Bab 2

1K 97 10
                                    

Langit sudah mulai gelap, ribuan bintang kini siap menghiasi langit malam. Kediaman keluarga Sanjaya kini tengah berkumpul di ruang keluarga. Tak hanya keluarga Sanjaya saja, Bima juga turut serta. Sebenarnya sore tadi setelah mengantarkan Andara pulang, tiba-tiba saja Jorji selaku ketua pengawal keluarga Sanjaya menyuruhnya untuk datang ke ruang keluarga.

"Ini ada apa yah?" tanya Andara tak paham situasi.

"Berapa umur anda Bima?" tanya Kevin tak menggubris pertanyaan Andara.

"23 tahun." jawab Bima sedikit heran.

"Saya punya tugas spesial untuk anda, jadilah anak 17 tahun lagi dan masuk ke sekolah yang sama dengan Andara." perintah Kevin. Semua orang terkaget, bahkan Bima pun tak percaya.

"Dia disuruh nyamar jadi anak sekolahan?" tanya Denis.

"Yah, dia aja gak ada wali? Kalo dia semisal bolos karena jalanin tugas ayah bisa susah lagi nanti, anak-anak di sekolah Andara pasti juga bakal curiga sama Bima." jelas Denis.

Kevin menatap Denis tajam, seperti biasanya anak itu selalu memiliki opini sendiri tanpa tau jika semua yang Kevin lakukan pasti sudah di pikir matang-matang.

"Ayah kalo ambil tindakan pernah main-main?" tanya Kevin pada Denis.

"Enggak yah." jawab Denis lalu menghela nafas panjang.

"Wali Anda sudah saya siapkan, besok sudah bisa langsung berangkat." Kevin berjalan mendekati Bima, ia berdiri pas di samping kiri Bima lalu membisikkan sesuatu.

Semua orang di sana tak ada yg bisa mendengar bisikan Kevin tadi. Mereka juga tau jika Kevin sedang merencanakan sesuatu sampai-sampai menyuruh Bima menyamar. Melia langsung menarik Andara keluar ruangan diikuti oleh Denis. Kini tinggalah Kevin dan Bima di ruangan itu.

"Seragam sudah saya siapkan, kemungkinan sudah ada di kamar anda. Transportasi juga sudah saya siapkan, anda bisa berangkat ke sekolah menggunakan motor yang saya beli pagi tadi. Ingat, jangan sampai anda macam-macam di sekolah. Bertindak seperti siswa biasa saja, tidak usah ikut eskul atau apapun karena bisa menghambat tugas utama anda untuk menjaga anak saya. Cctv di sekolah bisa anda akses jika perlu, tapi sebelum itu anda harus minta ijin pada saya. Sekarang anda sudah boleh pergi." jelas Kevin lalu melangkah keluar.

Bima menatap Kevin bingung, "apa yang sebenernya ada di otak dia?" lirih Bima kemudian keluar juga dari ruangan.

Sementara itu dikamar Andara, Melia langsung menginterogasi anak perempuannya itu. Dari awal dia cukup khawatir akan keselamatan anaknya di sekolah.

"Bener di sekolah gak ada apa-apa?" tanya Melia untuk kesekian kalinya.

"Ma, gak ada yang perlu mama khawatirin. Aku di sekolah gak pernah dapet yang macem-macem." jawab Andara.

"Lagian aku heran sama ayah, apa hebatnya anak baru itu sampe di beri kepercayaan kaya gitu. Mana di fasilitasin." cercah Denis. Sebelumnya ia sudah mendapatkan kabar tadi dari Asisten pribadinya.

"Ayah tau yang terbaik buat kalian, dia gak akan main-main kalo ambil keputusan." ucap Melia menenangkan kedua anaknya.

Andara dan Denis menghela nafas panjang. Ucapan Melia tadi sepenuhnya benar. Ayah mereka adalah tipe pemikir. Apapun yang akan dia perbuat sudah dipikirkan dengan matang.

®®®

Pagi ini cukup mendung, angin berhembus kencang sehingga membuat Bima terpaksa mengenakan jaket yang sedikit tebal. Setelah sarapan, ia langsung menuju garasi kedua keluarga Sanjaya. Jorji juga ikut menemani Bima, ia menyerahkan kunci motor sebagai fasilitas Bima menuju sekolah sekaligus menjalankan tugasnya.

Bima SaktiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang