Familiar to My Heart

154 22 8
                                    

"Aku enggak mengganggu...?"

Lingga membuang tatapannya ke arah lain walau samar agar Aji tidak perlu tahu bahwa dirinya sendiri tidak begitu paham akan bagaimana nantinya.

Meminta laki-laki itu untuk menemaninya bekerja malam ini?

Begitu percaya dirinya kah Lingga hingga ia menganggap bahwa tidak ada yang akan Aji lakukan setelah ini?
Mungkin laki-laki itu memiliki janji di tempat lain, mengingat mereka berdua saja baru kembali bertemu kemarin.
Tidak ada yang mampu menjamin bahwa Aji sedang tidak memiliki orang lain yang tengah dekat dengannya secara pribadi, bukan?

Lingga jelas-jelas melupakan permintaan Aji tentang mencoba mencintainya sekali lagi.

"Atau..." Lingga menggantungkan kalimatnya, meluruhkan kerongkongannya yang sedikit tercekat, mengambil kesempatan untuk berpikir apakah sebaiknya ia juga meminta Aji untuk mempertimbangkan permintaannya, bukan asal tembak seperti tadi. "Mas Aji ada—"

Seolah sudah mengetahui apa yang akan Lingga tanyakan, Aji mengibaskan kedua tangannya cepat-cepat. "Aku enggak ada rencana apa-apa malam ini," ralatnya buru-buru.

Lingga menghela nafasnya begitu lega. Ia lupa untuk sedikit menahan reaksinya di hadapan Aji, sampai-sampai Aji kesulitan bernafas ketika menemukan semburat merah muda yang tercetak samar di atas pipi Lingga hingga telinganya.

Ia menahan kuat-kuat tangannya agar tak perlu lancang. Karena dulu...dulu sekali...sebelah tangannya itu akan terangkat dan menyentuh cuping telinga Lingga tanpa pikir panjang seperti saat ini, hingga laki-laki kecilnya itu akan semakin mengambek akibat kian digoda.

Lingga membalikkan tubuhnya, sebelum akhirnya kembali terhenti setelah beberapa langkah, demi memastikan kalau Aji sudah mengikutinya untuk masuk ke dalam Luxus.

Lingga benar-benar menepati permintaan Aji untuk mencoba mencintainya sekali lagi, walau rasanya ia tidak begitu perlu untuk berusaha.


*

*

*


Yang mengejutkan Aji pertama kali ketika tiba pada lantai atas tempat di mana Lingga bekerja saat ini tidak begitu jauh berbeda dengan Studio kecil milik mereka beberapa tahun lalu. Ia tidak mampu melihat dengan jelas tadi malam semenjak tujuannya memang bukan untuk menginspeksi ruangan tersebut.

Beberapa perkakas yang Lingga butuhkan, seperti mesih jahit, sebuah meja yang lebar, beberapa buah Manequine juga rasanya masih sama seperti terakhir kali, kalau Aji tidak salah ingat.

Sebuah meja yang sengaja disediakannya ketika pertama kali Lingga menempati kamar tidurnya di Rumah Besar juga ada di sana, walau letaknya sangat tersudut karena Lingga menggunakannya untuk menyimpan beberapa gulung benang obras yang masih baru. 

Suasananya juga begitu familiar. Ditambah dengan kehadiran Indra. 

Aji masih sangat ingat, bahkan tidur siangnya akan berkali-kali terganggu karena suara Indra yang sedikit-sedikit melengking karena beberapa kebutuhan Luxus tidak dapat terpenuhi disebabkan beberapa hal, yang lalu digunakannya untuk bertanya kepada Lingga demi sebuah pendapat dan solusi.

Walau tetap saja, kehadiran Seiya dan Hugo membuat keadaannya menjadi sedikit berbeda, yang lalu menyadarkan Aji bahwa situasi saat ini memang lah jauh berbeda jika dibandingkan ketika semuanya baik-baik saja.

Aroma kain baru yang berasal langsung dari pabrik pembuatan memenuhi rongga dada Aji. Keramaian malam itu kembali memenuhi hati dan pikirannya yang sempat terbengkalai sebelum kepulangan Lingga.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora