part 39

25K 1.1K 130
                                    

Ravin dan El sekarang di tempatkan dalam satu ruangan yang sama, itu adalah permintaan David sendiri, ia ingin menjaga anaknya bersamaan.
Kondisi mereka berdua pun juga sudah stabil, Ravin juga sudah sadar dan sekarang ia tertidur karena pengaruh obat bius, namun El berbeda kondisinya sudah membaik namun belum kunjung sadar juga.
David hanya bisa berdoa agar putranya cepat sadar.

Cklek

David menatap Revan yang baru saja masuk.

"Apakah sudah selesai?" Tanya David.

"Sudah yah, pemakamannya lancar dan yang lainnya juga sudah di urus oleh Roy" jawab Revan.

"Syukurlah kalau begitu"

Revan duduk di samping brangkar El, ia menatap lekat adiknya.

"Menurut ayah gimana reaksi El nanti?" Ucapnya menatap David sekilas.

"Ayah juga tidak tahu Revan, ayah berharap semuanya baik baik saja "

"Bagaimana cara mengtakannya, dia selalu ingin berada di pelukan bunda dan mendapatkan kasih sayang sama bunda, tapi itu ngak ke capai yah, semuanya berakhir kayak gini, gimana kalo El nanti malah benci dan ngak terima" ya beribu ketakutan dan pertanyaan ada di dalam pikiran Revan.
Bundanya sudah pergi saat memutuskan untuk mendonorkan jantungnya untuk El, itu keputusan yang sulit namun mereka juga tidak berdaya.

"Kau sudah makan?" Tanya David.

"Belum yah"

"Kenapa malah melalaikan kesehatanmu Revan, pergilah ke kantin"

"Revan ngak selera yah"

"Setidaknya ada yang mengisi perutmu itu, jangan membantah dan pergilah" ucap David tegas, Revan yang tidak bisa menolak hanya menurut perintah ayahnya.

"Apa yang el mimpikan di sana nak, hingga El tertidur sangat pulas" ucap David menggenggam tangan El.
Ia merebahkan kepalanya di sana, hingga tanpa sadar ia terlelap.

Satu jam berlalu Revan kembali dari kantin dengan membawa sebuah kantong plastik yang berisi nasi goreng, ia yakin ayahnya juga belum makan, dia sangat pintar menyuruh orang tapi tidak memperdulikan dirinya sendiri.

Ia ingin membangunkan David, namun tidak tega karena David tampak kelelahan jadi ia hanya biarkan saja, ia akan menyuruh David makan setelah ia bangun nanti.

Revan mengambil tas pakaian yang sempat ia bawa dari rumah tadi, ia memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

David merasakan sebuah tangan yang mengusap kepalanya, ia berpikir itu Revan namun ingat bahwa Revan ke kantin, ia langsung menegakkan kepalanya melotot kaget saat mengetahui yang memegang kepalanya adalah El.

"El kamu bangun nak, kamu sudah sadar" David heboh sendiri disitu hingga Revan yang di dalam kamar mandi langsung keluar.

"Yah kenapa?"

"Revan El sadar" ucap David, Revan langsung berlari ke brangkar El.

"Panggil dokter ayo Rev" Revan berlari keluar untuk memanggil dokter.

Revan kembali masuk dengan dokter dan suster yang langsung memeriksa El, David menepi dan memperhatikan dokter yang memeriksa El.

"Syukurlah kondisi pasien sudah lebih stabil, untuk sementara pasien akan sedikit kesusahan berbicara itu efek dari pemasangan intubasi, jika ada seseuatu silahkan panggil saya" dokter itu pun keluar David pun duduk di samping El, ia memegang tangan El
"Terimakasih sudah sadar nak, terimakasih " ucapnya.

"Ha haus" David bergegas mengambil air di atas nakas dan memberikannya pada El. El sedikit mengeryit saat meneguk air itu, tenggorokannya sakit.

Skip

Elgara Bramasta  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang