8

10.7K 1.2K 3
                                    

"Bayi kecil ku nakal, aku harus menghukum nya, berlari tak menggunakan alas? Belum lagi ia tidak mau memakan sup berisi vitamin nya."

Hei! Tunggu! Siapa yang memberi tahu pangeran pedofil ini?.

"Ung! No no no, Ano hanya berjalan jalan saja, benar kan bibi?." sudah saat nya Julian menggunakan jurus 'mata cantik' nya.

Siapa Yang akan menolak pesona itu? Ah julian yang manis seperti mochi. Terlihat lembut dan menggoda.

"Ekhem, maaf pangeran, walau pun Julian membuat kesalahan itu semua bukan urusan anda, dan apa itu 'bayi kecil ku'? Julian adalah bayi kecil kami, sama sekali bukan bayi kecil mu." William menggeram rendah, mau raja sekalipun kalau ini tentang Julian mereka, Willian tak akan ragu sama sekali.

"Sesuatu yang sudah aku klaim, harus menjadi milik ku. Tuan muda william harus nya tahu tentang hal ini. Aku tidak suka di bantah." Pangeran Romeo.

"Anda juga tahu persis tabiat saya, yang mulia. Saya tidak suka di usik. Hanya sebuah kekaisaran kan? Bahkan jika di suruh membunuh seluruh anggota kekaisaran, keluarga kami masih sanggup. Jangan harap engkau mengambil julian dari kami. Saya masih memberi muka pada pangeran, lebih baik anda pergi dari sini!." Willian tak mampu menahan amarah nya. Bagi William, Pangeran Romeo adalah orang terlicik yang pernah ia temui.

Masih kecil saja sudah berani membuat rencana matang, apa lagi kalau bukan membunuh saudaranya demi mempertahankan tahta kekaisaran?

"Ck! Kau terlalu congak, William. Tidak kah kau bersyukur? Adik mu akan menjadi Permaisuri Kekaisaran kelak?." Romeo terkekeh, namun terselip nada meremehkan. Pada dasarnya Romeo ini kan memang Putra mahkota, wajar kalau ia bersifat pongah seperti ini.

"Aku tidak sudi menyerahkan mochi manis ku pada pangeran seperti mu. Ia terlalu lembut untuk sebilah pedang cacat.."

(Pedang cacat yang di maksud itu gini, karena Romeo itu gak segan bunuh keluarga nya demi kepentingan tahta, jadinya kaya pedang cacat yang gak pandang bulu).

Romeo mengeluarkan pedang kebanggaan nya, william juga bersiap dengan pedang perak yang di berikan Duke Alaric padanya.
"Kau tahu? Aku bisa saja membunuh mu disini, Will. Namun mempertimbangkan ada Bayi kecil ku, aku tak akan melakukan nya." Romeo kembali menyarungkan pedang biru tua miliknya.

"K-kau mau melukai kakak ku?! Hmphh! Kau Jahat! Ano tidak like." Julian memeluk william erat, ia masih berusaha mencerna perdebatan manusia freak di depan nya ini.

Satu satu nya jalan untuk membantu agar tak terjadi perang adalah, dirinya harus mau melerai 2 bocah ini.

"Aku tidak membunuh siapapun, Bayi." Romeo terkekeh pelan, ia mengambil paksa Julian dari gendongan William.

Sedangkan William sudah emosi tingkat tinggi. Namun ia urungkan karena Julian menganggukkan kepala tanda ia mau di gendong oleh Romeo.

"Tidak boleh bunuh bunuh, itu sakit!.
Hmph! Kemarin saja tangan ano tergores mainan, itu sakit!. Apa lagi di bunuh, itu tidak boleh." Julian memperlihatkan goresan merah pada tangan mungil nya, mata besar nya menatap wajah hitam Pangeran romeo.

(Wajah hitam: marah yang bener bener marah).

"Buang mainan yang menyakitinya, ganti dengan yang lembut!." Romeo berteriak pada pelayan yang lewat, william tidak protes karena ia setuju.

"Tidak boleh marah." Julian mengusap pipi pangeran Romeo, sedangkan yang di perlakukan seperti itu hanya bisa terdiam menikmati usapannya.

"Nah, Ano mau mam dulu." Julian memberontak dari gendongan Romeo, lalu ia berlari di susul oleh pelayan nya.

"Masalah kita tak akan selesai kalau anda tidak mau menjauhi Julian, saya permisi.." William pergi meninggalkan Romeo dan para pengawal nya.

William dan Romeo itu sama sama keras kepala, belum lagi status mereka juga 'dominan'.

marry me, King! [BL BXB MPREG]Where stories live. Discover now