Torment

171 23 5
                                    

Masih banyak yang dapat dilakukan oleh Lintang di dalam waktu senggangnya di Denpasar, sebenarnya. Namun yang ia lakukan sekarang malah kembali membuka-buka pekerjaannya di atas salah satu meja sebuah Restoran yang berada di sepanjang pesisir pantai Sanur.

Jangan heran jikalau suatu saat nanti ia akan tidak ada bedanya dengan mendiang sang Ayah. Bekerja tanpa kenal waktu dan tempat seolah esok adalah hari kiamat, bahkan hampir mengabaikan Istri dan anak-anaknya. Walau perbedaannya jelas, hingga detik ini ia belum pernah memiliki satu orang pun yang disebut Pasangan.

Telepon genggamnya masih terus berbunyi sejak tadi pagi. Dari Dwi, team Operasional, team Surveyor, beberapa Vendor, dan masih banyak lagi. Berpolah tiada yang dapat meng-handle masing-masing divisi tersebut, padahal sudah ada Penanggung Jawab masing-masing.

Ada juga beberapa pesan yang dikirimkan oleh Aji. Kakaknya itu menanyakan di mana alamat persis Paris berasal agar tidak perlu mencari Vet lain yang belum tentu sesuai dengan Peliharaan barunya tersebut.

"Lintang?"

Lintang menolehkan kepalanya sedetik kemudian. Suara itu belum terlalu dikenalnya, namun entah mengapa ia tidak perlu merasa harus berlama-lama berlagak tuli semenjak memang jarang sekali ada yang mengenalinya di kota wisata ini.

"Hey, Capt...?" Balasnya tersenyum, tanpa merasa perlu menyembunyikan sesuatu yang jelas sekali tercetak di atas wajahnya.

Lintang merasa tidak perlu menahan perasaannya lagi terhadap laki-laki itu. Jika memang begini takdirnya dalam menyukai seseorang, maka ia akan berusaha sangat jujur atas apapun itu. Walau masih ada kemungkinan kalau bisa saja Kresna merasakan hal sebaliknya, atau keberatan dengan gesturnya, atau yang lainnya— Lintang tidak memberikan kesempatan dirinya sendiri untuk berpikir.

"Masih di sini? Katamu cuma dua malam?" Tanyanya sembari bangkit dari kursi agar Kresna mampu melihat kedua matanya dengan jelas.

Kresna yang tengah mengenakan pakaian kasual— yaitu celana jeans berwarna putih sebatas lutus, kemeja santai berwarna pastel, kemudian melepas sebuah kacamata hitam yang bertengger di atas hidungnya yang mancung itu, dan menjawab, "perubahan jadwal dan awak pesawat, baru besok malam pulang ke Jakarta."

"Jadi sekarang? Liburan?"

"Liburan kepepet."

Lintang tertawa senang menanggapi jawaban Kresna. Kebetulan selalu memiliki dua sisi yang berbeda. Tetapi kali ini kebetulannya berada di sisi yang baik dibandingkan sisi yang lain.

"Makan siang atau kerja?" Kedua mata Kresna mengarah ke atas meja yang digunakan Lintang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makan siang atau kerja?" Kedua mata Kresna mengarah ke atas meja yang digunakan Lintang. Sebenarnya agar ia tidak perlu terlalu salah tingkah menghadapi wajah laki-laki itu yang membuatnya silau. Ah, seharusnya ia tidak perlu melepas kacamata hitamnya tadi.

"Both?"

Kresna mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Sendirian?"

"Mau nemenin?" Tembak Lintang tanpa menjawab pertanyaan Kresna terlebih dahulu. 

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now