I Love You the Most

175 19 16
                                    

"Ling!"

"Apa kabar, Mas?"

Arsa mengibaskan sebelah tangannya dengan bersemangat. Ia meminta Lingga dan Aji untuk cepat-cepat masuk ke dalam Apartemennya, tidak peduli begitu tergopoh-gopoh tubuhnya memutar manual kursi rodanya yang hampir karatan itu.

Ia memiliki sebuah lagi yang lebih modern, pemberian Lintang hampir setahun yang lalu, namun bagi Arsa, yang tua dirasanya memang lebih nyaman. Toh, hanya tua, bukan sudah tidak berfungsi dengan baik.

"Dea sedang istirahat, Sa?"

"Baru selesai mandi, Am. Habis dari Dokter tadi, karena kontraksi palsunya sudah semakin sering."

"Dokter menyarankan bagaimana?" Ini Lingga yang bertanya, ia baru saja meletakkan sebuket buah yang sengaja mereka bawa sebagai bingkisan semenjak keduanya belum tahu-menahu apa saja yang Dea butuhkan untuk melengkapi perlengkapan calon bayi mereka.

"Diminta pulang karena pembukaannya masih jauh, diminta sering-sering bergerak agar persalinannya lancar, tidak kekurangan asupan, dan lain-lain." Arsa mengedikkan kedua bahunya saja, "repot, tapi seru!" Ia tertawa dengan penuh suka cita, Aji juga ikut-ikutan tersenyum karenanya.

"Kalau repot, kan, udah pernah gue bilang, hubungi gue—"

"Oke, oke, kali ini tampaknya gue membutuhkan bantuan kalian." Arsa menoleh ke arah Aji dan Lingga bergantian. Ia akan menyerah untuk berlagak sanggup, karena memang sebenarnya mengurus Dea di tengah-tengah persalinan seperti ini cukup menguras tenaganya yang memang sudah tidak dapat disamakan dengan siapa pun yang memiliki tubuh normal.

"Kak..." Suara manja Dea yang kentara sekali dibuat-buat mendapatkan perhatian khusus dari Lingga. Ia merasa tidak perlu meminta izin terlebih dahulu semenjak yang memiliki ruang tidur utama tersebut lah yang mengundangnya masuk.

Dea memejamkan kedua matanya yang lelah di dalam pelukan hangat Lingga. Ingin rasanya ia menangis karena kontraksi palsunya terkadang tak tertahankan, namun memang seperti itu lah tugasnya sekarang. 

Menjadi seorang Ibu. 

Berkorban nyawa hingga hampir kehabisan nafas, demi satu makhluk kecil yang akan tumbuh di antara mereka kelak.

Aji mendekat kepada keduanya. Terlihat olehnya Lingga masih senantiasa menyapu dahi Dea yang sedikit-sedikit akan basah. Kedua bibir Dea berkali-kali terbuka meringkih kesakitan. 

"Ke Rumah Sakit aja, ya?" Pujuk Aji kali ini.

Dea menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "aku diminta bergerak yang banyak, dan ini akan hilang sebentar lagi. Begitu terus sampai-sampai aku enggak bisa tidur nyenyak."

"Oma sudah dikabari?" Aji bertanya sekali lagi.

"Sedang di jalan, Am," Arsa menghampiri ketiganya dengan dua buah botol minuman segar yang sengaja diambilnya dari lemari pendingin. "Mungkin sebentar lagi sampai."

Arsa menyentuh kepalan tangan Dea yang mengerat bersamaan dengan rasa sakitnya. Jikalau dapat dibagi kepadanya agar Dea tidak perlu merasa kesakitan seperti ini, dengan senang hati akan ditanggungnya seorang diri.


*

*

*


Lingga menghempaskan tubuhnya di atas sofa sembari memeriksa beberapa pesan masuk yang dikirimkan oleh Indra, Hugo, dan tidak ketinggalan juga dari Seiya.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now