Last Piece

187 19 16
                                    

Seperti biasa, Aji yang pertama kali terbangun pada keesokan harinya, lalu tanpa membuang waktu lebih lama lagi, ia bergegas masuk ke dalam kamar mandi demi menghampiri Paris setelahnya agar tidak perlu terlanjur membuat Lingga yang masih tertidur sangat lelap di sampingnya itu kemudian terjaga.

Setelah beberapa saat kemudian, Lingga pun terbangun.

Ia mengerjapkan kedua matanya yang buram, mengambil waktunya sebentar karena kepalanya mulai pusing luar biasa— bercinta saat mandi akan ia letakkan paling bawah dari daftar bercinta mereka mulai detik ini— akhirnya Lingga menyadari bahwa waktu sudah cukup siang jika dikatakan pagi hari. Namun menikmati hari itu dengan sedikit bermalas-malasan rasanya tidak begitu buruk semenjak akhir pekan, pun jadwalnya berama Text-Glam serta sejumlah Model akan berlangsung lebih siang.

Tubuhnya, mulai dari punggung hingga bawah terasa sangat pegal dan panas, kemudian ingatannya tadi malam kembali berkelebat. Membuatnya lalu menggulingkan tubuhnya ke arah sebaliknya karena sekujur tubuhnya kembali berulah, lalu menyadari bahwa kini Aji tengah berada di dalam kamar mandi, bersenandung kecil, membuat telinganya lebih awas dari biasanya.

Belum pernah didengarnya gumaman riang seperti yang didengarnya saat ini terlebih berasal dari laki-laki itu, yang lalu membuatnya tersenyum lebar luar biasa dan lalu melupakan betapa tubuhnya juga membutuhkan perhatian.

"Dari tadi pagi Paris sibuk sekali ingin masuk ke dalam."

Lingga melenyapkan senyumnya dalam sekejap agar tidak perlu ketahuan seperti orang tolol, lalu dilihatnya Aji sudah berdiri tidak jauh dari tempat tidur, dengan seutas handuk yang menutupi sebagian tubuhnya sedangkan bagian tubuhnya yang lain belum dapat dikatakan kering sepenuhnya. Namun Aji tampak tak peduli, begitu pun Lingga.

"Aku mau ke Bellvaganc siang ini..." Niat Lingga barusan ingin bergegas membersihkan tubuhnya setelah Aji, tetapi yang dilakukannya malah kembali merebahkan tubuh lurus-lurus, kemudian memikirkan satu kemungkinan bahwa sebaiknya ia dapat menyisihkan sedikit waktu untuk berolahraga jika ingin tubuhnya lebih sehat setelah menghadapi Aji di kemudian hari.

Lingga mencoba menegakkan tubuhnya, duduk secara perlahan, menurunkan kedua tungkai kakinya di atas lantai marmer yang dingin, dan semua itu di lakukannya di hadapan Aji, agar laki-laki itu mengerti bahwa ia membutuhkan sebuah bantuan.

Bukannya lekas membantu, Aji malah beranjak entah ke mana, lalu kembali setelah menenteng sepasang sandal rumah berwarna putih dan berlutut di hadapan Lingga. Mengenakan sepasang sandal tersebut pada telapak kaki Lingga dan tersenyum kemudian.

Lingga menuding dahi Aji dan memasang wajah jengkel setengah mati, "my body's sore, you know that, Capt?"

Aji terkekeh saja lalu menganggukkan kepalanya, "I know, Boo..."

Setelah membalut tubuh telanjang Lingga menggunakan selimut mereka, Aji membantu Lingga berdiri. Ia mengikuti langkah Lingga yang tertatih sembari mendengar ocehan Lingga seperti, "aku mirip Dea abis lahiran, ya?" yang lalu membuatnya tertawa sangat lepas.

Sangat lepas hingga Lingga benar-benar melupakan gerutuannya barusan. Wajah tertawa milik laki-laki itu benar-benar dapat mengubah mood-nya seketika.

Lalu setelah tawa Aji mereda, Lingga menyentuh perlahan ujung dagu Aji. Jari jemari Lingga menyentuh bulu-bulu halus yang baru tumbuh di sekitar dagunya pagi ini, dan bertanya, "mau ku bantu?" Lingga mendudukkan tubuhnya di atas wastafel dengan sesekali membetulkan letak selimut yang menutupi tubuhnya walau pada akhirnya tak benar-benar membantu, padahal Aji belum memberikan jawabannya sama sekali.

"Boleh."

Lingga meraih sebuah razor electric yang terletak di dekat cermin setelah memastikan wajah Aji sudah cukup terbaluri shaving foam dan meminta laki-laki itu lebih mendekat ke arahnya.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now