7. TAMU TAK DIUNDANG

1.1K 134 69
                                    


"Lap keringatmu dan tersenyumlah seperti manusia. " Ayah Mey meletakkan sapu tangan saku berwarna biru dongker di atas tanganku. "Berhenti memasang wajah seakan anakku menyeretmu duduk di panggung ini!" Bibir om sekaligus mertua baruku membentuk garis lengkung sementara matanya menyipit penuh peringatan.

Aku memandang kain tipis di tanganku. Tidak lama, bahkan tak sampai melewati 1 menit, kemudian aku tersenyum miris. Belum apa-apa orang tua ini sudah memperlihatkan posisinya dalam rumah tanggaku nanti. "Terimakasih, saya akan menyimpannya," jawabku.

Ayah mertuaku hanya melirik lalu berkata, "Bukankah pesta kita sangat ramai, Yusuf? Bahkan anggota dewan juga hadir." Pandangan mata ayah Mey tertuju pada pintu masuk pelaminan, di sana satu rombongan dengan baju batik mahal berjalan mendekati pelaminan, "agar tak membuatku malu, bagaimana kalau kamu memperbaiki raut wajahmu? Aku takut mereka berpikir kamu tertekan dengan pernikahan ini." Aku hanya bisa mengangguk untuk mengenakkan perasaan mertuaku. Dia tersenyum puas atas kepatuhanku, "bagus, Yusuf, memang seperti ini menantu yang aku inginkan. Patuh dan taat setiap perkataanku."

"Ayah! Bisakah berhenti menganggu Yusuf?" Mey mencondongkan badannya melewati tubuhku. Gelang-gelang ditangannya berbunyi saat ia berusaha meraih tangan orang pertama yang mengadzaninya ketika lahir. "Yusuf sudah berbesar hati menghalalkan Anak Ayah, apalagi sekarang, Ayah? Ayah ingin pernikahan anak Ayah, langgeng?"

Pak kades memegang sebelah pipi anaknya dengan sayang. "Tentu saja Mey, kenapa kamu berbicara seperti itu pada Ayah? Ayah tidak akan sejauh ini kalau bukan demimu, Nak."

"Kalau begitu, berdamailah dengan ego Ayah, pertarungan Ayah sudah berakhir. Ayah pemenangnya; harga diri, martabat, dan derajat Ayah tidak lagi tergores. Yang Ayah inginkan sudah terwujud, bukan? lihat anakmu ini, aku memakai baju pengantin yang bagus, aku berdandan yang cantik, hari ini aku juga sangat bahagia, Ayah. Tidakkah Ayah juga bahagia? Tolong jangan kurangi suka cita kita dengan kemarahan yang masih Ayah simpan. Justru sepatutnya kita berterimakasih pada Bang Yusuf karena memberikan pernikahan semewah ini. Iya kan, Ayah?" Mey meremas erat tangan ayahnya tang ada dipipi sembari menatap lekat bola mata sang kades. Dia membela serta melindungiku dan itu membuat hatiku berdesir.

Sang Kepala Desa menarik napas berat, dia melirikku, lalu berkata, "Baiklah, tapi Ayah akan mengawasinya. Katakan padanya untuk tersenyum pada saat Pak Dewan naik berjabat tangan. Jika tidak, aku tidak segan-segan mematahkan jari-jarinya."

"Baik, Ayah. Terimakasih sudah mengerti Mey. Lagipula suamiku mendengarnya, jadi aku tak perlu memberitahunya lagi." Mey tersenyum padaku. Lagi-lagi hatiku berdesir, ada apa ini? Apa karena dia terlihat cantik dengan baju 'Bodo' dan segala pernak-pernik hiasan di kepalanya?

Aku tersenyum tipis pada Mey sebagai ucapan terimakasih, lalu dia membalas dengan mengenggam jemariku kencang fi samping tubuhnya.

Waktu bergulir, tamu semakin banyak, jam sudah memasuki waktu makan siang. Pak Dewan yang dimaksud ayah Mey juga telah memberikan ucapan selamat untuk aku dan istri baru. Aku menyuguhkan senyum terbaikku saat berjabat tangan dengan beliau sesuai pesan mertua.

Setelah merenungi permintaan sederhana mertuaku tadi, dan pembelaan Mey, aku akhirnya bertekat mengubah ekspresi wajah. Betapa jahat diriku, padahal ini pernikahan pertama Mey, dia mungkin memimpikan pesta yang meriah dan mempelai pria yang tersenyum sumringah di sampingnya. Lalu betapa egois diriku andai tak memberikan kenangan pernikahan yang bahagia bagi Mey. Padahal, kesalahan yang kami lakukan bukan hanya Mey pelakunya, aku lah sang pendosa sesungguhnya.

Aku tersenyum dengan pemikiranku barusan, setelah dia terang-terangan mengatakan akan merebut kasih sayangku dari Aling, aku masih saja bermurah hati pada Mey, masih memikirkan kebahagiaannya, masih memikirkan harga dirinya. Apakah sebenarnya aku masig mencintai wanita ini? Aku menggeleng demi membuang pemikiran tentang cinta. Tidak! Aku tidak bisa mencintai Mey lagi, pernikahan ini hanya status, aku hanya menunggu Mey muak dan meminta pisah dariku.

YUSUFWhere stories live. Discover now