2.2 MASIH MENCINTAIKU

1K 141 46
                                    

Aku pulang tanpa bertemu sang Kades

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Aku pulang tanpa bertemu sang Kades. Antara sibuk dan enggan melihat wajahku, entah yang mana paling tepat. Terserah saja. Aku toh tidak terlalu bersemangat lagi ingin berjumpa orang tua itu setelah mendengar pernyataan Mey tadi.

Kata 'masih mencintai' berputar-putar di kepalaku.

Setelah hampir 2 tahun berlalu, wanita itu sangat kurang ajar sekali. Dia mengatakan masih menyimpan rasa padaku dan siap bertanding dengan Aling memperebutkan perhatianku. Oh, sungguh Mey?

Meylina ini sungguh hebat mengguncang perasaan orang lain. Setelah mencampakkan dengan kejam, dia kembali, masuk dalam hidupku seperti ngengat yang sangat menganggu. Mey datang tak hanya menawarkan ingatan tentang dosa kami dahulu, tetapi ia juga membawa hura-hara untuk kehancuran rumah tanggaku bersama Aling.

Bagaimana aku harus bersikap terhadapnya?

Aku di ambang kebimbangan.

Hatiku menolak perkataan Mey,  tapi saat mengetahui dia masih mencintaiku, ada sedikit rasa senang bersenandung di sudut dada diantara gundah gulana yang menyelubungi paru-paru beberapa hari ini.

"Abang kenapa? Melamun dari tadi, Aling dicuekin, hih!" Aling mereggut di sampingku. Jari-jari kakinya saling menggesek, dia ingin aku tahu bahwa dia sedang kesal. "Abang itu 3 hari lagi mau pergi. Bukan melimpahi istri cinta kasih sayang abadi sampai tumpah-tumpah, malahan membuang-buang masa dengan melamun. Istri tuh 'dikerjain' dari sekarang. Mana tahu pas Abang pergi nanti anak kita juga lahir. Emangnya, Abang tahan nunggu 40 hari lagi baru senang-senang sama aku? Awas aja minta bantuan tante Lux!"

"Tante Lux? ... siapa?!" Dadaku berdentum. Jangan sampai Aling tahu perihal Mey.

"Halah, Abanggg ... pura-pura tak tahu. Paling juga dulu waktu belum kawinin Aling, Abang mesumnya sama si tante kan? Ngaku, Bang. Ngaku!"

Pacu dadaku semakin kencang. Bagaimana Aling bisa berbicara tentang 'itu'. Apakah seseorang memberitahunya mengenai kenakalanku bersama Mey dahulu dan sekarang dia sedang memancing untuk aku buka suara?

Tabuhan genderang khawatir semakin ribut. Paru-paruku juga semakin sulit menghirup udara. Sedikit demi sedikit pori-pori kulitku mengeluarkan cairan kecil. Aku berkeringat di malam yang berangin.

"Abangggg! Kenapa sih menatap seperti itu? Tegang sekali!" Calon ibu anakku memukul pelan lengan tangan suaminya. "Benar tebakan Aling, ya? Abanggg, ish, jorok sekali sih! Aling tidak mau pakai sabun itu lagi! Ish, Abang, ish! Jorok!" Aling mendorong-dorong kecil badanku menjauh.

Sabun? Apa hubungan sabun dengan tante Lux? Apakah Aling memberi julukan Mey dengan sebutan tante Lux, saking tak inginya dia menyebut nama calon madunya?

Otakku loading bersama dada yang tak mau diam.

"Bangg! Berhenti menatapku seperti itu! Abang kenapa, sih? Tak usah di bawa serius kali. Aling becanda, Bang. Ber-can-da. Tak mungkin juga 'kan pesona Aling dikalahin sama Tante Lux. " Aling tersenyum lebar. Giginya sampai kelihatan. Dia juga menusuk-nusuk dadaku dengan telunjuknya. Kukunya panjang, tidak terlalu bersih, malahan kuku telunjuknya sedikit kotor. Semoga besok aku tidak lupa mengingatkan dia untuk potong itu.

"Kalau dilihat dari ekspresinya Abang, kayaknya orang ini tak tahu siapa itu Tante Lux, deh. Padahal sering bersentuhan, ck." Istri yang kunikahi setahun lalu mengerutkan kening kecilnya. Mata di bawah alis tebal itu memicing jenaka. "Iya, Abang tak tahu? Astaganaga, lucu ... lucu ... lucu." Istriku bangun menyandar pada kepala dipan. Dia tertawa sangat bahagia sembari memegangi perut buncitnya. "Itu loh, Bang, Tante Lux yang sering Abang ajak kerjasama kalau Aling lagi dapet. Eh, awal-awal Aling hamil juga kan Tante Lux yang selalu gantikan tugas Aling." Istriku cekikikan. Ada bias rona merah jambu di wajahnya. Sepertinya istriku itu sedikit malu saat menjelaskan siapa gerangan tante Lux.

Aku menjentik jidat istriku pelan. Sungguh gemas suaminya dibuat. Bagaimana tidak, aku sudah berpikir macam-macam. Bahkan si Calon bapak ini hampir kelepasan mengungkap perihal rencana pernikahanku dengan Mey.

Untung saja Aling segera menjelaskan siapa tante Lux, kalau tidak, mungkin bukan tabuhan cemas dalam dada yang kurasakan. Sebaliknya, terompet perang dari Aling yang aku saksikan.

"Adek, mau?"

"Ih, Abanggg ... malu." Alingku yang lucu menyembunyikan wajah merahnya di balik bantal kapuk yang sedikit meleot karena tidak kencang lagi. "Abang, mau tidak?" Dia mengintip, matanya hanya terlihat satu, sebelah lainnya tertutup sarung bantal.

"Ayo aja kalau Abang, Dek," senyumku, menarik turun penyangga kepala di wajahnya.

Anak terakhir mertuaku, manyun. Bibir wanita hamil itu maju beberapa centi meter. Aku gemas, jadi kutempelkan saja bibirku di bibirnya.

"Iih, Abanggg...." Istriku pura-pura tak suka. Badannya sengaja ia gerak-gerakkan menolak. Anehnya, di akhir dia malah sengaja menyodorkan bibirnya semakin menempel padaku.

Entahlah, mungkin tingkah lucunya yang seperti ini yang membuat Aling sedikit demi sedikit menggeser tempat Mey di hatiku.

Aling sangat berbeda dengan Mey. Jika buah hati sang Kades memiliki pemikiran dewasa dan tenang serta cenderung pendiam. Lain lagi dengan Alingku. Wanita di bawahku ini amat cerewet dan sedikit lebih berani menyampaikan perasaannya. Entah itu rasa sedih, senang, marah, kesal, dia tak segan-segan menampakkannya pada orang lain terlebih diriku.

"Abanggg! Jangan terlalu semangat! Tidak nyaman ..." Aling menghentikan gerakkanku dengan menekan leherku turun menggunakan kaitan tangannya.

Kegiatanku terjeda sebentar. "Tidak nyaman atau nyaman sekali?" tanyaku sambil tersenyum menggoda.

"Pelan atau sudahan?" Istriku balik mengancam.

"Baik, Istriku. Suamimu ini akan berlahan."

Harus aku akui, sebenarnya tadi aku sempat lupa bahwa istriku sedang hamil. Aku terlalu terbawa perasaan. Rasa marah, kecewa pada diri sendiri, frustrasi, nelangsa, dan bingung, tanpa sengaja aku tumpahkan dalam pertempuran ranjang kami.

Barangkali Aling hanya merasakan betapa menggebu suaminya malam ini, tampa melihat betapa kaca-kaca tipis di wajah sang calon ayah hampir pecah tiap kali aku bergerak.

Ya! Dalam setiap doronganku, ada perasaan bersalah yang meremas jantungku.

Istriku begitu malang, suami tercintanya yang sedang bersenang-senang di atas tubuhnya ini sebentar lagi mungkin akan bersenang-senang juga di tubuh istrinya yang  lain.

Tubuh Mey!

****

Sendawar, 11 Oktober 2022

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Sendawar, 11 Oktober 2022

Teman² kalau mau beli koin melalui karyakarsa web kalau mau dapat harga normal, karena di aplikasi sedikit lebih mahal sebab ada pajak dari play store atau app store.

Metode pembayaran seperti sebelum ada pembaharuan atau versi lama ( shopeepay, ovo, gopay, dana, dan lain²) masih bisa teman lakukan via karyakarsa web. KK web juga bisa dibuka dari web browser HP ya.

Yang belum punya dana lebih untuk beli koin. Silahkan banget stay di sini. Insyallah, aku bakal Up sama tamat juga di sini.

Akhirnya selamat membaca, semoga suka.

YUSUFWhere stories live. Discover now