part 37

13.6K 977 69
                                    

Empat ambulans beriringan menuju rumah sakit terdekat dengan pasien yang sama sama gawat darurat.
Perawat yang ada di dalam ambulan juga ikut berusaha untuk menjaga kestabilan kondisi pasiennya.

Setibanya di rumah sakit para dokter sudah bersiap menantu pasien, mereka menurunkan berangkat dari atas ambulan lalu membawa mereka ke dalam.
Ya keempatnya dalam keadaan kritis, mereka sama sama butuh penanganan yang cepat jika tidak nyawa mereka taruhannya.
Para dokter itu berusaha sebaik mungkin demi mereka yang ada di dalam sana.
Apapun itu yang mereka harapkan adalah pasien ini selamat.

"Dok pasien kehabisan banyak darah" ucap suster yang menangani El.

"Ambil tiga kantong darah AB segera lakukan" perintah dokter itu.

Hampir dua jam para dokter itu berada di sana, hasil yang di dapatkan  Ravin bisa melewati masa kritisnya, juga orang yang menabrak Ravin tadi, mereka berdua sama sama di keluarkan dari sana namun tetap harus dalam pengawasan yang ketat.

Para langkah kaki memenuhi lobi rumah sakit.

"Sus ada pasien kecelakaan yang baru saja sampai" tanya David.

"Ya  benar pak"

" Bagaimana kondisi mereka, mereka baik baik saja kan?"

"Untuk itu bapak bisa langsung menuju ruang UGD karena mereka sedang di tangani di sana"

Sontak saja mereka langsung menuju ruangan yang di tunjukkan oleh suster itu.
Bertepatan dengan saat mereka sampai seorang suster keluar dari ruangan itu.

"Sus bagaimana kondisi pasien di dalam" tanya Revan.

"Maaf bapak siapa?" Tanya suster itu.

"Kami keluarganya, apa kondisi mereka baik baik saja"

"Untuk pasien bernama Ravin dia sudah melewati masa kritisnya dan berada di ruang ICU saat ini, untuk pasien bernama Elga dan Abian mereka masih di tangani di dalam jadi harap bersabar" suster itu langsung pergi setelah mengatakan itu.

David terhenyak mendengar kedua putranya tidak dalam baik baik saja, mereka tengah berjuang hidup dan mati.

"Abian hiks Abian" tangis Zora.

David menatap Zora tajam, ia menghampiri sang istri jika kalian berpikir akan menenangkan Zora kalian salah.

"Kau menangisi Abian zora?" Ucap David.

Zora balik menatap suaminya " tentu aku menangisi dia, dia sedang berjuang hidup dan mati sekarang, ini semua karena dirimu jika kau tidak mengusirnya maka dia tidak akan kecelakaan begini" teriak Zora pada David.

Plak

"Ayah" pekik Revan, ia kaget untuk pertama kalinya sang ayah bisa melayangkan tamparan pada bundanya.

"Apa kau tidak sadar juga Zora, seharusnya yang kau khawatirkan adalah El dan Ravin bukan anak brengsek seperti dia, seharusnya yang kau tangisi itu El dan Ravin" bentak David.

"Kenapa aku harus mengkhawatirkan El, kenapa? Dia bukan anakku!"

Plak

Untuk kedua kalinya, Zora mendapatkan tamparan dari David.
David melempar selembar kertas pada Zora

"Baca dan lihat itu supaya kau mengerti siapa yang haru kau tangisi sekarang" tekan David.

Zora membuka kertas itu, membaca satu persatu kalimat yang tertulis di sana.

"M mas apa ini, bagaimana bisa" ucap Zora menatap David.

"Tentu saja bisa, kenapa tidak? Hanya kau saja yang tidak bisa melihat kebenaran yang ada di depan matamu, tapi kau menutupinya dengan kepedulian mu pada abianaku tidak pernah sadar jika anak yang selama ini kau anggap bukan darah dagingmu  itu adalah anak mu sendiri, anak kandungmu Zora"

Elgara Bramasta  (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt