Our Own Guerrilla (2) (2/2)

141 24 1
                                    

"Dari semua batu, Batu terkuat adalah tekad yang ada dalam hatimu"-NN

---

Satu minggu berjalan dari sejak peluncuran materi podcast yang sarat dengan intrik peradilan. Begitu juga dengan live stream talk-show diskusi yang melibatkan Malik, Jihan, Chris, Aaron, dan Felix. Sementara itu, yang lain pun tak tinggal diam. Jett dan Abin sibuk membantu Andra dan Eyon bikin konsep buat konten garapan mereka. 

Semua konten dengan serentak diupload ke seluruh platform multimedia online dan semuanya memperoleh cakupan tayang yang cukup luas. Banyak yang membagikan tautan konten mereka  kepada rekan atau kolega mereka dan semua tersebar luas dengan begitu cepat. Banyak pula pertanyaan dan bahasan yang masuk ke nomor interaktif yang dipasang oleh Magi di website dan hasilnya banyak yang antusias menanggapi sesi interaktif tersebut.

Di lain sisi, banyak juga anggota baru yang bergabung dalam gerakan mereka. Selain teman-teman tongkrongan Malik dan Josh yang ikut bergabung, ada juga junior mereka dari angkatan baru yang kemarin sempat mendengar pidato Kendra di selasar. Di antaranya ada Mahesha, sepupunya Kendra yang selalu ngekor 'Kak Kendra' sejak mereka kecil dulu. Ada juga Prana yang jago banget hacking. Begitu pula beberapa mahasiswa angkatan '21 dan '22 yang sering mendengarkan podcast dan menonton konten youtube tim guerrilla pun turut bergabung.

Tim mereka semakin besar, semakin besar pula tanggung jawab mereka untuk mengkader anak-anak ini untuk meneruskan tongkat estafet mereka. Semakin banyak anggotanya, semakin padat pula agenda mereka untuk menyuarakan isi hati mereka lewat berbagai media yang tersedia. Menurut Kian, semakin banyak yang bersuara, semakin panik pula lawan mereka. Apa lagi banyak juga yang sudah mulai antusias soal pembahasan baru mereka mengenai sistem peradilan di negara Konoha yang sarat akan budaya sogok menyogok ini. 

Suatu sore, di saat break semester genap, seluruh tim kecuali Kendra duduk di ruang tengah dengan kamera yang menyala. Mereka lagi ngerekam siaran langsung interaktif untuk diunggah ke u-tube. Berikut sedikit dari diskusi yang berlangsung...

"Almarhum kakek nggak mungkin kasar sama muridnya, lalat aja nggak dia tepok apalagi anak. Jadi tuduhan kekerasan di dalam lingkungan sekolah ini nggak etis banget," Jett menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Terus tuduhan ini atas dasar apa? Melerai siswa yang bertengkar atau gimana?" tanya Malik.

"Itu masih misteri. Karena setelah sidang pertama, bahkan sebelum ada putusan hakim, tiba-tiba kakek kena lay over, 9 tahun kemudian hukuman beliau dicabut, tapi beliau dipekerjakan tanpa honor dan tunjangan pensiun," jawab Jett sambil membalik-balik dokumen di hadapannya.

"Penggugatnya... -- sebut saja dia King Cobra, orang dalam dari Perhutani. Koneksinya luas, bahkan dia bisa nyogok oknum kepolisian untuk backing bisnis penggelapan kayunya yang ada di Sampit. Mafia," Nanath menyodorkan laptopnya pada Malik. Tampilan pada laptopnya menampilkan jendela berisi profil dan histori oknum penggugat yang baru mereka bicarakan.

"Seenaknya banget nindas orang. Mana Guru lagi yang ditindas. Padahal anaknya yang bertengkar dan bikin temennya celaka. Guru itu hanya melerai, malah guru itu yang ditindas," Eric makin ngegas.

"Di Indonesia, semakin besar kekayaanmu, semakin besar pula powermu untuk menindas orang yang lebih lemah," sindir Aaron nyinyir.

"King Cobra ini tangannya kotor, entah berapa catatan merah yang ada di jurnalnya. Yang jelas dia nggak segan melakukan kekerasan pada orang yang berani menentang dia. Kita harus hati-hati," Yuda memperingatkan.

"Makanya kita mesti hati-hati. Karena dia itu pinter banget memutar balikkan fakta. Bisa berkelit  dan berlindung dibalik kekayaaannya," Yuda menambahkan.

Be Your Own Guerrilla 1.0  [ATEEZ SHIPS]Where stories live. Discover now