12

3K 431 70
                                    

Dapat aku rasakan napas memburu Junghwan yang tengah berlari, dengan aku yang bersandar lemah di punggungnya, bahkan tanganku sudah tidak sanggup aku gerakkan, membuat Junghwan berusaha menahan tubuhku agar tidak jatuh mati-matian.

Dengan hati-hati Junghwan menurunkan aku di atas ranjang UKS, ah belum satu bulan tapi aku sudah dua kali masuk ke ruangan ini. Dadaku masih berdebar dengan cepat sampai mulai terasa tidak nyaman, aku juga dapat merasakan keringat yang membasahi seluruh tubuh bahkan hingga ke wajah, membuat mataku perih karena keringat yang terus turun di sana.

Petugas UKS datang, beliau duduk di kursi yang ada di depanku kemudian menuntunku agar bernapas dengan pelan dan teratur, Junghwan juga tidak berhenti menenangkan dengan mengusap tanganku yang kini berada di dalam genggamannya.

"Pelan-pelan ya, tarik napasnya pelan-pelan terus keluarin lewat mulut." Aku menuruti semua instruksi, butuh waktu cukup lama sampai detak jantungku perlahan kembali normal, tapi perasaan takut sama sekali belum surut, aku masih ingat bagaimana ekspresi kaget yang orang itu lontarkan saat melihatku berada di satu ruangan yang sama dengannya.

Tanpa sadar aku mencengkram tangan Junghwan dengan kuat, perasaan takut itu terus menjalar ke seluruh tubuh, membuat tanganku bergetar karena ketakutan yang jelas terasa.

Bermenit-menit kemudian napasku mulai normal, sesak yang sebelumnya aku rasakan juga jauh berkurang, tapi cengkramanku di tangan Junghwan masih sama kuat, membuat Junghwan belum berhenti menatapku dengan tatapan khawatir setengah mati.

"Udah mendingan?"

Aku mengangguk mendengar pertanyaan dari petugas UKS, ia kemudian bangkit lalu memberikan beberapa obat. "Kalo masih sesak, coba minum ini, satu aja jangan langsung banyak." Aku kembali mengangguk dan mengambil obat yang disodorkan. Petugas UKS tersebut kemudian pergi ke luar ruangan, meninggalkanku dengan Junghwan yang masih duduk di sebelahku.

"Sekarang udah enakan?" Tanya Junghwan dengan suara lembut.

Lagi-lagi aku mengangguk. "Mau pulang." CIcitku pelan.

Junghwan tersenyum samar, tangannya bergerak menghapus sisa keringat di keningku. "Tunggu bentar ya, aku ambil tas dulu."

Dengan cepat Junghwan berjalan ke luar ruangan, meninggalkanku sendirian di UKS yang sepi, tentu saja karena sebagian besar murid yang masih bertahan di sekolah kini sibuk di ruang ekskul mereka masing-masing. Perlahan aku berbaring ke ranjang yang aku duduki, memejamkan mata berusaha mengalihkan pusing juga mual yang mulai menyerang.

***

"Gue izin balik ya kak." Mashiho berdecak karena ia tahu kalau izin yang keluar dari mulut Junghwan hanya formalitas, mau ia tolak pun Junghwan pasti akan tetap pergi.

"Bentar, Hwan. Satu lagu dulu dah." Ucap Mashiho pada akhirnya, masalahnya hari ini adalah hari terakhir mereka latihan karena lomba akan diadakan tepat di akhir pekan.

Junghwan tetap membereskan tasnya yang ia letakkan di ujung ruangan, Mashiho masih terus berusaha menahan emosi. "Hwan, kasian yang lain." Ucap Mashiho lagi.

"Ada apa sih?" Suara yang cukup asing menyapa telinga Junghwan, membuat laki-laki itu mendongak lalu menemukan orang yang belum sempat ia sapa tadi.

"Mau balik lo?" Tanyanya lagi, Junghwan mengangguk.

"Gue jauh-jauh ke sini cuma buat ditinggal anggota lo, Mashi?" Orang itu kini menatap Mashiho meminta penjelasan.

"Gue mau anter kak Doyoung pulang, kak." Jelas Junghwan pada akhirnya.

"Loh yang tadi tuh beneran Doyoung? Kirain gue salah liat?"

"Lo kenal, Jun?"

"Kenal lah, dia tuh dulu satu sekolah sama gue, lo tau gak dulunya dia gimana?"

Ethereal [Hwanbby]✔Where stories live. Discover now