Our Own Guerrilla (2)(1/2)

227 26 38
                                    

"Suatu hari nanti, Kau akan menjadi kenangan. Sekarang, lakukanlah yang terbaik sehingga ketika waktu itu tiba, mereka akan mengenang hal baik tentangmu." - Hatake Kakashi

-----

"Kasusnya telalu berat sebelah. Dan sangat memberatkan pihak almarhum kakeknya Jett. Gue nggak terlalu paham awal mula masalahnya. Tapi gue rasa ada uang di bawah meja yang berperan. Ini spekulasi gue," Malik masih berusaha meneliti semua berkas yang ada di hadapannya.

"Masalahnya jadi semakin ribet karena masalah itu tiba-tiba bikin beliau diskors dalam waktu lama dan setelah itu bekerja tanpa dibayar," ungkap salah satu anggota timnya Malik.

"Selagi kita cari bukti, mungkin kita bisa bikin podcast yang menggelitik tentang topik ini. Siapa tau dengan kita bikin konten itu, mereka jadi kalang-kabut dan mulai bergerak untuk membungkam kita," Kian memberi ide.

"Kendra istirahat, yang lain boleh podcast," Sasi menggelengkan kepalanya waktu Kendra mau angkat bicara dari bunk-bed di sudut basecamp.

"Kan cuma masuk angin doang, Sas," Kendra merajuk.

"Tapi demamnya belom turun dari kemarin, Kak," timpal Magi yang baru aja ngecek suhu badan Kendra setelah pemasangan infus paracetamol. 

"Gue ga mau nuntut apapun, yang gue mau tau, kenapa Kakek diperlakuin kayak gitu. Kalo emang ga ada bukti kenapa semua memberatkan dia," Jett berujar lirih.

"Kita paham, Je. Gue juga nggak mau semua ini berakhir abu-abu. Untuk sementara, kita harus percaya sama tim nya Malik. Mereka lebih paham soal hukum. Habis itu kita baru bisa maju nyerang mereka lewat media apapun," Kendra mengangguk paham.

"Nanti, kalau Mas Malik dan timnya udah selesai break-down semua temuan sementara ini, kita bakal bikin podcast dan bahas ini secara mendalam," putus Sasi.

"Mas? Sejak kapan kamu manggil Malik Mas?" Bisik Kendra sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Lo jealous?" tanya Kale sambil nyengir jahil.

"Sejak kapan juga Kak Kendra manggil Kak Sasi 'Kamu'?" sahut Taksa sambil nyengir jahil, godain kakak-kakaknya yang tak kunjung meresmikan hubungan mereka itu.

"Udah-udah, balik ke topik kita," Saga menyela momen gemas barusan.

"Gue rasa semua berhak tahu bahwa selain nggak dikasih apa yang seharusnya jadi hak mereka, guru-guru, terutama yang kerja di bawah instansi negara, banyak yang mengalami mistreatment," Yuda mengangguk.

"Jadi inget dulu waktu kita masih pake metode turun ke jalan, waktu itu denger hal yang sama dari salah seorang guru yang ikutan demo," Magi kembali menilas kejadian beberapa bulan lalu dimana ada insiden yang membuat dirinya dan Sagara harus dilarikan ke rumah sakit seusai melakukan demo bersama teman-temannya.

"Berarti, almarhum kakek cuma satu dari sekian banyak yang dipelakukan tidak adil sama pemerintah dong?" pertanyaan retorik itu muncul dari pemuda 173 cm pemilik tahi lalat di bawah mata.

"Iya, dan dari sekian banyak itu, ga ada yang tahu apa alasan mereka diperlakukan seperti itu," Yuda menjawab sambil tersenyum miris.

------

"Kasus ini jadi semakin mirip sama kasus penyalahgunaan kekuasaan petinggi kepolisian yang kemarin sidangnya berbulan-bulan itu," Malik mengusap kasar wajahnya sambil menutup map terakhir yang ditelitinya.

"Padahal Almarhum yang bersangkutan nggak bersalah. Tapi karena pihak yang salah lebih berkuasa, akhirnya permasalahannya jadi panjang dan merugikan pihak Almarhum," sambung Christopher, salah satu anggota timnya Malik.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora