03

3.8K 553 77
                                    

Kim Doyoung, seharusnya ia sedang menikmati masa menjadi mahasiswa baru tahun ini, tapi karena kecelakaan yang ia alami menyebabkan dirinya mau tidak mau menjalani terapi selama dua tahun penuh di rumah sakit.

Hanya itu yang Junghwan tahu soal teman sebangkunya, ia enggan mengorek informasi lebih dalam karena menghargai privasi yang Doyoung jaga. Selama Doyoung tidak memulai pembicaraan mengenai masa lalunya, maka Junghwan juga memilih untuk tidak bertanya.

Tubuh Junghwan lelah karena latihan cukup keras kemarin, ototnya terasa kaku karena memang sudah lama ia tidak bergerak sebanyak itu. Menyebabkan Junghwan terlambat bangun dua puluh menit dari biasanya, ia bergegas menghentikan taksi yang lewat, dirinya akan terlambat untuk membantu Doyoung menaiki tangga jika harus mengendarai bus saat ini.

Dan usahanya terasa sia-sia, sekolah sudah ramai dan Doyoung juga sudah duduk di kursinya. Laki-laki manis itu tersenyum saat melihat Junghwan di depan pintu.

"Lo telat." Ucapnya, Junghwan mengangguk.

"Gue capek banget kemarin." Yang lebih tinggi langsung menjatuhkan kepala ke atas meja, matanya terfokus ke Doyoung yang sibuk menulis sesuatu di bukunya.

"Emang ada pr?"

Doyoung menggeleng, "Terus itu lo nulis apa?" Tanya Junghwan lagi.

"Nulis surat cinta buat lo." Jawab Doyoung sambil tertawa, Junghwan lalu menarik buku yang ada di meja sebelahnya.

"Ngaco." Ucap Junghwan, matanya kini fokus membaca tulisan jelek Doyoung di atas kertas.

"Jadwal harian gue itu, kepo banget deh?" Doyoung merebut buku miliknya dan kembali menulis sesuatu di atas sana.

"Harusnya tambahin tuh jadwal minum susu supaya lo nambah tinggi."

"Junghwan... gue cacat anjir udah gak bisa nambah tinggi lagi."

Mata cokelat Junghwan langsung terbelalak, ia merutuki diri sendiri karena candaan yang keluar dari mulutnya justru menyinggung keadaan Doyoung saat ini.

"Kak sumpah gue gak maksud begitu."

Doyoung kini tertawa keras karena melihat reaksi lucu dari Junghwan, laki-laki itu memandang Doyoung dengan tatapan penuh rasa bersalah, membuat Doyoung perlahan menghentikan tawa lalu menepuk pelan bahu lebar milik Junghwan.

"Gapapa, gue bercanda Hwan."

Mata Doyoung kembali fokus ke atas buku catatannya, meninggalkan Junghwan yang masih diselimuti rasa bersalah. Entah kenapa reaksi Doyoung sama sekali tidak membuatnya tenang dan justru membuat laki-laki itu semakin terlihat menyedihkan, Junghwan yang sebelumnya tidak berniat untuk mencari tahu soal Doyoung kini dibuat makin penasaran, ia ingin tahu apa rahasia yang Doyoung sembunyikan di balik semua tawa khasnya.

"Nanti lo latihan lagi?" Pertanyaan Doyoung menyadarkan Junghwan dari lamunan, ia menggeleng sebagai jawaban.

"Latihan dua hari sekali."

Doyoung mengangguk paham, netranya masih belum beranjak dari buku tulis di atas meja. "Soal yang kemarin, sama yang barusan, lo gak perlu ngerasa gak enak atau ngerasa bersalah ya Hwan. Biasa aja, gue gak mau kalo harus jauh sama lo juga, lo temen gue satu-satunya di sini. Ya gue sih nganggep lo temen, kalo lo nganggep lebih juga gapapa sih."

Terkadang Junghwan heran dengan kalimat yang keluar dari mulut laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya itu, ia tidak dapat membedakan mana yang serius mana yang sekedar candaan, Kim Doyoung sangat sulit untuk dibaca, Kim Doyoung terlihat seperti potongan puzzle acak yang bahkan tidak memiliki pola, dan itu membuat Junghwan semakin penasaran.

Ethereal [Hwanbby]✔Where stories live. Discover now