13

3.1K 432 51
                                    

Kediaman keluarga Doyoung yang biasanya sepi sudah dipenuhi oleh lebih banyak orang, Junghwan yang sempat pulang kini kembali dengan Jihoon yang ikut mengantarnya. Kakak laki-laki Junghwan itu memaksa karena keadaan Junghwan saat pulang ke rumah juga jauh dari kata baik-baik saja.

Sebagian besar orang yang hadir adalah keluarga besar Hyunsuk, kolega yang Doyoung punya satu-satunya. Suasana tidak terlalu ramai, jasad Ibu Doyoung yang datang dari rumah sakit juga sudah diletakkan di dalam peti, membuat Doyoung kini duduk terdiam di atas kursi roda di salah satu sisinya.

Dengan ragu Junghwan melangkah ke arah Doyoung yang terus memandangi jasad Ibunya tanpa suara. Serangan jantung karena terlalu lelah bekerja, anak mana yang tidak sedih karena kepergian orang tua yang begitu mendadak, ditambah Doyoung tidak memiliki siapapun setelah ini.

Tangan Junghwan mengusap pelan bahu Doyoung yang masih duduk di tempatnya, laki-laki yang lebih tua dua tahun darinya itu diam, tidak memberi reaksi sama sekali. Suasana di kediaman Doyoung kini tidak seramai tadi, beberapa tamu sudah pulang karena hari yang semakin larut.

Orang tua Hyunsuk berulang kali meminta Doyoung untuk beristirahat di kamarnya karena pemakaman yang akan dilangsungkan nanti pagi pasti akan menguras tenaga, tapi berulang kali juga Doyoung menggeleng, ia memilih diam sambil terus memandang Ibunya yang akan tetap bergeming di dalam peti.

Sampai tiba-tiba ada salah satu teman kerja Ibu Doyoung datang, meminta maaf karena baru sempat berkunjung sebab beberapa pekerjaan memang mengharuskan dirinya untuk lembur. Perempuan paruh baya itu disambut baik dengan Hyunsuk, juga Junghwan dan Jihoon yang memilih untuk tinggal sampai proses pemakaman selesai.

Perempuan itu menitipkan surat yang ternyata telah Ibu Doyoung siapkan jauh-jauh hari. Doyoung menerima surat tersebut dengan sopan, dilengkapi dengan senyum tipis di wajahnya.

Doyoung akhirnya bergerak menjauh dengan kursi roda elektrik yang kembali ia gunakan karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk berjalan kesana kemari dengan lancar. Salah satu sudut kosong yang ada di dekat pintu belakang, bermodalkan cahaya remang yang berasal dari lampu kecil di sana, Doyoung membaca surat yang Ibunya tinggalkan.

Siapa yang menyangka kalau isi surat yang dititipkan kepada salah satu rekan kerjanya itu akan semenyakitkan ini, Doyoung kembali sesak setelah mengetahui fakta bahwa alasan di balik Ibunya yang terus-terusan bekerja siang dan malam itu karena ingin mengganti uang kompensasi yang diberikan oleh keluarga Junsoo dua tahun lalu.

Ibu Doyoung merasa tidak berguna sebab ketidakadilan yang Doyoung dapat semua karena keterbatasan yang ia punya, keluarganya mungkin tidak kekurangan tapi uang dan kekuasaan yang Junsoo miliki jelas jauh di atas mereka.

Doyoung kembali menangis dengan keras, membuat tiga orang lain yang ada di ruang tengah berlari dengan cepat ke arahnya. Hyunsuk menarik tubuh Doyoung masuk ke dalam pelukan, sedangkan Junghwan kini menatap surat yang lepas dari genggaman Doyoung, dan Jihoon yang ikut membaca di sebelahnya.

"Ibu... Ibu pergi karena aku, kak." Hyunsuk menggeleng, pelukannya di tubuh Doyoung kian mengerat seiring dengan kerasnya tangisan yang keluar dari mulut sepupunya.

Siapapun yang melihat kondisi Doyoung saat ini pasti ikut merasa frustasi, di umurnya yang belum genap dua puluh tahun, anak laki-laki itu terus ditempa cobaan tanpa henti. Hyunsuk terus menenangkan sepupunya yang terus menangis, sampai akhirnya isakannya berhenti, disusul dengan tubuh Doyoung yang melemas di pelukannya.


***

Gue beneran gak tau apa yang sebenernya Tuhan rencanain karena gimana bisa manusia dengan tubuh sekecil Doyoung dikasih cobaan yang seberat itu, bahkan gue gak yakin gue sanggup ngejalanin hidup kalau gue ada di posisi dia.

Ethereal [Hwanbby]✔Where stories live. Discover now