya terkuras.

Magi ngangguk terus lari ke arah tempat Kendra duduk dan berlutut di hadapan sang tetua. "Kak, maafin gue," ucapnya.

"Nggak papa, gue lega lo masih selamat," Sambil ngucapin itu, perlahan Kendra kehilangan kesadarannya, suhu tubuhnya juga meningkat.

"Nggak papa, Kak. Kak Ken cuma butuh istirahat sama parasetamol aja. Jangan khawatir," Magi mencoba menenangkan Sasi. "Nanti, kalo Kak Ken bangun, tolong kasih makan berat sebelum minum obat demamnya."

----

Belum juga Yuda dan Chani selesai bersihin dan ngobatin luka di seluruh tubuh Magi dan ngebantuin Sasi memantau kondisi Kendra, ada lagi aja masalah yang menghampiri. Sebenernya proses evakuasi masih berjalan dan Tim SAR masih berusaha mencari korban yang masih terkubur di runtuhan bangunan. Tapi, beberapa dokter terlihat cukup sibuk memberi pertolongan pertama pada para korban yang sudah berhasil dievakuasi. Salah satu mobil ambulan sudah berangkat ke rumah sakit terdekat, mengantar Dokter Soetha dan pasien REBOA yang baru saja berhasil dievakuasi keluar dari lokasi.

Siapa sangka di dalam sana masih ada seorang pejabat daerah. Kabarnya, beliau tengah menikmati kudapan di sebuah restoran yang ada di dalam gedung saat kejadian terjadi dan tidak sempat melarikan diri. Saat ini tim relawan masih berusaha mencari orang itu, sementara para ajudan pejabat tersebut kelihatan panik dan marah-marah sama anggota tim yang bertugas sambil ngata-ngatain sang petugas.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now