Forgiveness

139 18 19
                                    

Dengan mengadopsi kebiasaan Aji, Lingga mencoba menenangkan tubuhnya saat ini dan ternyata tidak begitu buruk.

Lingga tengah berada di dalam salah satu lift gedung ORBIT Menagement, bersama Indra dan Hugo.

Kemarin akhirnya ia membuat sebuah keputusan yang sangat bertolak belakang dengan keinginannya, semenjak tidak ada jalan keluar yang lain seperti yang Indra sampaikan, yaitu, tetap menyetujui perubahan daftar Model yang akan dilibatkan di dalam Pameran-nya bersama Text-Glam, mulai awal bulan depan.

Lingga mengeratkan genggamannya pada pegangan tas-nya kuat-kuat.

Ia tidak sedang mengada-ada. Sepagian ia mual, persis keluhan Dea ketika hamil muda— Wanita itu sempat berbagi cerita kepadanya tentang betapa beratnya melewati pagi hari tanpa memuntahkan apa saja walau sekedar air putih, hal tersebut berangsur menjadi suatu hal yang rutin— mengingat Dea membuatnya kembali teringat dengan percakapan mereka beberapa hari yang lalu tentang sebuah bingkisan yang terpaksa harus dihantarkan oleh Hugo saking jadwalnya dan Aji mulai cukup padat sehingga tidak memiliki waktu untuk berkunjung ke sana untuk sekedar menengok si Kecil.

Beberapa saat kemudian, akhirnya mereka tiba di lantai 5, di mana meeting pagi itu digelar. Setau Lingga, hal ini akan di-handle oleh beberapa orang yang termasuk di dalam beberapa team terkait. Namun tiba-tiba saja Nathan mengabarkan bahwa beberapa Model utama seperti dirinya dan Melly juga akan ikut hadir, yang lalu membuat seisi kepala Lingga kemudian buyar karena kemungkinan yang lain.

"Kak." Hugo menggamit lembut lengan Lingga dan mengarahkannya pada sebuah ruangan berukuran besar sewarna pastel. Hugo seolah mengerti bahwa Lingga butuh lebih dari sekedar ditemani.
"Minum, Kak? Biar ku pesankan ke mereka sekarang."

Lingga menganggukkan kepalanya dan berterima kasih, sebelum akhirnya meminta Hugo untuk menaikkan suhu ruangan itu sedikit, karena tiba-tiba saja tubuhnya kedinginan. Namun karena Hugo tidak dapat menemukan remote mesin pendingin, Hugo melepas cardigan-nya yang berwarna menyerupai celana formal Lingga, dan menyampirkannya di atas kedua bahu Lingga. "Pakai ini dulu, Kak." Hugo pun berlalu.

Indra menyerahkan sebuah copy berkas Proposal ke hadapan Lingga, sebuah tindakan jaga-jaga agar Lingga tidak perlu kesulitan mengikuti pertemuan mereka, juga ada baiknya agar setidaknya Lingga memiliki alasan lain maka tidak mampu mengangkat wajahnya tinggi-tinggi seperti saat ini.

Kemudian sebuah suara pintu yang terbuka menginterupsi Lingga dan Indra. Beberapa orang lalu melangkah masuk, ada yang sudah mereka kenal dengan baik karena tentu saja ini bukan kerja sama perdana mereka, tetapi ada juga yang baru mereka lihat kali ini. Mungkin ada beberapa posisi yang telah digantikan oleh orang baru.

Seperti yang mereka ketahui bahwa beberapa Model akan diikut sertakan, Nathan, Melly, dan beberapa orang berikutnya mulai menempati kursi masing-masing, termasuk Hasi.

Tidak perlu diberitahu, karena Lingga bahkan sedang mewanti-wanti dirinya sendiri bahwa profesinya sedang dipertaruhkan di sini.

Menghiraukan keberadaan Hasi sama artinya dengan bermain-main dengan masa lalu, dan sama artinya dengan tidak menghargai segala macam upaya yang telah ditempuhnya bersama Aji.

Menyia-nyiakan permohonan maaf Dyo juga termasuk ke dalamnya, karena ia paham betapa Dyo harus merendahkan harga dirinya yang di mana hal tersebut bukan perkara mudah.

Terkadang, sebuah maaf dapat terasa berharga jika berasal dari orang yang tepat. Namun akan terasa tidak ada apa-apanya jika kebalikannya.

Sedangkan Lingga, ia berada pada sebuah posisi hendak bersedia menerima atau tidak. 

Untungnya, hatinya tidak sekeras dahulu.

Tiga tahun digunakannya dengan sangat baik.

Bercermin diri, memperbaiki kesalahannya, mengobati luka yang mampu dihilangkan olehnya sendiri, walau hingga saat ini, luka tersebut belum sepenuhnya sembuh.

Glimpse of Heaven : Finale - Koo Junhoe & Kim Jiwon [END]Where stories live. Discover now