04

3.9K 535 29
                                    

Junghwan meregangkan lehernya yang terasa kaku karena terus-terusan menunduk, ini bahkan belum jam tujuh pagi tapi tenaganya sudah terkuras begitu banyak karena mengajarkan Fisika ke Doyoung yang tidak Junghwan sangka ternyata akan sebodoh ini.

Ayolah Junghwan juga tidak sepintar itu, tapi setidaknya dia tahu kapan dan di mana harus menambahkan angka. Sedangkan Doyoung, otaknya seolah dipenuhi dengan bagaimana harus berkata manis ke Junghwan, melemparkan candaan aneh yang kadang membuat hati Junghwan berdebar saat mendengarnya.

"Gini doang masa gak bisa sih kak?"

Doyoung melipat kedua tangannya di atas meja lalu menyandarkan kepalanya di sana, menghadap Junghwan yang terus protes soal bagaimana bodohnya Doyoung karena tidak dapat menyelesaikan soal yang dia anggap mudah.

"Gak bisa, Hwan. Kayaknya lebih gampang buat memahami lo deh?" Tanpa sadar Junghwan tertawa mendengar ucapan asal dari mulut Doyoung, netranya beralih dari buku yang ada di depannya ke arah Doyoung yang terus menatapnya dari samping.

"Kalo gue naksir lo, lo mau tanggung jawab gak kak?"

Doyoung mengerjapkan matanya berulang kali, rencana awalnya tidak seperti ini, ia tidak menyangka bahwa Junghwan akan membalas candaannya.

"Kok diem?" Ucap Junghwan lagi dengan suara rendah, Doyoung yang salah tingkah langsung menarik buku yang ada di depan Junghwan ke atas meja miliknya, menyalin tulisan tangan Junghwan dengan cepat karena ia tidak ingin dipaksa membalas kalimat Junghwan barusan.

"Salting ya?"

"Dih, nggak tuh."

Telinga Doyoung yang semakin merah justru berkata sebaliknya, Junghwan tertawa lalu menggeser tubuh agar lebih dekat dengan Doyoung, meniup telinga kanan Doyoung berharap merahnya memudar, tapi justru malah membuatnya semakin jelas.

"Ih geli Hwan." Protes Doyoung sambil mendorong pelan tubuh Junghwan.

"Biar gak makin merah ini."

Doyoung mengusap telinganya dengan kasar, tidak memedulikan Junghwan yang tertawa keras di tempatnya, kalau Doyoung tahu bahwa balasan dari Junghwan akan separah ini, dia pasti memilih untuk tidak pernah meledek laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya itu.

Candaan keduanya terpaksa berhenti karena suasana kelas yang semakin ramai, Doyoung memang tidak ingin Junghwan dianggap dekat dengannya oleh anak-anak lain karena dia takut Junghwan juga dipandang sama anehnya, dirinya berharap teman sebangkunya itu dapat merasakan masa sekolah menengah yang jauh lebih indah dari yang Doyoung miliki.

Dan Junghwan tahu, Junghwan sadar bagaimana Doyoung yang selalu menjaga jarak dengannya saat banyak murid lain yang memerhatikan mereka, bagaimana Doyoung yang akan bersikap ketus jika Junghwan mengajaknya berdiskusi lebih dulu saat pelajaran berlangsung. Tapi Junghwan masih belum paham apa alasan di balik semuanya, Doyoung bak sebuah buku yang sangat sulit untuk dibaca.

Jangan lupa jam terakhir nanti kita ada presentasi, hapalin bagian lo kak.

Doyoung mengangguk saat membaca tulisan yang Junghwan sodorkan, ia menarik buku itu dan menulis sesuatu di atasnya.

Lo bawa laptop kan?

Kali ini giliran Junghwan yang mengangguk, setelah saling melempar senyum keduanya kembali fokus ke guru yang sedang menjelaskan di depan kelas.

***

Karena berangkat terlalu awal pagi tadi, Doyoung lupa membawa bekal yang sudah disiapkan oleh ibunya, dan dia tidak mungkin pergi ke kantin di jam istirahat pertama karena di sana pasti akan ramai. Doyoung menghembuskan napas kasar lalu menenggelamkan wajahnya ke hoodie yang ada di atas meja.

Ethereal [Hwanbby]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang