10

3.3K 485 52
                                    

"Pegangan kak."

Dengan ragu Doyoung mencengkram kedua bahu Junghwan, tapi belum ada lima detik tangannya berada di sana, tiba-tiba Junghwan malah menariknya untuk ia bawa melingkar ke pinggangnya.

"Pegang ini, masa pegang pundak emang gue tukang ojek?"

Doyoung tertawa sebelum akhirnya mengeratkan pegangannya di pinggang Junghwan, sedikit bersandar di punggung lebar teman sebangkunya itu, menikmati semilir angin yang menyapa wajahnya, Doyoung tidak pernah tahu bahwa berada di belakang Junghwan akan semenyejukkan ini karena selama kurang lebih enam bulan, ia hanya duduk di sebelahnya.

"Laper gak?"

"Hah?"

"LAPER GAK?" Teriak Junghwan dari tempatnya, Doyoung berdehem pelan sebagai jawaban, membuat Junghwan mulai menarik gas menuju restoran yang menjual makanan enak di dekat sekolah.

Kini mereka duduk di salah satu meja yang ada di restoran kecil pinggir jalan, setelah memesan Junghwan duduk di hadapan Doyoung, menyiapkan beberapa peralatan makan dalam diam, Junghwan adalah penghuni paling muda di rumahnya, menyiapkan hal seperti ini adalah kebiasaan baik yang sulit ia tinggalkan.

"Makasih dek Junghwan." Canda Doyoung dan dibalas dengan tawa khas laki-laki di hadapannya.

"Sama-sama kak Doyoung." Ucap Junghwan dengan nada manja, membuat Doyoung tersenyum manis, sangat manis sampai rasanya Junghwan ingin membingkai potret Doyoung saat ini dan ia letakkan di dalam dompet agar dapat membawanya kemana-mana.

"Nah gitu dong, senyum. Dari kemarin muka lo asem banget tau kak."

"Masa sih?"

"Iya, apalagi kemarin pas di rumah lo tuh, gue takut banget, takut digebuk."

Lagi-lagi Doyoung tertawa mendengar kalimat yang keluar dari mulut Junghwan, entah karena memang lucu atau karena saat ini semua hal yang Junghwan ucapkan terdengar merdu, bahkan tawanya saja Doyoung pikir mulai terasa candu.

"Gak panas? Gak ada ac loh di sini." Ucap Junghwan lagi saat melihat Doyoung kembali menarik ujung lengan sweater yang ia gunakan, membuat Doyoung menggeleng sebagai jawaban.

"Dingin." Balasnya singkat.

"Dingin dari mana deh lo keringetan gini?" Tangan kanan Junghwan bergerak untuk menghapus keringat yang ada di kening Doyoung.

Jangankan kening, baju seragam yang Doyoung kenakan juga terasa basah karena keringat, luka yang ia buat semalam juga mulai terasa perih karena panas yang terperangkap di sana, tapi Doyoung tidak punya pilihan selain menahan itu semua karena ia tidak ingin luka yang ia buat sendiri dilihat oleh Junghwan.

Doyoung hanya tidak mau melihat Junghwan mengkhawatirkan dirinya lebih jauh lagi.

Untungnya Doyoung tidak perlu menjawab karena pesanan mereka sudah tiba, membuat Junghwan lagi-lagi sibuk menata makanan di atas meja.

"Masih panas, pelan-pelan makannya." Perintah Junghwan sembari menyodorkan mangkuk kecil berisi sup panas pesanan Doyoung, yang lebih tua mengangguk sebelum akhirnya meniup makanannya pelan sebelum menyuapkannya ke dalam mulut.

"Enak kan?" Tanya Junghwan, lagi-lagi Doyoung mengangguk sebagai jawaban.

"Gue sering ke sini sama abang gue."

"Yang kemarin?"

"Iya, bang Jihoon tuh abang gue satu-satunya."

Doyoung hanya mengangguk, enggan membicarakan hal itu lebih jauh sebab Junghwan juga tidak perlu tahu perihal masalah di antara mereka, juga Hyunsuk. Biarlah Junghwan menjadi sandaran satu-satunya bagi Doyoung karena dirinya berani sumpah demi apapun yang ia punya, Doyoung tidak ingin Junghwan mengetahui semua kelemahannya.

Ethereal [Hwanbby]✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن